Pernyataan Cinta

25 1 0
                                    

Selama 4 hari keluarga tuan Wibawa menghabiskan waktu bersama. Raisa membatalkan semua janjinya selain pada pelanggan di jam kerjanya. Setelah pulang kerja yang biasanya Raisa memilih berjalan kaki kini, lebih memilih menaiki taksi agar cepat tiba di rumah. Ia tidak mau melewatkan beberapa menit saja kebersamaan keluarganya.

Berbeda dengan Dinda, semenjak terakhir kali ia bertemu dengan Al disaat makan berempat dengan Putra dan Tuan Park. Sejak itu, Dinda terlihat begitu sibuk, jika ada waktu luang, ia selalu ke cafénya, apa saja ia lakukan, termasuk ikut melayani pelanggannya. Tapi, gerakannya terhenti saat hapenya berdering. Ada nama ‘kak Dimas’ tertera.

“Ada apa kak?”

“Kau bersama Al?”

“Tidak kak, bukankah terakhir kata ayah, dia bersamamu?"

“Iya… Tapi, setelah bertemu denganku tiba – tiba ia menghilang. Dia sama sekali tak memberi kabar pada kami. hapenya mati. Kami sudah mencari di semua tempat yang biasa kami kunjungi tapi tidak ada. Apa kau tau dimana lagi tempat yang sering dia kunjungi?”
Wajah Dinda mulai panik.

“Sepertinya aku tahu kak!”

“Bersiaplah, 15 menit lagi aku tiba di cafému!” 
Dimas mematikan teleponnya.

Dinda terdiam sejenak lalu ke dapur, meletakkan nampan dan melepas celemeknya. Ia ambil tasnya dan menunggu di depan café. Dinda langsung masuk mobil Dimas saat Dimas tiba. Dinda langsung memberi arahan pada Dimas tentang tempat yang akan mereka kunjungi. Dinda ingin mengunjungi makam kedua orangtua Al. Siapa tahu Al disana.

“Kak, apa yang terjadi sebenarnya, kenapa tiba – tiba kak Al menghilang seperti ini kak?”

“Aku juga tidak tahu Dinda, ini tak seperti biasanya. Setelah lunch bersamamu dan Ferdi, ia pergi menemuiku. Hanya sebentar saja, setelah itu ia pergi dan entah sampai hari ini tak ada kabar apapun darinya.” Cerita Dimas.

Dinda terdiam...

Sejak lunch saat itu, berarti sudah 3 hari Kak Al menghilang. Kenapa aku sampai tidak tahu?   Dinda, kau keterlaluan. Kak, ada apa denganmu.

Dinda mencoba menghubungi Al, Dimas benar, hape Al tidak aktif. Ia mencoba menenangkan diri sambil terus mengarahkan Dimas menuju tempat pemakaman.

Sesampainya disana Dinda langsung keluar dan berlari mendekati makam kedua orangtua Al tapi tidak ada Al. Tapi, Dinda melihat setangkai bunga mawar putih diatas makam kedua orangtua Al. Jika dilihat dari kondisi bunganya, bunga itu baru beberapa jam diletakkan disini. Setidaknya beberapa jam yang lalu Al sempat kesini. Al kembali menghampiri Dimas dan meminta Dimas menjalankan mobilnya.

“Bukankah ini tempat pemakaman. Siapa yang dimakamkan disana?”

“Orangtua kak Al. Tadi aku melihat diatas makam ada bunga mawar putih yang masih segar berarti beberapa jam yang lalu kak Al kemari.”

“Lalu kemana kita sekarang?”

“Kakak sudah tahu tempat tinggal kak Al yang baru?” Dimas hanya menggelengkan kepalanya.

“Kita kesana kak!” pinta Dinda. Dimas mengangguk setuju, mengikuti arahan dari Dinda.

Sesampainya didepan apartemen Al, Dinda dan Dimas langsung menuju masuk namun, terhalang. Dimas tidak tahu password apartemen Al. Dinda langsung maju, ia ingat, Al pernah memberitahu bahwa paswordnya tanggal ulang tahunnya.

Dan yups pintu terbuka. Dan betapa terkejutnya mereka saat mereka melihat Al tergeletak begitu saja. Dinda terdiam melihat Al dengan wajah pucatnya. Dimas langsung menyentuh tubuh Al, begitu tinggi suhu tubuhnya. Dimas langsung memanggil ambulans.

Direkturku, Pasanganku!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang