Restu

38 1 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 Pagi, Tuan Park yang sedari tadi ikut mengawasi jalannya persiapan pernikahan Dimas dan Kenny merasa puas melihat kinerja para crew Ferdi. Sesekali Tuan Park dan Ferdi terlihat bergurau, melupakan bahwa dulu Ferdi pernah dibuatnya hilang harapan karena tuan Park tidak setuju jika Ferdi menikah dengan Dinda.  

“Oiya paman, aku ingin mengambil souvenir yang kemarin Dimas pilih sendiri, bisa paman memberiku alamatnya?“ lirih Ferdi.

“Sebentar lagi Dinda akan datang, biar Dinda saja yang mengantarmu!“

“Paman, Dinda kan sudah punya tugas sendiri! Berikan saja alamatnya padaku paman, aku akan mencarinya!“
Ferdi menolak secara halus, tahu Al tidak akan berkenan dengan ini.

“Ayah... Kenapa tidak memberitahuku kalau ayah akan kemari? Tahu begitu aku bisa bersama ayah!“ Dinda yang datang bersama Al.

"Sudahlah, sekarang tugasmu menemani Ferdi mengambil souvenir!“

“Berikan saja alamatnya, aku akan kesana sendiri!“ bisik Ferdi pada Dinda.

“Pergi sekarang atau ku hentikan pekerjaanmu!“ Dinda memandang Al, Al mengangguk seolah memberi ijin mereka pergi bersama.

“Baiklah ayah, aku pergi!“ ucap Dinda lalu pergi, Tuan Park memberi kode pada Ferdi untuk mengikuti Dinda. Ferdi memberi salam lalu menyusul Dinda. Sedangkan Al terdiam namun, pandangannya nampak kesal.  

“Aku tahu, kau tidak suka kan melihat Dinda pergi bersama Ferdi?“
Al hanya diam.  
“Mungkin kau pikir aku akan mendekatkan mereka kembali setelah aku memisahkan kalian berbulan – bulan tanpa komunikasi tapi jika memang mereka jodoh pun tanpa aku paksa mereka dekat, pasti mereka sudah dekat!“

“Aku sering mengatakan seperti ini pada istriku bahwa jika aku hanya sedang bersamamu, aku ini milikmu! Sepenuhnya milikmu. Tapi, saat aku diluar, aku ini milik orang lain. Mungkin milik sahabatku,  temanku, milik karyawan ku, milik ajudan ku, milik client ku, termasuk milik musuhku. Maka, jangan sepenuhnya kau selalu ingin bersamaku. Aku bisa saja selalu mendampingimu setiap saat tapi jika itu terjadi aku tidak akan bisa merawat dan memelihara kau dan Dinda lagi... Begitu juga yang ingin aku sampaikan padamu tentang Dinda. Saat kau bersama Dinda, kalian boleh sebagai sepasang kekasih,  tapi saat seperti ini,  Dinda itu partnermu. Kau memang sudah lulus 1 tahap dariku tapi kau juga harus mengerti tentang hal ini!“ ucap Tuan Park panjang.  

“Lulus 1 tahap?  Maksud tuan?“ tanya Al bingung.

“Diluar pengetahuan kalian, aku merencanakan sesuatu bahkan awalnya Dimas pun tidak tahu. Aku sengaja memisahkan kalian berbulan – bulan. Memaksa kalian benar – benar putus komunikasi. Pekerjaan kalian, urusan kantor kalian, presentasimu di kantor Dinda sampai pertemuanmu dengan Dinda semua sudah kuatur. Kecuali, kecelakanmu itu, itu kuasa Tuhan. Aku hanya ingin melihat bagaimana kalian memupuk rasa kalian. Dan kita bisa lihat, 1 tahun berpisah bagaimana kau, bagaimana Dinda.”
Al hanya mengangguk, mulai mengerti maksud semuanya.  
“Kau tak perlu cemburu pada Ferdi. Aku siap membuka pintu rumahku untukmu. Kapan pun kau boleh datang untuk meminta Dinda!“ lirih tuan Park.

"Sungguh tuan? Aku akan bicarakan segera pada Dinda...“
Wajah Al kembali berbinar - binar.

