Perhatian atau Kasihan?

155 4 0
                                    

Gedung...

Ferdi terlihat begitu sibuk hari ini. Waktu makan siang pun ia lewati kembali. Sedangkan Dinda yang baru saja datang langsung menuju mejanya, mengecek tugas apa saja yang harus ia kerjakan. Tiba - tiba Ferdi keluar dari ruangannya, menyampaikan kepada staf-stafnya bahwa akan diadakan meeting dadakan 30 menit lagi dan meminta anggotanya untuk menyiapkan data - data mengenai acara Presdir Cho.

Ketika Ferdi akan masuk kembali, Dinda mendekati Ferdi, menanyakan apa yang terjadi semalam. Namun, Ferdi malah mengatakan apa yang harus Dinda laporkan nanti pada saat meeting lalu meninggalkan Dinda.

Hah, pintar sekali caranya mengalihkan pembicaraan. Kira - kira apa yang terjadi kemarin ya? Siapa yang meneleponnya? Kenapa dia begitu panik?

"Baiklah, kita harus benar - benar semangat. Ingat, jangan kecewakan Presdir Cho. Ini moment penting untuk Presdir kita jadi aku mohon kerjasamanya."

Ferdi mengakhiri meetingnya. Stafnya pergi satu persatu meninggalkan ruang meeting. Ferdi melihat Dinda sejenak lalu pergi meninggalkan Dinda. Dinda hanya terdiam, mengangkat kedua bahunya lalu kembali ke mejanya.

Ferdi terlihat begitu sibuk diruangannya. Beberapa kali ia terlihat menaruh kepalanya di meja. Sementara Dinda menatap jam tangannya. Masih jam 2, 2 jam lagi waktu kerja akan berakhir. Ferdi terlihat menuju ruangan Presdir Cho, tak sampai ½ jam Ferdi keluar dengan wajah datar.
###

Hari menuju acara presdir Cho semakin dekat, itu terlihat dari direktur Ferdi yang semakin hari, semakin terlihat begitu sibuk. Seperti saat ini, ia sedang mengarahkan seluruh stafnya termasuk Dinda untuk mengecek barang - barang yang datang sesuai list yang sudah di diskusikan di rapat sebelumnya. Besok, acara Presdir Cho akan dimulai jadi setidaknya mereka harus bekerja lebih cepat lagi.

Saat Ferdi sedang mengarahkan stafnya, datang seorang wanita berambut panjang hitam, memakai highheels, tas brandid, namun dengan pakaian sederhana. Dari kejauhan Ferdi melihat wanita itu dan tersenyum.

"Dinda..."
Ferdi memanggil Dinda dengan senyuman. Dinda yang merasa dipanggil langsung mendekat.

"Kau cek semua barang dan minta bantuan Lusi untuk mulai menyusunnya ya!"

Ferdi menjelaskan sambil memberikan data lalu pergi tanpa melihat Dinda. Dinda terus melihat Ferdi yang tersenyum berlari menghampiri wanita itu. Wanita itu membalas senyum Ferdi dan duduk bersama.

Siapa wanita itu? Penampilannya, beda sekali denganku. Heels nya saja 7 cm sedangkan aku tidak pernah memakai heels. Lalu tasnya? Kenapa dia betah sekali dengan direktur songong itu?

"Syukurlah kau tidak terlihat lebih kurus. Padahal aku siap memarahimu kalau sampai melihatmu lebih kurus."

"Kau yang terlihat lebih kurus, apakah kau tidak pernah makan, ha?"

"Kemana Desha? Aku merindukannya?"

Ferdi mengalihkan ucapannya. Wanita itu hanya tersenyum. Wanita yang bernama Shanas itu hanya menjawab bahwa Desha bersama papanya.

"Kak Denta tahu kalau kau bertemu denganku?"
Shanas hanya mengangguk.

"Ehm, aku tidak pernah melihat perempuan itu?"
Shanas melihat Dinda yang sibuk mendata properti.

"Dia Staf baruku!"

"Aku lihat, dia cukup bisa dihandalkan. Ehm... Apa kau tidak berminat menjadikan dia sebagai pacarmu?"

"Hei kau ini, apa maksudnya? Dia hanya partner kerjaku. Kau ini ada - ada saja."

"Ya sudah, tak usah memerah begitu wajahmu."

Direkturku, Pasanganku!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang