Menyentuh Air mata

77 3 0
                                    

Sudah 3 hari Ferdi tidak bekerja setelah pengunguman bahwa Sun Productionlah yang telah memenangkan projek 1 milyar itu. Dinda juga sudah mencoba mendatangi kontrakanya tapi, ia tidak melihat Ferdi. Ia sudah mencoba menghubunginya tapi nomernya selalu tidak aktif.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 Dinda bergegas pulang melalui kontrakan Ferdi. Siapa tahu Ferdi sudah berada di kontrakannya. Dan benar saja, Ferdi sudah ada disana. Ferdi meminta Dinda masuk lalu mengambilkan Dinda minum.

"Direktur, kau sudah 3 hari ini tidak bekerja. Apa kau tidak takut jika presdir mengetahuinya?"

"Aku sudah membicarakannya dengan presdir Cho!"

“Apa kau baik – baik saja? Kau terlihat begitu kecewa mendengar pengunguman itu.”

“Aku berlibur bersama Diandra.”

"Diandra?" 

“Wanita yang kau temui saat kau meminjam bukuku.”
Dinda terlihat sedikit kecewa namun, ia kembali tersenyum.

“Sebenarnya, aku ingin meminta tolong untuk menemaniku di acara pernikahan Dion besok. Tapi sepertinya kau sedang sibuk bersama kak Diandra jadi tidak papa, aku akan pergi sendiri.”
Dinda tersenyum kecil.

“Aku jemput besok jam 9. Sekarang pulanglah. Aku ingin istirahat.”
Ferdi mengatakan tanpa senyum sedikitpun. Dinda tersenyum lalu mengangguk dan pergi.
###

Keesokan harinya, Jam menunjukkan pukul 08.45. Dinda sudah siap dengan gaunnya biru nya. Hari ini ia benar – benar berdandan untuk acara pernikahan Dion. Hp Dinda berdering, Ferdi meminta Dinda untuk segera keluar.

Selama perjalanan mereka hanya diam, Ferdi lebih terlihat lebih asik dengan menerima telephone. Sedangkan Dinda hanya melihat pemandangan di luar. Ferdi memandang Dinda. Baru kali ini ia melihat Dinda nampak anggun, mungkin karena gaun yang dikenakannya. Ferdi tersenyum lalu melaju kencang mobilnya.

“Aku akan menunggumu hingga kau siap menemui mereka.”

Lima menit sudah, Dinda dan Ferdi hanya diam di mobil, sementara para tamu mulai terlihat berdatangan. Dinda mengatakan pada Ferdi kalau ia sudah siap menemui Dion. Ferdi mengangguk lalu keluar dari mobilnya. Ferdi membuka pintu mobil untuk Dinda dan menawarkan tangannya pada Dinda. Dinda memandang Ferdi.

“Jika kau gugup, remaslah tanganku."

Dinda menerima tangan Ferdi. Mereka memasuki gedung itu. Mereka benar terlihat seperti pasangan. Tanpa mereka sadari, baju mereka pun serasi. Dinda menggunakan gaun biru. Sedangkan Ferdi menggunakan jaz hitam dan dasi biru. Tak lama, Naura, diikuti Dion menghampiri Ferdi dan Dinda. Dinda memberikan selamat pada Dion dan Naura dengan tersenyum. Hanya sebentar lalu Naura menemui tamu nya yang lain.

“Maaf Dinda… Tapi Naura memintaku untuk mengundangmu.”

“Tidak perlu meminta maaf… Aku mengerti…”

“Oiya, aku tinggalkan kalian ke toilet ya.”
Dinda pergi meninggalkan Dion dan Ferdi. Ferdi memandang Dion tajam.

“Seharusnya kau memberi tahunya sejak awal jangan seperti ini, memberi harapan tidak jelas kepada seseorang. Seharusnya dua tahun lalu kau memberi tahu padanya bahwa kau sudah memiliki seorang wanita.”

"Aku tidak tahu kalau Dinda menyukaiku!"

“Sungguh kau tidak tahu? Aku tidak percaya.”

Ferdi menunggu di depan toilet wanita. Tak lama Dinda keluar. Dinda mengajak Ferdi untuk segera pulang. Ferdi meminta Dinda untuk menunggu dimobilnya.

Dinda hanya mengangguk lalu meninggalkan Ferdi. Karena ia juga ingin merapikan jasnya, Ferdi masuk ke toilet pria. Ketika Ferdi akan kembali. Ferdi melihat Dion dan Rendy. Ferdi pun mengikuti mereka. Mereka berhenti tak jauh dari toilet pria. Ferdi bersembunyi.

“Aku melihat Dinda datang bersama Ferdi.”
Dion berbicara serius kepada Rendy. Rendy menanyakan siapakah Ferdi. Ia benar – benar tidak tahu siapa Ferdi.

Ferdi mengambil hpnya dan merekam pembicaraan mereka. Ferdi mendengarkan dengan wajah emosi. Ketika Dion dan Rendy selesai. Ia simpan kembali hpnya lalu berjalan cepat menuju mobil untuk pulang. Dan akhirnya, mereka tiba di kontrakan Dinda.

"Kau mau makan apa? Biar aku buatkan!"
Dinda menawarkan makanan seusai berganti pakaian. Tadi saat mereka disana, mereka sama sekali tidak menyentuh makanan. Hanya minum dan lalu usai.

"Terserah kau saja!"
Dinda mengangguk lalu menuju ke dapur. Tak lama, Ferdi menyusulnya. Ferdi mengusap wajahnya, lagi - lagi Dinda menangis. Ferdi mendekati Dinda, Dinda yang tahu langsung menghapus airmatanya. 

"Sudahlah, duduklah saja. Biar aku yang memasak!"

“Tidak papa. Aku memang tidak tahan saat memotong bawang merah.”

Ferdi mengalihkan pandangannya lalu mengambil paksa pisau itu dan meletakkannya ditempat semula. Dinda hanya menunduk dan menangis.

“Jangan menangis…”
Ferdi memandang Dinda tapi Dinda masih saja menangis.

“Berhentilah menangis, dia tidak pantas untuk kau tangisi.”

Bukannya berhenti menangis. Dinda malah semakin menangis. Ferdi memegang pundak Dinda dan memeluknya.

“Kumohon… Berhentilah menangis…”
******
Apakah Ferdi bisa membuat Dinda move on? Ayo Dinda, semangat... Kau pasti bisa

Direkturku, Pasanganku!!!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin