Bertemu... Lagi

53 2 0
                                    

3 Bulan sudah Dinda dan Ferdi tidak pernah bertemu lagi semenjak itu. Diandra yang kembali dan bertahan untuk beberapa minggu, selalu hadir menemani Ferdi. Sesekali memandang kesal saat Ferdi terlihat melamun.

Bibi yang tadinya sangat menyukai Dinda perlahan mulai kesal pada Dinda. Dinda membuat Ferdi tidak jauh berbeda saat ia ditinggalkan Silvi. Ia mulai sibuk bekerja, mulai menomerduakan tubuhnya, bahkan beberapa kali ia terlihat pulang dengan kondisi mabuk.

Lamunan Ferdi disadarkan dengan dering hpnya. Ajakan teman – temannya untuk bermain futsal akhirnya membuatnya beranjak juga. Ia kembali kekontrakannya sekedar untuk mengambil perlengkapan futsalnya. Setelah itu ia langsung mengarahkan mobilnya ke lokasi futsal.

Saat Ferdi dan teman – teman sedang pemanasan, tiba – tiba seseorang dari mereka menyapa seseorang yang baru saja datang. Ferdi menoleh dan senyumnya menghilang. Seseorang dari mereka merangkul Alex.

“Pasangan baru?”
Salah satu dari mereka menggoda Alex. Alex hanya tersenyum.

“Perkenalkan dia Dinda…”
Alex memperkenalkan Dinda pada teman – temannya. Dinda hanya memberi salam dan tersenyum.

“Nona, kenapa kau mau dengan dia? Bukankah dia pria yang menyebalkan?” tanya seorang lain. Dinda hanya tersenyum.

Alex meminta teman – temannya untuk pemanasan. Sedangkan Alex merangkul Dinda, mencarikan tempat duduk untuk Dinda, lalu mengganti pakaian.

Ferdi hanya diam, ia sama sekali tidak bisa tersenyum melihat Dinda bersama Alex. Benar - benar menyakitkan melihat Dinda bersama Alex. Ditambah lagi pikirannya menganggap yang Dinda maksud mencarikan info untuk bosnya, bos yang ia maksud adalah Alex. Ferdi meneguk minumnya lalu terlihat seperti mengabaikan Dinda.

Futsal pun dimulai. Awalnya berjalan baik dan saat ini, bola mendekati Ferdi namun, Ferdi malah diam saja, ia memandang Dinda. Alex yang melihat bola itu langsung belari, saat ia mendekati bola itu, tiba – tiba Ferdi ikut berlari, tanpa di sengaja, mereka bertabrakan. Tubuh Ferdi yang lebih kecil dari Alex, membuat Ferdi terjatuh. Dinda yang melihat langsung berdiri.

Ferdi meringis kesakitan, beberapa teman langsung membantu Ferdi. Mereka mengangkat bagian perut Ferdi, sedikit membantu tapi, masih saja terasa sakit. 2 temannya, membantu Ferdi keluar.

Dinda mengambil tas nya dan berlari mendekati Ferdi. Temannya kembali mengangkat bagian perut Ferdi, lagi – lagi ia meringis kesakitan. Temannya, mengangkat kaki kanan Ferdi dan menekannya. Ferdi terengah – engah karena menahan rasa sakitnya.

“Nona, di lututnya juga ada luka, bisa kau membantunya, aku akan mencari p3k!” pinta seseorang dari mereka kepada Dinda.

“Ehm… bermainlah, aku akan mengobatinya!”  Teman itu hanya mengangguk.

Dinda memapah Ferdi lebih menepi dan mencari tempat duduk. Alex yang memandang mereka hanya tersenyum. Ia tahu, Dinda tidak akan tinggal diam melihat Ferdi terluka.

“Duduklah dengan benar!”
Dinda mengatakan tanpa memandang Ferdi. Ia mengambil minuman untuk Ferdi, Ferdi terus memandang Dinda.

“Minumlah!”
Ferdi menerima minum itu. Dinda mengeluarkan p3knya. Dinda bersiap melepas sepatu Ferdi tapi Ferdi menahannya. Ia sendiri yang akan melepasnya.

“Kau ini, apa yang kau pikirkan? Bagaimana bisa kau seperti ini saat bermain futsal? Kenapa kau diam saja saat bola didekatmu, harusnya kau menendangnya. Kalau sudah seperti ini, kau juga kan yang merasakan.”
Dinda mengatakannya dengan kesal namun, kedua tangannya bergerak mempersiapkan p3k. Ferdi terus memandang Dinda. Suara riuh bermain futsal, terdengar samar di telinganya.

“Tahan ya, akan terasa perih.”
Dinda membersihkan lutut Ferdi yang terluka. Reflek kaki Ferdi sedikit bergerak karena perihnya. Dinda memandang Ferdi lalu meniup luka Ferdi dan menyelesaikan mengobati luka Ferdi. Ferdi terus memandang Dinda. Ia kembali menemukan gadis yang ia cintai.

“Kau masih mengkhawatirkanku?”
Pertanyaan Ferdi membuat Dinda menghentikan gerakannya. Ia segera sadar dan merapikan barang – barangnya dan bersiap pergi. Namun, Ferdi segera menahannya, ia memegang tangan Dinda. Dinda menatap tangan Ferdi yang mengenggam tangannya.

“Aku merindukanmu…” lirih Ferdi.
Dinda menarik tangannya sehingga terlepas dari genggaman Ferdi.

“Apa sekalipun kau tak pernah merindukanku? Ada apa denganmu? Kenapa tiba – tiba kau berubah?” Ferdi menatap Dinda sedih. Dinda menelan ludahnya sambil mengalihkan pandangannya pada teman – teman yang bersiap menyudahi futsalnya.

“Aku mengobatimu untuk direktur Alex. Aku tidak mau mereka menyalahkan direktur Alex atas kejadian ini. Sudahlah, bukankah aku sudah pernah bilang padamu, aku mendekatimu hanya karena uang. Aku mendekatimu dan uang datang padaku!”
Dinda mencoba tetap tenang.

“Matamu tidak pernah bisa berbohong!”
Ferdi dengan mata berkaca – kaca  memandang Dinda yang sama sekali tidak memandangnya. Dinda menoleh pada Ferdi.

“Itulah skill utamaku, yang membuatku mendapatkan gaji tinggi.”
Dinda pergi meninggalkan Ferdi bersama Alex.

Ferdi terdiam, pikirannya kacau. Ia sudah tidak bisa berfikir dengan jernih. Kebenciannya pada Alex yang awalnya sudah menyurut kini memuncak kembali. Ferdi tersenyum tak percaya dengan semua ini. Ia segera mengganti pakaiannya lalu bertemu Diandra.

“Di, ada apa denganmu?”
Diandra berubah cemas, saat melihat Ferdi datang dengan kaki pincang. Ferdi tersenyum sambil duduk.

“Biasalah, kecelakaan kecil saat futsal.”
Ferdi tersenyum. Diandra hanya terdiam.

“Ehm… mana makananku?”
Ferdi memandang Diandra. Diandra tetap tak menjawab, ia memandang Ferdi aneh. Baru kali ini, ia mendengar Ferdi ikut futsal.

“Kenapa lama sekali, aku sangat lapar!”

Senyum Ferdi mengembang saat makanan itu datang. Ferdi menambah sambal pada mangkuk makanannya. Dengan semangat ia menganduknya lalu dengan pelan memasukkan makanan itu ke mulutnya.

“Ehm, so delicious…”
Ferdi tersenyum puas. Wajahnya sedikit memerah akibat pedasnya makanan yang Ferdi makan. Sembari makan, Diandra hanya terus memandang Ferdi aneh.

“Ada apa denganmu?”
Diandra menyudahi makannya, ia memandang Ferdi yang masih saja terlihat kepedesan, bahkan ia sudah menghabiskan 2 gelas minuman.

Ferdi hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia kembali meneguk minumnya lalu mengambil hapenya. Diandra langsung merampas hape Ferdi.

“Ada apa denganmu? Kau memesan makanan pedas, menghabiskannya dengan cepat, menghabiskan 2 gelas minuman, ada apa sebenarnya?”
Ferdi menunduk lalu membuang nafas dari mulutnya, mencoba untuk tenang.

“Aku bertemu Dinda…”
Dengan menunduk, Ferdi mengatakannya. Diandra nampak kaget.

“Dia yang mengobati lukaku tapi pada akhirnya, dia meninggalkanku lagi.” Lirihnya lalu menyeruput minumannya.

“Ferdi… Come on. Berapa kali aku sudah mengatakan padamu, lupakan Dinda. Sudah jelas Dinda memanfaatkanmu karena uang bahkan dia sudah mengatakannya sendiri padamu. Come on Ferdi, apa lagi yang kau harapkan?”
Ferdi menatap Diandra yang kesal. Ferdi tersenyum.

“Iya, aku akan mengusahakannya.”
Ferdi tersenyum lalu membuka pembicaraan dengan topik yang baru, tentunya jauh dari tentang dirinya dan Dinda.
*****
Sabar ya Fer, kamu pasti bisa. Yakin Fer, Dinda tidak sepenuhnya berpihak pada Alex.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now