Sahabat

24 0 0
                                    

Hari ini Alex melangkah dengan semangat menuju sebuah ruangan VVIP di sebuah restoran yang sudah Putra pesan. Kemarin Putra mengirim email dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan Alex untuk berbicara 4 mata saja.

Alex terlihat sumringah saat mendengar suara pintu bergerak. Ia sudah siap memeluk Putra namun, senyumnya meredup. Laki – laki itu bukan Putra bahkan Alex tidak mengenalnya. Laki – laki itu berbadan kecil, berkulit hitam, menggunakan topi hitam, kacamata hitam, kaos hitam, jaket jins dan celana jins.

“Siapa kau?”
Alex ½ membentak karena Putra mengatakan 4 mata saja. Artinya hanya dia dan Putra saja.

“Kau kemari atas undangan Putra kan?”
laki – laki itu nampak sombong. Laki – laki itu merangkul Alex, Alex langsung menepisnya.

“Ayo duduk, kita tunggu Putra bersama!”
Mereka pun duduk bersama. Laki – laki itu meminta Alex untuk memesan.

“Aku menunggu sahabatku!”
Alex menutup buku menu itu.

“Hei, siapa yang kau sebut sahabatmu itu? Si pecundang itu? Kau tahu, dua hari yang lalu dia mengajakku berduel. Setelah aku datang, dia sama sekali tidak terlihat. Sekali pecundang memang akan menjadi seorang pecundang. Dan apa manfaatnya kau memanggil dia sahabat? Dia sama sekali tidak memberikan kontribusi apapun untuk dirimu selain menjadi sumber masalah saja untukmu. Sudahlah, lupakan dia. Bergabunglah denganku, aku punya rencana baik untuk menjatuhkannya!”
Alex langsung mengambil buku menu, memegangnya erat dan mencoba mengontrol emosinya.

“Bukan hanya itu, huft… Stylenya sangat buruk. Pantas saja tidak ada wanita yang mau padanya. Kalaupun mau mungkin hanya untuk hartanya saja. Ckckck kasihan sekali orang itu. Apa aku perlu meminjamkan salah satu pacarku untuknya?”

Tanpa banyak kata, tanpa aba – aba Alex melempar buku menunya sehingga mengenai kepala laki – laki itu. Ada sedikit luka dikeningnya. Alex langsung mendekati laki – laki itu, memegang erat kaos laki – laki itu dan memukulnya. Laki – laki itu menepis dan memukul Alex, mencoba melepaskan diri dari cengkraman Alex dan pergi. Alex langsung berniat berlari untuk mengejar laki – laki itu tapi, Putra masuk.

“Kau memang tidak berubah ya…”
Putra tersenyum tipis lalu duduk. Alex terus memastikan apakah itu benar – benar Ferdi yang menyamar menjadi Putra. Belum sempat Putra berbicara, beberapa pelayan datang membawakan pesanan untuk mereka.

“Kau benar – benar Ferdi Putra Wibawa?”

“Kau takut aku menipumu?”
Putra memakan kentang goreng didepannya.

“Kau tidak mau makan kentang goreng? Bukankah kau suka sekali dengan kentang goreng apalagi jika ditambah mayones dan saos!”
Putra kembali memakan kentang goreng. Alex terdiam, pikirannya mulai bermain pada ingatan – ingatan dulu saat ia dan Ferdi masih bersama.

“Ah, ini memang salahku. Pelayan itu tidak tahu kalau ia salah meletakkan minuman kita!”
Putra menukar jus jambunya dengan jus alpokat didepan Alex. Ferdi memang tahu persis jika Alex adalah penggemar jus jambu. Sedangkan dirinya jus alpokat.

“Aha aku tahu, kau diet? Makanan sebanyak ini kau diamkan. Kau pasti diet kan?” goda Putra. Alex masih saja terlena oleh ingatan masa lalunya bersama Ferdi.

“Huft… Baiklah, aku akan melepasnya!”
Putra melepas kacamata, kumis palsu, dan topinya. Alex tersenyum penuh haru. Ia siap memeluk Ferdi namun Ferdi menolaknya.

“Jangan dekati aku! Jangan peluk aku!” tahan Ferdi sambil menyilangkan tangannya didepan dadanya namun, Alex tetap memeluk. Ferdi tersenyum dan membalas pelukan Alex. Untuk beberapa saat mereka saling melepas rindu.

“Apa kau terlalu mencintaiku? Baru aku tinggal sebentar saja, badanmu sudah kurus seperti ini!” goda Ferdi masih dalam pelukan Alex.

“Hai, lepaskan, aku ini masih menyukai wanita. Aku tidak akan menyukaimu meski kau memelukku seperti ini terus!”
Ferdi berusaha lepas. Alex melepaskan pelukannya dan tersenyum senang.
*****
Ikut terharu, dua sahabat yang awalnya saling acuh, kini kembali berdamai dan saling memaafkan. Ikut adem hati ini...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now