Mimpi buruk...

227 4 0
                                    

Sudah hampir 2 minggu Dinda tidak bertemu dan berkomunikasi dengan direktur Ferdi. Terakhir saat mereka bertemu di taman lalu direktur Ferdi mengajak Dinda untuk mampir ke kontrakannya.

Sepulang kuliah, ia berjalan menuju mini market yang letaknya diujung blok jadi, satu - satunya jalan menuju mini market harus melalui kontrakan direktur Ferdi. Ia hanya menoleh saat melewati kontrakan direktur Ferdi. Tidak ada mobilnya, direktur belum pulang.

Dinda melanjutkan perjalanannya, ia membeli apa yang ia butuhkan lalu berjalan pulang. Ia kembali melewati kontrakan direktur Ferdi, Dinda tersenyum, sudah ada mobil, direktur Ferdi sudah pulang. Ia terus melihat ke rumah direktur Ferdi.

Eh, kenapa sign mobilnya nyala ya? Apa direktur songong itu lupa mematikannya ya?

Tanpa berpikir panjang, Dinda mendekat, ia kaget melihat direktur Ferdi tertidur didalam mobil. Ia terus mengetuk kaca mobil hingga direktur terbangun.

"Are you okay direktur?"

Dengan senyuman Ferdi mematikan mesin mobilnya lalu keluar. Dinda hanya berdiri saja, melihat Ferdi berjalan dengan nampak lesu. Ketika ia akan masuk, ia terjatuh. Dinda langsung membantunya masuk.

Tak lama seorang dokter terlihat memeriksa Ferdi. Ia terlihat begitu teliti dan lembut selama memeriksa Ferdi.

Hah, bagaimana ini, aku harus menghubungi siapa? Haduh, kenapa harus sakit?

"Apa aku boleh minta tolong padamu nona?"

Dokter itu mengatakan itu sambil melihat Dinda. Dinda terdiam meskipun akhirnya mengangguk.

"Ada sedikit infeksi di tenggorokannya. Biasanya dikarenakan kurangnya minum. Karena itu suhu tubuhnya ikut meningkat. Tapi, tidakpapa ini tidak terlalu berbahaya. Jadi, kau jangan khawatir."

Apa wajahku terlihat mengkhawatirkannya? Damn, kenapa aku harus ada disaat seperti ini?

"Aku buatkan resep obat. Nanti tolong belikan untuknya ya nona. Oiya, untuk sementara buatkan dia yang halus halus seperti bubur."

What? Harus aku juga yang membuatkannya bubur? Lalu menebus resep obat itu?

Dinda kembali setelah menebus obat yang dokter itu berikan. Untung saja apotik tidak jauh dari kontrakan Ferdi. Setelah itu, ia memberikan kompres di kening Ferdi. Dan sesuai ucapan dokter, ia membuatkan Ferdi bubur.

Tuhan, apa tidak ada yang bisa ku hubungi? Andre? Hah, aku tidak tahu nomer Andre. Bagaimana ini?

"Bangunlah...Kau harus minum obat."

Dinda membangunkan Ferdi sambil mengambil kompresan. Perlahan Ferdi membuka matanya sambil memegang kepalanya. Dinda bergerak cepat mengambil bantal untuk Ferdi bersandar. Tapi, tiba - tiba hp Ferdi berdering, Ferdi mengambilnya, ada telepon WA dari seseorang bernama Raisa.

Siapa Raisa? Kenapa begitu mengkhawatirkan Ferdi?

"Terimakasih, aku akan menunggunya. Baik - baik kau disana, jaga dirimu, masih ada hal yang harus kuselesaikan!"

Ferdi mencoba berbicara dengan nada senormal mungkin.

"Aku juga merindukanmu..."

Apa dia pacarnya? Atau istrinya? Tidak, tidak, dia kan sudah mengatakan kalau dia belum punya istri. Lalu kenapa dia tidak mengatakan pada Raisa kalau dia sakit?

"Makanlah, dokter memintamu makan yang lembut - lembut jadi kubuatkan bubur!"

"Iya, pulanglah! Terimakasih ya!"

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now