Beban...

49 1 0
                                    

Kontrakan Baru Dinda...

Dinda berjalan pelan menyusuri jalan menuju kontrakan barunya. Ditangan kirinya ada beberapa kantong plastik, ia baru saja dari mini market, membeli beberapa kebutuhannya untuk sehari – hari. Sesekali ia menarik nafas panjang menikmati udara malam hari. Pikirannya masih saja memikirkan tentang Ferdi.

Percakapan singkatnya saat futsal, bersama Ferdi selalu terngiang di telinganya. Tapi tiba – tiba matanya terhenti pada salah satu titik. Ia melihat seorang pria, berdiri diujung jalan kontrakannya. Ia mengusap matanya, mungkin saja ini hanya halusinasinya saja. Tapi saat ia kembali melihat, hal itu memang real. Ada Ferdi berdiri diujung jalan. Ferdi yang melihat, langsung berjalan cepat menghampiri Dinda.

“Aku sudah menunggumu sejak tadi. Kukira aku salah mengira kontrakan itu, tempat tinggalmu. Tapi ternyata… Katamu bayaranmu tinggi, benarkah? Meragukan!”
Ferdi mengatakan dengan sinis.

Tempat tinggal Dinda saat ini memang jauh dari kontrakan sebelumnya. Bahkan kini ia tinggal di sebuah rumah susun, di kanan - kirinya banyak orang. Bahkan ia hanya tinggal di bangunan yang hanya ada kamar, ruang tengah kecil, toilet kecil, dan dapur sepetak.

“Apa pedulimu tuan Ferdi? Dimana aku akan tinggal, itu urusanku. Kenapa sekarang tuan menjadi pribadi yang gemar mencampuri urusan orang lain?”
balas Dinda lalu berjalan melewati Ferdi, menuju kontrakannya.

“KARIN…”
panggilan Ferdi membuat Dinda menghentikan langkahnya.
“Kenapa kau seperti ini?”
Ferdi berjalan mendekati Dinda.
“Ada apa denganmu? Apa yang sedang coba kau sembunyikan dariku?”
Ferdi menghentikan langkahnya, 1 meter dibelakang Dinda. Ia memandang sedih punggung Dinda.

“Untuk apa kau kesini? Untuk apa kau mendatangi seseorang yang hanya menjadikanmu sebagai umpan demi kesenangannya?”

“Terserah apa yang kau ucapkan. Aku tidak peduli, bagimu aku ini apa. Tapi, kau harus ingat tentang cerita orang tua kita.”

Ferdi penuh tekanan saat menyebutkan kata ‘cerita tentang orang tua kita’. Dinda dan Ferdi sama – sama terdiam. Dinda menunduk, berusaha keras menenangkan hatinya. Perlahan Dinda membalikkan badannya. Ferdi langsung menatap Dinda.

“Ayahku sudah tidak ada. Saat ayahku meninggal, beliau tidak mengatakan apapun tentang perjodohan itu. Jadi, anggap saja cerita itu tidak ada. Sekarang pulanglah!”
Dinda menunduk. Ferdi mengambil tangan kanan Dinda dan mengenggamnya.

“Karin, aku mohon! Kau orang yang membuatku mampu hidup tanpa Silvi tapi setelah aku lepas, kenapa sekarang kau membuatku seperti itu lagi…”
Ferdi menatap Dinda dengan tatapan sedih, tatapan putus harapan. Dinda yang tidak tahan menatap Ferdi hanya mampu menunduk. Perlahan airmatanya mengalir.

“Pergilah… Jangan seperti ini, pergilah…”

“Karin, aku tidak peduli kalau kau hanya memanfaatkan aku, aku tidak peduli jika kau hanya berpura – pura peduli padaku, asalkan kau bertahan disampingku. Aku mohon Karin, aku mohon!”

“Aku sudah jahat padamu, pergilah dan jangan temui aku lagi, aku mohon!”

“Ayo kita selesaikan bersama – sama masalahmu…”
Ferdi masih menatap Dinda dengan tatapan sedih. Dinda mengangkat wajahnya dengan sisa airmatanya.

“Aku mohon pergilah, jangan seperti ini Ferdi, kau tidak seharusnya seperti ini.”
Dinda melepas tangan Ferdi dan berlari menjauh dari Ferdi dengan airmatanya yang deras.
###
Kontrakan Baru Dinda...

Beberapa hari setelah kejadian itu…
Seseorang bermasker yang biasanya terlihat sebagai mata – mata Ferdi datang menemui Dinda. Dinda membuka pintu dengan wajah ketakutannya. Wajahnya terus ia sembunyikan.

“Aku datang dengan 2 pilihan. Pilihan pertama, kau bekerja di Sun Production lakukan hal sebaik - baiknya, kalau perlu kau ambil semua pelanggan Ferdi. Pilihan kedua, aku akan melepasmu tapi kau harus siap melihat Ferdi, ku bunuh secara perlahan.” orang itu mengatakan dengan suara serak, sambil menatap Dinda tajam.

“Apa lagi yang kau mau, aku sudah melakukan apa yang kau inginkan. Apalagi ini?

“Ada 3 hari waktumu untuk memikirkan. 3 hari lagi aku akan datang lagi dan kau harus dengan pilihanmu!”

"Kau tidak memberiku pilihan. Semua pilihan yang kau berikan sama saja, sama - sama membuatnya menderita."

"Mana ku peduli."
orang itu pergi meninggalkan Dinda. Dinda terjatuh, kedua kakinya benar – benar terasa lemas. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Perlahan airmatanya mengalir, mengalir semakin deras.

“Ada apa denganmu Dinda?”
Alex yang baru saja datang mengangkat Dinda duduk dikursi dan mengambil minum untuk Dinda. Dinda menceritakan yang baru saja terjadi.

“Benar – benar orang itu.” Tegas Alex, tangannya mengepal kuat. Ia berdiri dan siap pergi namun, Dinda menahannya.
******
Bertahanlah Dinda, ini tidak akan lama lagi. Bertahanlah...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now