Bersama lagi

53 3 0
                                    

Dinda tersenyum senang. Ia merasa damai meski ancaman Rendy masih bisa datang kapan saja, setidaknya mereka akan aman bersama ayahnya.

Dinda berjalan keluar rumah saat beberapa motor dan mobil yang tadi membantu dalam misi penyelamatan  mulai berdatangan. Dinda tersenyum menyambut mereka. Namun senyumnya menghilang saat melihat Dimas terluka di pelipis kiri dan di dekat mulutnya.

“Kak Dimas, kenapa bisa terluka?”
Dinda cemas dan hampir memegang luka itu namun, Dimas mengenggam tangan Dinda dan mengatakan bahwa ia baik – baik saja. Dimas langsung melepas tangan Dinda dan berdiri tegak saat tuan Park datang.

“LAPOR KAPTEN, SEMUA TUGAS TELAH KAMI SELESAIKAN DENGAN BAIK DAN BENAR!”
lapor Dimas pada Tuan Park.

"Wajahmu kenapa?"

“Komplotan Rendy langsung memukul saat tahu bahwa saya bukan Ferdi komandan, saya tidak sempat menghindar, komandan!”

“Tingkatkan usahamu dalam merespon cepat gerakan lawan!”
Dimas mengangguk.

“Tapi, terimakasih sudah mengawal anakku!”
Dimas hanya tersenyum. Tuan Park beralih memandang Dinda.

“Kau ambil p3k, obati Dimas!”
Perintah tuan Park. Dinda mengangguk, mereka sama – sama masuk.

Dinda berjalan mendekati Dimas yang sudah menunggu di taman belakang rumah Dinda. Ditangan kanannya ada segelas sirup segar, di tangan kirinya membawa kotak P3K.

Dimas menyambut Dinda dengan senyuman. Dimas meneguknya hingga ½ gelas. Dinda mulai membersihkan luka Dimas.

“Kau tambah dewasa ya!”
Dimas memandang Dinda dengan senyuman manisnya.
“Perlahan kau mulai bisa mengatur hidupmu dengan baik.”

“Aku belajar darimu kak!”
Dinda membuat Dimas tersenyum. Dinda ikut tersenyum.

“Sepertinya kau sudah mulai nyaman dengan Ferdi?”
Dimas ingin mendengar jawaban langsung dari Dinda sambil sesekali menahan sakitnya.

“Ya kau benar kak. Tapi entahlah, aku tidak berharap lebih padanya. Dia pernah mengatakan padaku bahwa dia sudah bisa melupakan Silvi dan mulai menyukai wanita lain dan aku tidak tahu siapa wanita lain itu. Ehm… Kakak sendiri bagaima dengannya?”
Dinda hampir menyelesaikan mengobati luka Dimas.

“Seminggu yang lalu aku bertemu dengannya. Dia terlihat nampak lebih cantik dari biasanya. Kami makan bersama dan meluruskan semuanya. Kami berdamai.”

“Wah, aku ikut senang mendengarnya. Kapan – kapan kau harus membawanya bertemu denganku ya kak, aku ingin kenal dengannya!” Dimas mengangguk dengan senyum.
###
Tiga hari kemudian...

Tiga hari hidup di tengah keluarga Dinda membuatnya semakin dekat dengan keluarga Dinda, khususnya nyonya Dina. Ia selalu semangat merawat dan memelihara Ferdi. Namun, tidak dengan kedekatannya dengan Dinda.

Bukannya senang, Ferdi malah semakin dibuat cemburu karena melihat Dinda dengan Dimas. Seperti kali ini, ia melihat Dinda membawakan makanan untuk Dimas. Ferdi memandang mereka dengan wajah kesal. Setelah Dinda sendiri, Ferdi mendekati Dinda dan menanyakan siapa Dimas.

“Ada apa tiba – tiba kau menanyakan hal itu?”
Dinda heran. Ferdi mengulangi pertanyaannya. Dinda meminta Ferdi duduk.

"Kau sudah makan?" 
Bukannya menjawab, Ferdi malah pergi.

“DIREKTUR, KAU MAU KEMANA?”
Ferdi terus berjalan, mengabaikan panggilan Dinda. Dinda berlari menyusul Ferdi.

“Hai direktur, kau ini kenapa?” dengan lembut.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now