Ultah Paman

38 1 0
                                    

Rumah Paman Lee...

Raisa datang dan dengan ramah menawarkan minuman untuk para bodyguard yang selama ini menjaga rumahnya. Dari jauh Al memandang Raisa, Raisa yang tahu menghampirinya. Raisa mengambil satu dan memberikannya pada Al.

“Terimakasih ya kak, sudah menjaga kami dan rumah kami. Sungguh, aku berhutang banyak padamu!”
Raisa mengucapkan rasa terimakasihnya dengan senyum.

“Bukan aku yang menjaga rumah ini. Mereka yang banyak bekerja, aku hanya sesekali saja datang kemari…”

“Tapi mereka berada dibawah kendalimu kan kak?”
Al tersenyum dan meneguk minumnya.

“Ehm kak, kak Ferdi apa kabar? Apakah dia baik – baik saja?”
Al mengangguk, meyakinkan Raisa.

“Bagaimana masa kecil kalian?”

“Masa kecil kami?”
Al mengangguk.
“Sebenarnya aku tidak begitu paham masa kecil kakakku. Sewaktu kecil kami hidup terpisah. Sejak kecil, kak Ferdi bersama ayah, sedangkan aku tinggal dirumah ini, dirawat oleh paman dan bibi. Tapi, dalam seminggu, setidaknya tiga kali ayah dan kakak selalu menjemputku untuk bermain bersama. Sampai pada akhirnya, kabar ayah dan kak Ferdi kecelakaan terdengar di telingaku…

“Paman mengatakan jasat ayah menghilang. Sedangkan kak Ferdi terluka parah, uang kami hampir habis sehingga kak Ferdi lemah harapan untuk terus bertahan. Tapi karena seorang paman yang sangat baik pada kami datang dan membantu kami untuk membiayai perawatan kak Ferdi. Akhirnya, kak Ferdi bisa bertahan meskipun setelah itu, tubuh kak Ferdi begitu mudah sakit. Setelah pulang dari rumah sakit, kami tinggal dirumah ini.

“Setelah sembuh, kak Ferdi kuliah sambil bekerja, ia berusaha membayar biaya kuliahnya sendiri. Sampai saat kabar aku menerima beasiswa diluar negeri itu kami terima. Bibi Yuan hanya bisa memelukku dan menangis sedih, tidak tahu bagaimana karena paman dan bibi benar – benar tidak memiliki banyak uang untuk biaya hidupku disana. Aku sempat menolak dan menerima kenyataan bahwa beasiswa itu tak bisa ku ambil. Tapi kak Ferdi memberikan uang itu padaku, kak Ferdi sengaja menghentikan kuliahnya beberapa saat untuk mencari dana demi aku bisa menerima beasiswa di negeri orang itu.” Cerita Raisa. Al hanya memandang Raisa dan baru mengalihkan pandangannya saat Raisa memandangnya.

“Sekarang aku mengerti, kenapa kau begitu mencintai kakakmu.”
Raisa tersenyum.

"Oiya kak, sebenarnya hari ini paman ulang tahun. Ehm... bisa kau temani aku mencari kado untuk paman?"

"Wow, dengan senang hati..."
###
Butik...

Hari ini paman Lee berulang tahun, mereka berniat membelikan sesuatu untuk paman. Al memberi saran pada Raisa untuk membelikan jaz pada paman. Raisa mengangguk setuju dan mereka pun memilih jaz itu untuk paman. Setelah lama memilih akhirnya, Raisa memutuskan 1 jaz, sepaket dengan celananya. Jaz itu berwarna biru dongker, ia yakin pamannya akan terlihat sangat tampan jika menggunakan jaz itu.

“Ayo kita makan, aku yakin pasti kau lapar kan?” Raisa nyengir. Al benar, ia memang lapar.

Mereka menuju resto sambil bercerita namun saat didepan resto langkah Al terhenti, Raisa ikut berhenti. Ia melihat wanita yang sangat ia kenali sedang dimarahi oleh seorang laki – laki yang juga ia kenal. Wanita itu nampak menangis.

Raisa mencoba mencari sebenarnya apa yang Al lihat. Laki – laki itu pergi meninggalkan wanita itu, Al langsung membalikkan badannya. Wanita itu menyusul laki – laki itu tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat Al. Ia langsung memeluk Al. Raisa  tersenyum lalu bergegas pergi namun Al menahannya, ia mengenggam  tangan Raisa. Setelah beberapa saat wanita itu melepas pelukannya pada Al. Begitupun genggaman Al pada Raisa.

Direkturku, Pasanganku!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang