Direktur Songong

382 8 0
                                    

Kampus Dinda...

Pikiran Dinda masih tentang kameranya, bagaimana keadaan kameranya, apakah dijaga baik - baik oleh direktur songong itu? Lalu hasil gambarnya yang ia nilaikan? Tapi, sekian menit berikutnya Dinda sudah tersenyum. Setidaknya, nilai A- bisa ia dapatkan.
###

Kantor Star Production...

Perlahan ia memasuki sebuah gedung yang hanya ada lantai 2 disertai basement. Bola matanya langsung berputar, bukan perusahaan yang kecil.

Hah, apakah direktur songong itu benar - benar direktur disini. Lalu bagaimana bisa mereka tahan dengan direktur songong seperti itu?

Ia terus berjalan menuju lobbi dan menemui seorang wanita yang ada di Posisi front desk. Waneta itu berparas cantik, berkulit bersih dan numpak Sangat ranah.

"Saya ingin bertemu Direktur Ferdi kak..."

"Apakah nona sudah membuat janji dengan Direktur Ferdi?"

"Kemarin direktur sendiri yang memintaku datang kemari. Katakan saja, aku Dinda, mau mengambil kamera!"

Wanita itu tersenyum ramah dan terlihat menghubungi seseorang.

"Silahkan tunggu sebentar ya nona, perwakilan dari direktur Ferdi akan kemari menemui nona. Silahkan duduk nona!"

Meskipun dipersilahkan duduk tapi, Dinda tetap berdiri, matanya masih sibuk menyapu seluruh gedung perusahaan itu. Cukup luas memang.

Dari kejauhan ia melihat Seorang laki-laki bernama Andre, ia bisa tahu dari nametag yang menggantung dilehernya. Pangkatnya asisten direktur, ya benar saja kalau ia ikut songong seperti direktur itu.

"Ikut aku!"

Hanya itu yang Andre katakan. Mereka berjalan melewati 2 koridor lalu mulai memasuki sebuah ruangan. Ada beberapa pegawai disana dan mereka langsung memperhatikan Dinda dan Andre. Andre mengajak Dinda masuk ke sebuah ruangan.

Ruangan itu sangat rapi, ada kulkas kecil di sudut ruangan, ada beberapa lukisan pemandangan, ada sofa panjang, lengkap dengan mejanya dan yang tidak luput dari pandangan Dinda. Papan nama hitam dengan tulisan berwarna silver mengkilap yang bertuliskan 'Ferdiansyah Putra Wibawa - Direktur of Star Production'

Damn... Dia benar direktur di perusahaan ini.

"Minumlah! Bosku sedang meeting jadi, kau harus menunggu!"
Andre memberikan sebotol minuman segar.

"Kenapa kemarin Anda mengambil kameraku dengan paksa? Kamera itu penting untukku!"

"Kenapa kau menganggu pekerjaan kami?"

"Sudah menjadi tugas kami menerima segala keluhan mereka untuk ditindaklanjuti. Peserta kami kehilangan 5 gantungan kunci karena mu. Dia tidak mau diganti rugi, dia hanya mau kami menghukummu!"

"Tapi, kita bisa bicarakan ini baik - baik!"

Belum sempat Andre menjawab, Ferdi masuk dan meminta Andre memproses hasil di map yang ia berikan pada Andre.

"Biar dia menjadi urusanku, sekarang kembalilah!"

"Aku ingin mengambil kameraku!"

"Sabar nona, aku ini baru saja selesai meeting, aku haus, aku butuh istirahat!"

Direktur itu mengambil minuman segar, meneguknya lalu kembali melihat Dinda.

"Kameramu aman tapi, kau tidak bisa mengambilnya dengan semudah itu!"

"Apa lagi? Kau butuh ganti rugi? Aku butuh kamera itu segera, tugasku belum selesai!"

"Yakin belum selesai? Bukankah kemarin foto yang aku sisakan mendapat nilai cukup baik?"

Dinda hanya menunjukkan wajah kesalnya. Bagaimana mungkin ia bisa tahu mengenai nilai tugas fotographernya yang cukup baik. Dinda memandang Ferdi kesal.

"Hah, lama sekali. Bagaimana, waktuku tidak banyak!"
Ferdi mengatakannya sambil merapikan jaznya.

"Tidak, tidak... Aku tidak akan bekerja untukmu!"

"Beruntungnya aku hari ini! Tidak mengeluarkan uang tapi dapat kamera gratis!"
Direktur berbicara dengan dirinya sendiri.

"Hah, mana bisa seperti itu. Kau mengesalkan sekali direktur. Baiklah, apa yang bisa ku kerjakan?"

Direktur tersenyum sinis, ia memandang Dinda lalu mengambil kunci mobilnya dan meletakkannya didepan Dinda.

"Hari ini aku sangat lelah, aku butuh supir!"

What? Kenapa harus seperti ini? Supir? Hanya kamera dan harus menjadi supir. Dasar direktur songong. Sungguh kau membuatku kesal!

"Aku tidak bisa membawa mobil!"

Ferdi merapikan jaznya lalu berjalan menuju pintu keluar. Namun, langkahnya terhenti karena Dinda masih diam saja.

"Kau ingin kameramu menjadi milikku?"

Dengan kesal, Dinda mengikuti Ferdi.

###
Kontrakan Dinda...

Dinda melempar tasnya ke ranjangnya. Lalu ia berteriak sambil mengacak - acak rambutnya. Sungguh, bagaimana bisa ia bertemu laki - laki seperti direktur itu. Hanya merusakkan 5 gantungan kunci yang masih sanggup ia beli, ia harus bekerja menjadi supir seminggu. Mimpi apa dirinya bisa seperti ini.

Lebih mengesalkannya lagi, Direktur songong itu sangat pelit, ia sama sekali tidak mau membelikan apapun untuknya, bahkan air mineral pun harus dirinya yang membayar sendiri. Huft.... Ia menenangkan diri, demi kamera itu kembali, ia harus bertahan.
*****
Huft... Hari yang melelahkan. Kalau kalian jadi Dinda, apa yang akan kalian lakukan besok pada Direktur songong itu?

Direkturku, Pasanganku!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang