Semakin Dekat

21 1 0
                                    

Sudah seminggu ini Dinda fokus pada perusahaannya ayahnya yang berada di Lombok dengan bimbingan dari Vino. Dinda tersenyum lega, akhirnya setelah berusaha keras, tugas yang ayahnya berikan selesai hari ini. Vino dengan ramah mengajak Dinda dan Al untuk makan siang bersama. Dinda mengangguk semangat. Vino tersenyum, ia berjalan bersama Dinda. Sedangkan Al memilih dibelakang mereka dengan wajah kesal.

Keesokan harinya, pagi – pagi sekali Vino menghampiri Al dan Dinda. Hari ini Vino akan mengantarkan Al dan Dinda ke sebuah lokasi wisata, tempat yang Al minta. Tak jauh, hanya berjarak 1 jam dari lokasi sebelumnya. Masih ada waktu 5 hari untuk mereka berlibur di Lombok. Vino duduk didepan bersama Dinda. Sedangkan Al memilih dibelakang.

Vino memang cocok jika diminta menjadi guide. Dia ramah, sopan, memiliki wawasan luas dan cukup menarik dalam hal fisik. Sepanjang jalan Vino menjelaskan apa yang ia tahu tentang apa yang mereka lihat. Al hanya mendengarkan penjelasan Vino tanpa menanggapi ucapan Vino sedikitpun.
******
Sudah 2 hari Vino, Al, dan Dinda berlibur bersama. Vino terus menunjukkan sikap ramahnya pada Al maupun Dinda. Namun, hanya Dinda yang merespon baik sikap ramah Vino. Selama 2 hari itu, Vino selalu berjalan bersama Dinda, menjelaskan apa yang ia tahu tentang objek wisata itu. Al hanya selalu berjalan di belakang mereka dan terkadang memilih menikmati pemandangan sendirian.

Hari ini mereka menuju sebuah pantai yang tidak jauh dari tempat penginapan mereka. Tak perlu menaiki kendaraan, hanya 5 menit jika berjalan kaki. Vino memberikan salah satu topinya kepada Dinda, mengingat Dinda tidak membawa topi. Dinda tersenyum sedangkan Al hanya mengalihkan padangannya. Rasa kesal mulai tumbuh di dadanya.

“Ayo kita bermain air!” ajak Vino.
Dinda langsung memandang Al, Al langsung mengalihkan pandangannya. Tanpa aba – aba, Vino menarik tangan Dinda pelan.

Dinda dan Vino asyik bermain air, mereka saling menyiramkan air pada lawannya. Mereka terlihat begitu senang. Al yang kesal malah menutup wajahnya dengan topi. Setelah 10 menit, Vino kembali. Ia langsung mengambil topi Al.

“Ayolah, come on boy! Ini di pantai brother, lihat deh, sayang banget kalau kesini hanya untuk tidur. Gih, Dinda sudah menunggumu untuk bermain bersama!” pinta Vino. Al hanya memandang Dinda sejenak.

“Sudah cepat temani Dinda, aku disini saja!” ucap Al dengan kesal. Ia kembali menutup wajahnya dengan topinya. Namun tiba – tiba…

“DINDA…” Teriak Vino panik.

Al langsung melempar topinya dan berlari setelah melihat Dinda hampir terseret ombak. Namun, ia terlambat. Vino sudah dulu menyelamatkan Dinda. Ia membopong Dinda bahkan memeluknya. Al langsung mendatangi Dinda.

“Kau tidakpapa, nona?” cemas Al.

“Bagaimana tidakpapa? Kau lihat dia hampir mati tapi kau malah bersantai – santai. Kau ini bodyguardnya kan tapi kenapa kau lambat sekali membantunya? Coba kau pikirkan kalau tidak ada orang lain selain kau disini, apa yang akan terjadi pada Dinda?” kesal Vino pada Al. Al hanya menunjukkan wajah menyesalnya.
“Apa yang terjadi padamu Dinda?”

“Kaki kananku kram kak. Jadi, aku tidak terlalu kuat menahan ombak. Terimakasih kak, sudah menolongku!” lirih Dinda.

Vino langsung meluruskan kaki Dinda dan memberi sedikit sentuhan di kaki Dinda, melupakan bahwa disana juga ada Al. Tanpa pikir panjang Al mengambil topinya dan pergi. Dinda langsung melihat kepergian Al. Langkah penyesalan karena ia terlambat menolong Dinda.
*****
Dinda mendatangi kamar Al namun, tidak ada Al disana. Dinda mencoba menghubungi nomer Al tapi tetap tak ada jawaban. Dinda mulai mencari Al, semua sudut penginapan itu telah ia sambangi dan langkahnya terhenti saat ia melihat Al sedang berdiri sendiri memandangi lautan. Dinda menatap Al dari jauh lalu mulai mendekati Al.

“Ternyata kau disini sumbae, aku sudah mencarimu dimana – mana!” ucap Dinda.

“Kau sudah baik – baik saja? Maaf tadi aku membuatmu seperti itu, maafkan aku!” lirih Al dengan wajah menyesalnya.

“Tidakpapa, aku baik – baik saja! Oiya, dari tadi Vino mencarimu untuk meminta maaf padamu karena tadi sempat membentakmu!” ucap Dinda dengan senyumnya.

“Vino? Kemana dia sekarang?”

“Dia sudah pergi, tadi pacarnya menjemputnya. Ia ingin pamit padamu tapi, kau tidak ada dikamarmu jadi, dia hanya menitipkan ini padamu!”
Dinda memberikan secarik amplop.

“Apa ini?”  Al menerima amplop itu.

“Aku tidak tahu, aku belum membukanya. Buka saja!

Al membukanya, hanya ada secarik kertas disana bertuliskan sesuatu. Al pun membacanya.

Maaf ya tadi aku membentakmu, aku tidak bermaksud apa – apa. Aku hanya takut terjadi apa – apa dengan tamuku. Maaf juga aku menganggu waktumu bersama Dinda. Aku hanya mengetesmu dan yups ternyata kau resah saat aku mendekati Dinda. Hahaha… Kalau kau memiliki rasa padanya, cepat kau katakan saja padanya. Meskipun aku sudah memiliki pacar yang tidak kalah cantik dari Dinda. Tapi, aku tidak menolak kalau kau memberiku kesempatan untuk merebut Dinda darimu… Hahahaha… Semoga kau sukses bersamanya ya!’

Al memasukkan kembali surat itu ke amplop sambil tersenyum.

“Apa katanya?” Dinda kepo.

“Sudah jangan banyak tanya, ayo kita jalan – jalan!” ajak Al dengan senyum manisnya sambil mengulurkan tangannya.

Dinda terdiam sejenak lalu dengan senyumnya menerima tangan Al. Malam itu mereka berjalan bersama – sama layaknya seorang sepasang kekasih yang siap menghabiskan waktu bersama. Mereka merasa sangat senang malam itu. Senyuman gembira menjadi penutup malam mereka.
*****
Udah ini mah,, baper semua, jadi ini mah... Ferdi, maafkan mimin...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now