Ultah Raisa

46 2 0
                                    

Keesokan harinya...

Al keluar dari kamarnya dengan jaz rapi, ditangan kanannya ada sebuah kotak kado yang semalam ia beli bersama Dinda. Dinda juga dengan gaun biru dongker dengan panjang dibawah lutut, ada aksesoris kalung, memperindah lehernya. Ditangan kanannya ia juga membawa sekotak kado untuk Raissa.

“Bagaimana, aku sudah tampan kan?”
Al mengatakan dengan gaya sok cool. Bukannya memuji, Dinda malah tertawa terpingkal – pingkal.

“Kau ini ada apa?” Al bertanya, heran.

“Rupanya kau benar – benar tertarik pada Raisa ya, sudah – sudah, kau sudah tampan kak!”
Dinda berjalan keluar dan melanjutkan tawanya.
###

Sementara hati Alex sedikit melunak, melihat Angel yang memakai baju yang lebih panjang dan sopan setelah kemarin ia beri nasehat. Alex tersenyum lalu mengarahkan mobilnya ke sebuah restoran untuk makan siang.

"Apakah kita harus selalu pergi ke restoran saat jam makan siang?"

“Lalu maumu apa?”
Alex memandang jam tangannya.
“Aku ada waktu 2 jam lagi, kau mau kemana?”

“Ikuti jalan yang aku arahkan!”
pinta Angel.

“Baiklah, karena hari ini aku sedang berbaik hati jadi, aku turuti kemauanmu!”
Alex tersenyum lalu memutar arah, mengikuti arahan dari Angel.

Angel dan Alex berada disebuah taman dengan penuh keasrian. Disana tidak begitu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang menikmati bunga – bunga yang tumbuh segar. Mereka berjalan santai.

“Aku sering kemari, udaranya segar, membuat pikiranku lebih baik.” Angel, tersenyum.

“Kau benar. Lumayan membantulah, di kota sudah jarang sekali tempat seperti ini.”
Alex menarik napas panjang.

“Ah lihatlah, anak kecil laki – laki itu sedang kesulitan!”
Angel berlari kecil mendekati anak kecil itu.

Anak itu merengek dan meminta tolong pada Angel untuk mengambil layang – layang yang tersangkut di pohon. Angel melihat layang – layang itu, Angel melepas sepatu wedgesnya dan siap memanjatnya namun, Alex segera berlari dan menahan agar Angel tidak memanjat.

“Kau ini apa – apaan sih? Benar kau mau memanjat dengan rokmu?”
kesal Al.
“Biar aku yang mengambilnya!”
Alex menaikkan lengan bajunya. Angel tersenyum sambil merangkul anak itu.

“Iya kak itu…” teriak anak itu girang.

Alex berhasil mengambilnya, anak itu tersenyum senang, ia melempar layangan itu, anak itu dengan semangat menangkapnya. Saat akan turun, kaki Alex terpeleset dari pohon dan ia terjatuh. Alex memegang tangan kirinya, ada luka ditangan kirinya. Anak itu langsung ketakutan dan meminta maaf pada Alex.

“Sudah tidakpapa, sekarang pergilah bermain dengan teman – temanmu!”
Alex mengusap kepala anak itu. Anak itu tersenyum dan mengucapkan terimakasih lalu pergi. Angel mengajak Alex duduk di bangku taman yang teduh. Ia memakai sepatunya lalu mengeluarkan kotak p3k dari tasnya.

“Wah lengkap sekali isi dalam tasmu. Coba kulihat, siapa tahu ada penjual baksonya didalam!”
Alex berusaha melucu tapi Angel hanya diam saja. Angel membersihkan luka Alex dengan air bersih lalu mulai mengobatinya.

“Aww… kasar sekali kau ini!” kesal Alex dengan wajah kesakitannya.

Angel memandang Alex sebentar lalu meniup luka Alex untuk mengurangi rasa perih itu. Lalu ia lanjut mengobati luka Alex dengan lembut, sangat lembut. Selama Angel mengobati, Alex hanya memandang Angel.

“Sabar ya, sebentar lagi selesai… Lagi pula kau ini, sudah tahu pohon itu cukup tinggi dan licin, masih saja tidak berhati – hati.”

“Ya mana ku tahu kalau aku akan terjatuh. Kan kau yang tahu, sampai – sampai kau sudah siap dengan kotak p3k.”

Angel terus mengobati luka Alex dan langkah terakhir, membalutnya dengan kassa. Saat sudah selesai, Angel tersenyum dan memandang Alex.

"Apa ada luka lainnya?"
Alex hanya menggelengkan kepalanya. Angel mengangguk lalu menyimpan kotak p3k nya kembali. Alex memanggil Angel pelan, Angel langsung menoleh memandang Alex.

“Apa kau setuju dengan perjodohan ini?”
Alex membuat Angel hening sesaat.

“Kau tahu, seumur hidupku, aku tidak pernah bisa benar – benar mengikuti kemauan ayah. Aku selalu membuatnya marah dan kesal.”
Angel memandang hijaunya rumput.

“Entahlah, aku tidak tahu tapi yang pasti, akan ada waktunya aku benar – benar mengikuti kemauan ayahku. Kau sendiri bagaimana? Aku sudah biasa membangkang ayahku jadi, kalau kau tidak mau, aku bisa membatalkan semuanya!”
Angel mengakhiri dengan senyuman.

“Apa kau ingin benar – benar menuruti kata ayahmu untuk hal ini?”
Alex serius. Angel hanya terdiam.
###

Rumah Ferdi yang tadinya sederhana, dirubah menjadi tempat pesta yang meriah. Halaman belakangnya dirubah dengan pernak – pernik apik, menyerupai pesta kebun sungguhan. Ada beberapa stand makan berdiri disana. Di sudut ruangan, menuju halaman belakang terlihat tumpukan kado.

Tiga bodyguard yang diperintahkan Dimas untuk menjaga keluarga Ferdi masih berjaga, sesekali ikut menikmati makanan yang tersedia. Setibanya mereka, Dinda dan Al langsung menemui Raisa, memberikan kado yang mereka bawa dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk Raisa. Raisa terlihat sangat bahagia. Semua terlihat bahagia siang itu.

Dinda duduk disudut ruangan sambil meneguk minumnya dan menikmati beberapa makanan kecil yang tersedia. Ia memandang kedepan, melihat mereka yang sedang asyik melepas rindu dan bercengkrama. Paman dan bibi juga terlihat asyik bercengkrama dengan kawan lamanya yang sengaja mereka undang.

Dinda mengambil hpnya, mengambil gambar suasana ulang tahun Raisa lalu kembali menyimpan hpnya. Ia memutar bola matanya, mencari dimana Al. Ia langsung tersenyum saat melihat Al sudah berbicara asyik dengan Raisa. Ia berjalan ke belakang dan duduk dibangkunya. Tak lama, Ferdi menghampirinya. Dan menanyakan kenapa Dinda tidak didalam.

“Tidakpapa, hanya ingin keluar sebentar. Kau sendiri kenapa diluar, kau kan keluarga jadi seharusnya didalam kan!”

“Hah, sebenarnya aku ingin tidur, aku sangat mengantuk. Semalam aku sibuk mendekor semuanya sendiri!” ucapnya dengan wajah letih dan mengantuknya.

“Lagipula kau tidak meminta bantuanku, padahal semalam aku free…” sahut Dinda. Ferdi hanya tersenyum.
*****
Selamat ulang tahun ya Raisa

Direkturku, Pasanganku!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang