Pencarian Putra

26 1 0
                                    

Raisa terus melihat ke arah luar butik, berharap penuh tuan yang memberinya gaun putih itu datang kembali ke butik tempatnya bekerja. Namun, harapannya musnah. Ia sama sekali tidak melihat tanda – tanda kehadiran tuan itu hingga jam kerjanya habis.

Raisa berjalan dengan wajah murung. Kini pikirannya penuh dengan tuan itu. Namun, senyumnya langsung mengembang saat mobil Rizky berhenti di sampingnya.

Rizky menurunkan kaca jendelanya dan meminta Raisa masuk. Entah senang saja rasanya dekat dengan Rizky. Sedihnya selalu bersembunyi saat ada Rizky. Raisa dan Rizky nampak begitu senang. Bernyanyi konyol bersama, berbicara banyak tentang hal lucu, tertawa bersama. Namun, Raisa langsung menghentikan tawanya dan meminta Rizky menghentikan dan memundurkan mobilnya untuk. Sementara Raisa terus melihat ke spion.

Bingo, ia menemukan tuan itu sedang melihat – lihat mainan dan gantungan kunci di pinggir jalan. Tuan itu terlihat membeli beberapa gantuan kunci lalu masuk ke mobil dan pergi. Raisa meminta Rizky terus mengikuti mobil yang tuan itu naiki. Dalam perjalanan Rizky terus bertanya ada apa. Namun, Raisa selalu fokus pada mobil tuan itu.

Tuan itu masuk ke sebuah hotel. Hotel yang cukup berbintang. Raisa meminta Rizky untuk mengikuti mobil itu masuk. Tuan itu keluar bersama seorang laki – laki dengan topi, kacamata dan sedang menerima telepon sehingga Raisa tidak bisa melihat dengan baik. Raisa meminta Rizky untuk menunggunya di mobil. Sementara diam – diam Raisa mengikuti mereka.
*****
Keesokan harinya...
Raisa menunggu di lobby hotel itu. Di hotel itu hanya ada satu pintu untuk para tamu, jadi semua rutinitas keluar masuk tamu hanya dari pintu utama itu. Ini memudahkan Raisa untuk bertemu dengan tuan itu. Setelah menunggu 2 jam akhirnya, ia bisa melihat tuan itu. Tuan itu berjalan sendirian. Raisa langsung menghadangnya.

“Selamat pagi tuan!”
sapa Raisa dengan senyumnya. Putra nampak terkejut.

“Tuan aku Raisa, aku yang melayani tuan di butik Indah. Tuan tidak melupakanku kan?”

Sedangkan Dimas berjalan menyusul Putra dengan topi dan kacamata hitamnya. Ia telihat senang karena ia baru menikmati pembicaraannya dengan Kenny melalui teleponnya. Senyumnya menghilang saat ia melihat Putra dengan Raisa, ia kembali mundur dan bersembunyi.

“Kenny, ada yang harus ku kerjakan. Nanti aku telepon lagi ya, miss you!”
Dimas memotong ucapan Kenny. Dimas menyimpan hapenya dan fokus pada Putra dan Raisa.

“Ehm iya… Raisa, apa kabar?”
Putra mencoba senormal mungkin.

“Baik tuan, sangat baik. Tujuanku bertemu tuan karena aku ingin mengembalikan gaun ini pada tuan. Maaf tuan, aku tidak bisa menerima barang apapun dari orang yang belum ku kenal, apalagi yang tuan berikan itu bukan barang yang murah!”
Raisa memberikan kantong yang berisi gaun putih. Putra menolaknya.

“Kalau begitu, aku akan memperkenalkan diri. Aku Putra!” ucap Putra dengan senyumnya. Tangan kanannya menyodorkan diri.

Raisa hanya terdiam, memandang Putra dalam. Ia ambil tangan kanan Putra dan mengembalikan kantong berisi gaun putih itu lalu segera pergi. Namun, baru beberapa langkah, ia kembali pada Putra.

“Oiya tuan, ada yang ingin ku tanyakan padamu! Kenapa kau mengikuti paman dan bibiku saat mereka di pasar?” membuat senyum Putra menghilang.

Bagaimana bisa Paman dan bibi tahu, ia sudah berusaha bersembunyi sebaik mungkin saat itu.

“Sebenarnya tuan ini siapa? Tuan tahu namaku, tuan tahu pendidikan terakhirku, bahkan tuan tahu bahwa aku memiliki impian menggunakan gaun putih di acara pernikahanku nanti. Bukan hanya itu, tuan tahu kegiatan paman dan bibiku. Atau jangan – jangan tuan juga yang mengirimkan kepiting rebus kerumahku? Tuan, sebenarnya tuan ini siapa?” tanya Raisa serius. Putra hanya bisa diam.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now