Insiden...

75 1 0
                                    

Hari ini, hari pertama Dinda masuk kantor setelah dirawat dirumah sakit. Baru saja ia terbangun, ia sudah membaca pesan dari Rendy yang meminta maaf pada Dinda atas perlakuannya selama ini, ia juga berjanji bahwa ia akan berubah.

Dinda hanya mengabaikan pesan itu. Baru saja ia akan berangkat ke kantor, hpnya kembali berdering. Panggilan masuk dari Rendy, ia abaikan tapi Rendy terus menelepon Panggilan masuk ke 3, Dinda mengangkatnya tanpa melihat nama panggilan masuk itu.

“Sudah ku bilang, aku tidak mau diganggu, kenapa kau terus meneleponku, kau Sangat mengangguku…”

“Kau ini ada apa?”
Ferdi menjawab, tak kalah kesal karena tidak tahu apa – apa tapi nada bicara Dinda sudah meninggi. Dinda langsung melihat nama penelepon lalu menepok jidatnya sendiri.

"Hehehe maaf, ku kira temanku!"

“Aku sudah didepan, cepat keluar!”
Dinda mengiyakan lalu keluar dan ke kantor bersama Ferdi.

Jam makan siang telah usai, para staf kembali ke mejanya masing – masing. Ferdi menghampiri Dinda. Dinda hanya mengangguk lalu mengikuti Ferdi. Ferdi meminta Dinda untuk membawa mobilnya, karena tubuhnya benar – benar terasa lelah. Dinda hanya mengangguk.

“Kau ambil mobilku, aku kesana dulu. Ada yang harus ku beli.”
Ferdi menunjuk seberang jalan. Dinda hanya mengangguk. Mereka berjalan kearah yang berbeda.

“Kau akan mati Ferdi.”

Ferdi mulai berjalan untuk menyebrang jalan tapi seseorang berteriak meminta Ferdi untuk pergi. Orang itu melihat sebuah mobil melaju dengan kencang tapi, Ferdi sama sekali tidak mendengar karena sedang menerima telepon. Paman Lee yang saat itu tak jauh dari sana langsung berlari dan mendorong Ferdi sehingga membuat paman yang tertabrak.

Dinda menoleh melihat itu. Ferdi yang terjatuh karena dorongan paman langsung berteriak memanggil paman Lee dan memangkunya sambil meneriakkan ambulan. Banyak orang mulai bergerumun mendatangi Ferdi.

“TOLONG PANGGILKAN AMBULAN!”
Darah segar mulai mengalir dari kepala dan telinga paman Lee.

“Paman… Ayo bangun paman… Paman… PAMAN…”

Ambulan pun datang, mereka langsung membantu Ferdi memasukkan Paman ke ambulan. Didalam ambulan Ferdi terus menggenggam tangan paman Lee sambil meminta paman Lee untuk bangun. Sedangkan Dinda langsung berlari mengambil mobil Ferdi dan mengikuti mobil ambulan.
###
Rumah Sakit...

Para perawat dengan cepat membawa paman Lee keruang tindakan. Ferdi mengikutinya, dibelakangnya ada Dinda. Perawat melarang Ferdi masuk, ia hanya bisa melihat dari balik kaca saja. Ferdi terus memanggil paman Lee dan meminta paman Lee untuk bertahan. Dokter mengeluarkan alat pemicu denyut jantung. Denyutnya terlihat sangat lemah, Ferdi bisa melihatnya dari mesin penditeksi denyut nadi. Dinda menyentuh pundak Ferdi dan meminta Ferdi untuk tenang.

“Bagaimana aku bisa tenang, paman terluka karena aku.”
Ucap Ferdi cemas.
“Paman, ku mohon bertahanlah paman… Aku mohon!” ucapnya lagi sambil memandang paman Lee dengan cemas.

Dinda mengusap lembut bahu Ferdi, mencoba menenangkan Ferdi. Ia mengatakan pada Ferdi bahwa paman akan baik – baik saja.
Ruangan terbuka, dokter langsung menghampiri Ferdi dan Dinda, menjelaskan tentang keadaan paman Lee yang masih kritis.

Dokter mengatakan bahwa paman Lee mengalami pendarahan didalam kepalanya. Dan harus segera dioperasi. Ferdi mengatakan bahwa ia siap melakukan apapun untuk pamannya. Dokter hanya mengangguk dan memerintahkan para asistennya untuk membawa paman Lee keruang operasi.

Operasi pun mulai berjalan. Ferdi mulai berjalan mondar – mandir didepan ruang operasi. Dinda memandang Ferdi lalu ia pergi. Tak lama ia kembali, membawa 2 botol minuman dan roti. Ia masih saja melihat Ferdi mondar mandir dengan wajah cemas.

Direkturku, Pasanganku!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang