Seduhan Kopi

32 1 0
                                    

Waktu menunjukkan kurang 20 menit sebelum pukul 7 malam. Namun Ferdi sudah berada disana, bukan karena tidak sabar untuk bertemu Dinda tapi karena ia memang ingin menyeduh kopi sembari mengecek ulang persiapan pernikahan Dimas dan Kenny.
Entah, ada apa didalam minuman bernama kopi tapi, setiap ia menyeduhnya, separuh jiwanya menjadi tenang.

Lebih dari 30 menit ia disana, berkutat dengan pekerjaannya sementara waktu sudah pukul 7.30 malam, ia mulai yakin bahwa Dinda tidak akan hadir karena selama ini Dinda selalu berusaha tepat waktu. Namun, senyumnya kembali muncul, seseorang yang ia kenal terlihat masuk.

“Maaf aku terlambat!“ lirih Dinda.  

“Hai tidak papa, duduklah!“
Ferdi langsung merapikan pekerjaannya.

“Aku kira kau bersama Al ternyata kau sendiri!“ sambungnya setelah Dinda duduk.

“Dia sedang bersama keluarga kak Kenny. Oiya, tadi kau sedang apa, sudah selesai?“ 

“Biasalah pekerjaan. Lagipula aku kan yang mengajakmu kemari, tidak baik jika aku masih berkutat dengan pekerjaanku!“
ucap Ferdi dengan manis.
“Oiya, disini ada spagetti, kau mau?“
Dinda mengangguk.  
“Minumnya? Disini ada alpukat, mochacino Juga ada. Aku tidak tahu kau sedang ingin kopi atau jus!“

Dinda hanya menjawab singkat bahwa ia sedang ingin kopi. Ferdi mengangguk, memanggil pelayan dan memesankan untuk Dinda. Dinda termangu mendengar Ferdi masih hafal detail yang biasa ia pesan seperti spagetti dengan keju mozarella diatasnya.

“Kita sudah bertemu sejak tadi tapi aku belum menanyakan kabarmu. Bagaimana kabarmu? Aku dengar akhir – akhir ini star production melaju pesat. Selamat ya, kau memang hebat!“
Dinda mengulurkan tangannya dan diterima baik oleh Ferdi.  

 “Itu karena kerja keras staff ku, aku kan hanya tanda tangan saja! Oiya, kau dapat salam rindu dari Lusi dan Andre, mereka baru saja bertunangan!“

“Benarkah? Ikut bahagia untuk mereka. Kapan – kapan aku akan datang dan memberi mereka kejutan.”

“Kau sendiri bagaimana dengan Al?“
Pertanyaan Ferdi, membuat senyum Dinda menyurut.
“Maksudku, setiap pasangan kan pasti ingin melanjutkan hubungan ke jenjang lebih serius kan!“

 “Doakan saja. Kau ini sedari tadi menanyakan aku. Kau sendiri bagaimana direktur?“ 

Belum sempat membalas, ponsel Ferdi berdering, panggilan video call. Ferdi tersenyum dan mengatakan pada Dinda, ia kan mengenalkan Dinda pada seseorang. Ferdi menjawab VC itu dan kalimat yang pertama ia dengar adalah suara perempuan yang memanggil Ferdi dengan sebutan ‘sayang' Ferdi hanya biasa saja, hanya menjawab pertanyaan dari perempuan itu.  

“Oiya, perkenalkan aku bersama temanku, dia adiknya sang pengantin laki - laki!“ ucap Ferdi sambil mengarahkan hapenya ke Dinda sehingga Dinda terlihat dalam layar. Dinda tersenyum manis, melambaikan tangan dan memperkenalkan diri. Perempuan itu menyambutnya dan meminta Dinda memanggilnya dengan panggilan ‘Laura'.  

“Dinda selama disana, tolong temani Ferdi makan ya, dia sangat susah makan jika tidak ada yang menemani!“

“Huss...  Kau ini berbicara apa?“ Sahut Ferdi, membuat Dinda tersenyum.  

“Oiya, kau berapa lama disana?“

“Setelah selesai, aku akan segera kembali. Ya sudah, lanjutkan aktivitasmu, jangan terlalu letih ya, jaga kesehatanmu!“ ucap Ferdi dengan manis.  

“Aku merindukanmu...“ rengek Laura.  

“Iya, aku akan segera pulang untukmu.Ya sudah ya aku matikan teleponnya!“ ucap Ferdi.  
Laura menyebutkan nama Dinda sambil melambaikan tangan, begitupun Dinda. Lalu Ferdi kembali menyimpan hapenya.  

“Ya, i know what you mean. Sudah berapa lama?“

“Maksudnya?“
Ferdi berlagak tidak mengerti.

“Hubunganmu dengan Laura.“

“Owh... Sebulan setelah seseorang meninggalkanku tanpa kepastian!“ lirih Ferdi, membuat Dinda menurunkan tangannya yang berniat makan.  

Kecanggungan itu sudah kembali hilang, 5 menit selanjutnya suasana sudah kembali mencair. Ferdi mengambil hapenya dan menunjukkan desain pelaminan untuk Dimas dan Kenny. Mereka mulai hanyut dalam pembahasan itu.
Namun, Dinda langsung sedikit menjauh saat ia melihat Al datang mendekat.

“Hai, bagaimana kabarmu, sudah lama aku tidak mendengar kabarmu? Duduklah!“
Ferdi menyambut Al dan Kevin dengan baik. Kevin adalah keponakan Kenny, usianya masih 7 tahun. Dia terlihat begitu menggemaskan.

“Aku  baik – baik saja! Kau sendiri bagaimana?“
Al mencoba bersikap biasa saja.

“Sangat baik, oiya ini siapa?“
Ferdi tersenyum pada Kevin. Al memperkenalkan Kevin pada Ferdi, sikap kebapakan Ferdi langsung muncul.

“Kakak...“
Al memandang Kevin dengan senyum.
“Seharusnya kita tidak boleh menganggu orang yang sedang berkencan!“
Ucapan Kevin, membuat Al, Dinda dan Ferdi sama – sama terdiam. Beberapa saat kesunyian itu tercipta.

“Ehm jagoanku, kau ini ada ada saja, Kak Dinda ini calon istrinya kak Al. Sedangkan kak Ferdi ini teman kak Dinda dan kami sedang membahas pernikahan kak Dimas dan kak Kenny. Lagipula kau ini dari mana tahu kata – kata kencan?“
Ferdi mencoba mencairkan suasana lalu menggelitik Kevin yang disambut tawa oleh Kevin.
*****
Berhasil kau Fer, membuat Al cemburu...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now