Info tertunda...

50 1 0
                                    

Keesokan harinya...
Hari ini Star Production begitu sibuk bahkan Dinda dan Ferdi tidak sempat bersenda gurau, mereka sama – sama mengerjakan tugas masing – masing.

Hingga jam kerja pun berakhir. Satu persatu staf Star Production mengakhiri pekerjaan mereka namun, Ferdi masih saja terlihat sibuk diruangannya. Dinda mengetuk pintu ruangan Ferdi. Ferdi hanya tersenyum ketika Dinda masuk lalu kembali pada pekerjaannya.

“Kau tidak pulang?”

“Kemarin aku sudah meninggalkan kantor lama jadi, mungkin aku akan lembur malam ini. Ada apa?”

“Tidak papa… Baiklah, kalau begitu aku akan pulang duluan.”

“Hati – hati ya…”
Ferdi tersenyum. Dinda mengangguk lalu pergi.
###

Dinda melaju mobilnya, ia tersenyum mengingat Ferdi. Namun, senyumnya terganggu oleh bunyi dering hpnya. Ia langsung mengambil earphone nya dan menerima telepon dari ayahnya. Ia begitu kaget mendengar ucapan ayahnya hingga ia tetap berhenti meski lampu hijau menyala.

Setelah mobil belakang mengklakson baru ia kembali menginjak gasnya. Ia langsung memutar arah mobilnya kembali ke kantornya. Ia mematikan teleponnya, beberapa kali mencoba menahan airmatanya.

###
Kantor Star Production...

Setelah tiba di parkiran, ia langsung berlari menuju ruangan Ferdi. Ferdi yang kaget melihat kedatangan Dinda langsung berdiri. Dinda langsung memeluk Ferdi, dan kembali menangis. Ferdi hanya diam namun, kedua tangannya membalas pelukan Dinda. Perlahan Dinda melepas pelukannya.

“Ada apa denganmu?”
tanya Ferdi sambil menghapus airmata Dinda.

Dinda menggelengkan kepalanya. Ferdi tersenyum dan mengajaknya duduk disofa. Ferdi mengambil minum dan meminta Dinda untuk minum. Setelah itu, Ferdi mengambil tangan kanan Dinda dan mengenggamnya. Ferdi kembali menanyakan apa yang terjadi.

“Direktur…”
panggil Dinda dengan suara pelan. Ferdi menoleh, memandang Dinda dengan senyumnya.

“Tidak bisakah jika kau meneruskan pekerjaanmu di kontrakanku saja?”

“Hai… Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini?”
Ferdi berwajah heran.

“Ya sudah kalau memang tidak bisa tidakpapa…”

“Huft… Wanita memang seperti itu. Mudah sekali ngambek. Aku kan tidak bilang tidak bisa, kau saja yang menyimpulkan seperti itu. Duduklah, aku kemasi barangku terlebih dahulu.”
###
Kontrakan Dinda..

Ferdi melepas alas kakinya, duduk disofa dan langsung mengeluarkan laptopnya kembali. Dinda memandang Ferdi sejenak lalu membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, ia membawakan segelas teh hangat untuk Dinda. Ferdi hanya tersenyum, meneguk teh itu lalu kembali fokus pada laptop. Sedangkan Dinda membuat makanan untuk makan malam mereka.

“Direktur… Ayo kita makan!”

“Aaahhh… Kau tahu saja kalau aku lapar.”
Ferdi tersenyum dan menghampiri Dinda.

“Makanlah yang banyak, kau butuh banyak tenaga untuk menyelesaikan pekerjaanmu.”

“Mungkin seperti ini ya, enaknya kalau sudah memiliki istri.”
Ferdi tersenyum, membuat Dinda tersedak. Ferdi langsung menyodorkan minuman untuk Dinda.

“Hai ada apa denganmu?”

Mereka meneruskan makan mereka. Dinda tersenyum kecil melihat Ferdi yang makan dengan lahap. Ucapan ayahnya kembali membuatnya terdiam. Apakah semua ini kebetulan saja atau memang sudah digariskan seperti ini. Dinda melihat Ferdi lalu meneruskan makannya. Setelah selesai Dinda merapikan piring kotornya. Ferdi kembali ke sofa dengan segelas air putih ditangan kanannya.

Direkturku, Pasanganku!!!Onde histórias criam vida. Descubra agora