Lagi... Proses 'Move On'

80 2 0
                                    

Keesokan harinya disore hari, Dinda masih kesal kepada Ferdi. Ia sudah membuatkan kue untuknya, lalu membelikan jam tangan tapi apa? Ferdi bahkan tidak menghubunginya untuk mengucapkan terimakasih. Ia juga tidak memakai jam tangan darinya.

Dengan kesal Dinda mengangkat telepon dari Ferdi yang meminta Dinda untuk segera mengemasi barangnya dan pergi bersama Ferdi.
Ferdi tersenyum saat Dinda berjalan mendekat kearahnya.

"Mau kemana kita?"
Dinda menanyakan setelah sadar bahwa itu bukanlah jalan menuju apartemen mereka. Ferdi tersenyum dan meminta Dinda untuk melihatnya sendiri nanti.
###
Sebuah Bangunan...

Ferdi mengajak Dinda turun, Dinda hanya mengikuti Ferdi sambil melihat – lihat bangunan itu. Dinda memutar bola matanya saat pertama kali masuk kebangunan itu. Ada banyak buku tertata rapi disana. Ada beberapa sepatu kecil yang sudah usang. Ada juga bola bekas yang sudah rusak, ada juga mainan anak – anak lainnya. Dinda terdiam.

Ferdi tersenyum dan meminta Dinda untuk mengikutinya. Mereka masuk disebuah ruangan. Sebuah ruangan gelap, Ferdi mengajak Dinda masuk.

"Aku tidak mau, aku takut gelap!"
Dinda sama sekali tidak menggerakan  kakinya.

"Sudah tidak papa, kan ada aku!"
Ferdi mengulurkan tangannya.

Mereka berjalan dengan pelan. Dinda mengenggam tangan Ferdi hingga akhirnya Ferdi menyalakan lampu. Dinda pun mulai melepas tangannya dari Ferdi.

Disana, 1,5 meter didepannya ada air mancur dan dari air mancur ada kursi panjang. Ferdi meminta Dinda untuk duduk. Lalu disisi lain, ada sebuah meja, diatasnya ada beberapa minuman disana. Ferdi mengambilnya dan memberikan pada Dinda.

“Air mancur?”
Ferdi hanya mengangguk dengan senyum.

“Apa bagusnya, dikota juga banyak, ini lagian kenapa harus dipasang didalam ruangan. Huft kalau untuk melihat air mancur kenapa harus jauh – jauh kemari? Kau menghabiskan waktuku saja!”

“Benar kau tidak mau melihatnya? Sungguh? Nanti bagaimana kalau kau menyesal?”
Dinda hanya mengeluarkan nafas panjang.

“Perbaiki dudukmu, duduklah yang relax!”
Dinda memperbaiki duduknya.

Ferdi berdiri dan berjalan mendekati air mancur itu lalu menekan tombol merah didekat airmancur itu. Air mancur berhenti mengalir. Setelah itu, Ferdi menekan tombol hijau. Ferdi kembali duduk didekat Dinda. Mulailah keluar air itu perlahan dengan warna – warni lampu membuat tulisan ‘THANKYOU VERY MUCH’.

Selama semenit Dinda terdiam, ia benar – benar terpukau melihat air mancur itu. Sedangkan Ferdi hanya memandang Dinda, entah kenapa ia sangat senang melihat wajah Dinda. Wajah Dinda lebih indah dibandingkan air mancur buatannya itu. Air mancur berhenti bergerak. Ferdi langsung mengalihkan pandangannya ketika Dinda memandangnya.

“Terimakasih ya cake dan jam tangannya. Aku tahu, itu darimu…”
Ferdi mengucapkan dengan sangat lembut. Dinda hanya tersenyum.

“Maaf semalam aku tidak menghubungimu. Sebenarnya setelah dari rumah, aku berniat segera pulang tapi, seseorang meneleponku dan mengatakan bahwa Anggun kecelakaan. Jadi, aku harus ke rumah sakit untuk menemaninya. Aku pulang sangat malam, jadi aku sengaja tidak memberimu kabar, takut menganggumu.”

“Benarkah? Lalu bagaimana keadaan Anggun sekarang?”

“Kaki kanannya retak dan ada beberapa luka ditangan dan wajahnya. Tapi tidakpapa, dia masih terlihat sehat.”
Dinda hanya mengangguk.

“Sungguh aku ingin menemuimu tapi, aku tidak tega meninggalkannya jadi, aku menunggu hingga orangtuanya datang.”

“Iya aku mengerti. Seharusnya, kau tidak perlu bercerita sedetail ini juga tidak papa…”
Ferdi meringis.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now