Mulai Melirik

281 5 0
                                    

Hari ke 5 Dinda menjadi asisten dadakan Ferdi, rasanya ia ingin segera menyelesaikan hukuman ini dan memiliki kembali kameranya.  Sudah sejak tadi pagi Dinda bersama direktur itu. Ia tersenyum, sudah tidak ada lagi meeting. Namun, senyumnya menghilang. Ia kira, ia bisa off dengan cepat tapi ternyata.... Sama saja!

"Kita berhenti di restoran depan ya, aku lapar!"
###

Restoran...

Dinda hanya mengangguk saja lalu mengarahkan mobil itu untuk masuk ke parkiran restoran sesuai kemauan Ferdi. Ferdi membuka pintu namun, tidak jadi keluar karena melihat Dinda diam saja.

"Kau tidak mau makan?"

"Tidak, aku lupa membawa dompetku karena terburu - buru pagi tadi!"

"Makanya belajar disiplin. Kalau diminta datang pagi ya bagaimana caranya agar siap sesuai permintaan!"

Ya Tuhan mimpi apa aku seminggu yang lalu hingga bisa bertemu dengan orang seperti dia. Ya Tuhan, buat dia amnesia agar aku bisa langsung mengambil kameraku.

"Direktur bilang, direktur lapar kan? Lebih baik direktur segera turun, masuk, memesan makanan dan segeralah makan!"

"Kau pikir aku akan mendiamkanmu disini? Ayo ikut, bisa - bisa kau kabur!"

Mau tidak mau akhirnya, Dinda mengikuti Ferdi. Seperti biasanya saat meeting, Ferdi duduk dimana dan Dinda duduk dikursi yang berbeda. Ferdi duduk lalu seorang pelayan menghampirinya, memberikan buku menunya.

Ferdi terus memandang Dinda yang sama sekali tidak memandangnya dan hanya sibuk memandang hpnya.
Ferdi berbicara dengan lembut pada waiter. Waiter hanya mengangguk. Lalu mengikuti kemana pindahnya Ferdi. Kepindahan Ferdi membuat Dinda kaget.

"Apalagi direktur? Kalau kau ingin makan, cepatlah pesan, apa perlu aku juga yang memesankan makanan?"

"Aku ini direkturmu, kenapa jadi kau yang memerintahku? Huft... Kau ini membuatku semakin lapar!"

Setelah selesai memilih menu, ia memberikan menunya pada Dinda. Dinda terlihat bengong, bagaimana bisa ia akan membayar, ia tidak membawa uang.

"Sudah, pilih saja cepat, aku lapar!"
Ferdi berbisik pada Dinda dengan kesal.

Dinda dengan wajah cemberut memilih menu itu. Selama menunggu, Dinda hanya diam saja, ia lebih sibuk dengan hpnya.

"Ku dengar kuliahmu ada mata kuliah tata artistik?"

"Iya, ada apa?"

"Nilaimu bagus di matkul itu?"

"Lumayan!"

"Coba beri pendapatmu tentang ini!"
Ferdi memberikan hpnya pada Dinda.

Dinda meletakkan hpnya dan mulai fokus pada gambar itu, gambar dekorasi ruangan. Dinda terlihat membesarkan dan mengecilkan gambar itu.

"Lihatlah ini!"

Dinda memperlihatkan lukisan di dekat pot bunga kecil yang menempel di tembok. Ferdi memajukan kepalanya. Tapi karena tidak terlihat, Ferdi pindah ke samping Dinda.

"Menurutku, pindahkan salah satu dari dua benda ini. Entah itu lukisan itu atau pot bunga itu, karena jika seperti ini terus, fokus orang yang melihat akan terbagi 2 jadi kesan yang tertangkap bukan indah melainkan, sesak!"

"Ada lagi?"

"Ehm... Ini, papan nama ini terlihat tidak elegan. Terlihat begitu biasa. Ya paling tidak dibuat papan nama seperti diruanganmu. Ehm... Satu lagi, folder - folder di meja itu sangat buruk, menganggu pemandangan!"

Dinda terdiam, tidak lagi melanjutkan komentarnya.

Aduh kenapa aku sok tahu sih.

Dinda segera mengembalikan hp ke Ferdi. Ferdi terdiam. Dinda sedikit menunduk, memikirkan apa yang akan Direktur Katakan. Ferdi memandang gambar tadi dan tersenyum. Dinda menoleh dan terdiam, kali pertama setelah 5 hari, ia melihat Ferdi tersenyum dengan sangat manis.

"Ya, sekarang aku yakin, nilai artistikmu cukup baik!"
Dinda tersenyum.

Pesananpun datang, mereka sama - sama menyimpan hpnya dan makan. Di tengah makan, seseorang yang entah siapa datang menyapa Ferdi. Ferdi terlihat akrab dengan orang itu. Orang itu bergabung. Ia tersenyum dan melirik Dinda, seolah Memberi kode kepada Ferdi untuk mengenalkan Dinda.

"Ehm... Ini Dinda..."

Ya Tuhan minta ampun ya Tuhan. Awas nih kalau sampai nih direktur bilang aku supirnya, mau ditaruh mana mukaku!

"Dia temanku, partner in my job!"
Ucapan Ferdi membuat Dinda lega.

"Owh ya, dia cantik sekali, kau pintar mencari partner!"

Mereka mulai berbincang akrab, hampir 30 menit. Akhirnya, laki - laki itu pamit terlebih dahulu.

"Kau terlihat genit!"
Ferdi berbicara enteng pada Dinda.

"Apa urusan direktur. Lagian kenapa direktur memberinya nomerku yang palsu? Dia bilang akan membawaku ke beberapa festival." 

"Sudahlah diam saja!"

Ferdi meminta bill kepada waiter dan membayar semua tagihan. Mereka pun pergi, didalam mobil Dinda masih kesal karena Ferdi memberikan nomer palsu itu pada temannya.

"Ada apa? Kau masih kesal karena tadi?"

"Aku kenal dia, dia teman SMA ku, dia sangat playboy, kau mau dia seperti itu denganmu? Kalau mau aku akan memberikan nomermu kepadanya! Kau mau?"

"Tugasmu itu masih dua hari, selama dua hari itu, kau masih tanggungjawabku. Setelah itu, terserah kau!"

Dinda terdiam, otaknya mulai berpikir, hatinya tenang mendengar ucapan Ferdi meskipun ucapan terdengar dengan nada kesal.
****
Entah kenapa, tenang aja kalau ada orang yang bilang 'kau masih tanggungjawabku!"

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now