“Ya sudah, ayo kita mengecek ulang persiapan pernikahan Dimas!“
Al mengangguk dengan senyumnya.  
*****
Ferdi dan Dinda dalam Perjalanan...

“Maaf ya, kau jadi harus meninggalkan Al!“

“Tidak papa, Al pasti mau mengerti...  Ehm direktur...“
Dinda menghentikan ucapannya. Ferdi menoleh dan memandang Dinda dengan senyumannya sebelum akhirnya ia kembali fokus pada jalan.  

“Kenapa? Kau lapar?“
Dinda hanya mringis.
“Didepan sana ada warung kecil pinggir jalan yang menjual masakan seafood lezat sekali, kau mau mencoba?“
Dinda mengangguk dengan semangat.  

Mereka pun masuk dalam warung kecil, masih sepi bukan karena tidak laku ataupun tidak lezat karena warung ini baru saja buka. Sang pemilik warung langsung menyapa dengan ramah, memberikan menu pada Ferdi dan Dinda. Dinda meminta pemilik warung untuk meninggalkan menunya. Ferdi meminta Dinda untuk memilih terlebih dahulu sedangkan ia ingin ke toilet.  

Tak lama ia kembali namun, senyumnya menyurut. Ada 2 orang laki – laki sedang menggoda Dinda sedangkan ia tidak melihat pemilik warung itu. Ferdi langsung menghampiri Dinda yang terlihat takut. Ferdi langsung memegang pundak salah satu laki – laki itu dan langsung memukulnya.
Untuk sesaat terjadi perkelahian dan baru berhenti saat pemilik warung itu datang dan mengusirnya. Ferdi terlihat begitu emosi bahkan berniat mengejar mereka namun, Dinda menarik lengan Ferdi dan membuat Ferdi duduk.

“Maaf... Maafkan saya tuan, nona...  Saya tadi pergi sebentar untuk membeli sesuatu. Maaf tuan, nona atas ketidaknyamanan ini!“ ucap laki – laki paruh baya pemilik warung. Dinda masih saja terdiam, tidak tahu harus berbuat apa.

“Tidak papa paman, ini salahku meninggalkannya terlalu lama. Ehm paman, apa paman tahu siapa mereka tadi?“ Ferdi masih terlihat emosi.

“Saya tidak tahu tuan, sepertinya mereka berandalan tuan!  Sekali lagi maafkan atas ketidaknyamanan ini tuan!“ 

“Apa paman tahu dimana mereka...“

“Direktur... Sudahlah, aku tidak papa!“
Dinda mencoba menenangkan Ferdi.
“Ini pesanan kami paman, paman boleh kembali!“ Dinda memberikan menu pesanannya. Paman itu mengangguk lalu pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.

“Aku tidak tahu kenapa orang seperti mereka masih ada. Aku akan mencarinya dan memberi pelajaran untuk mereka. Aku akan...“
ucapan Ferdi terhenti saat Dinda menyentuh tangan Ferdi.

“Direktur... Apa kau tidak bisa diam? Apa kau tidak sadar wajahmu terluka?“
Ferdi memegang bibirnya, ada sedikit darah disana. Ia ambil tissu untuk menghapus darah ditangannya. Ferdi menyandarkan bahunya. Ia sama sekali tidak merasakan bahwa ada luka disana.
“Dimana kau simpan kotak p3k?“   

“Ada di dashboard!” lirih Ferdi, perlahan lukanya mulai terasa. Dinda meminta kunci mobil Ferdi lalu mengambil kotak p3k. Tak lama Dinda kembali dengan kotak p3k ditangannya.  Ia mulai mengobati luka Ferdi sesekali terlihat Ferdi meringis.  

“Awww... Kenapa kau kasar sekali?“ tanya Ferdi sambil mengenggam tangan Dinda namun, langkah Ferdi salah. Pandangan mereka terhenti. Memori Dinda dan Ferdi sama – sama terputar, tentang kebersamaan mereka selama ini. Pandangan mereka terganggu oleh sang pemilik warung yang mengantarkan pesanan.

“Ehm...  Sekarang,  makanlah!“
Ferdi mengalihkan pandangannya.
*****
Kan kan... Flashback kan... Tapi, gakpapa ayah sudah merestui kau dan Al...

Direkturku, Pasanganku!!!Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon