Masih karena Ferdi

34 2 0
                                    

Ferdi tersenyum, setidaknya kali ini ia sudah tidak lagi harus makan, makanan rumah sakit yang rasanya lebih kepada hambar. Setelah menikmati sarapan dengan makanan tidak dari rumah sakit, Ferdi terlihat menghabiskan waktu berdua bersama Dinda, bercerita tentang apapun. Sesekali mereka terlihat tertawa. Tiba – tiba cerita mereka terhenti karena dering hape Dinda. Dinda langsung mengangkatnya. Dinda hanya mengiyakan dengan wajah murung.

"Siapa? Ada apa?"

“Kak Angel meneleponku, dia memberiku kabar kalau kak Alex sakit dan dia ingin aku menemui kak Alex.” Ferdi tersenyum kecil.

“Anak itu bisa sakit juga? Lalu bagimana?”

“Terserah kau saja direktur!”

“Bagaimana terserah aku, kan kau yang diminta bertemu Alex kenapa kau menyerahkan keputusannya padaku, kau ini lucu!” sahut Ferdi.

Dinda hanya menghembuskan nafas beratnya. Ia menjatuhkan dirinya di sofa dan mulai berpikir apakah ia harus menemui Alex atau tidak. Sedangkan ia menebak bahwa sakitnya Alex tidak jauh karena Ferdi.

Angel menatap Alex sedih. Lalu mengganti kompres Alex. Tubuhnya sangat panas, Angel sudah membujuk Alex untuk pergi kerumah sakit tapi sama saja. Alex menolak untuk ke rumah sakit. Belum lagi sejak kemarin, ia tidak mau makan. Entahlah apa yang membuatnya tiba – tiba down seperti ini. Tiba – tiba hape Angel bergetar, ada pesan dari Dinda yang mengatakan bahwa dia sudah berada didepan apartemen Alex. Tanpa pikir panjang, Angel keluar untuk menjemput Dinda.

“Terimakasih kau sudah mau datang. Aku tidak tahu bagaimana membujuknya makan. Aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa kecuali denganmu…” Angel mengajak Dinda melihat Alex yang terlihat begitu pucat.

“Apa yang terjadi pada kak Alex kak?”
Dinda memandang Alex sedih.

“Sejak kemarin ia tidak masuk kantor, semua bingung mencarinya dan baru tadi malam kami menemukan dia terduduk lemas di depan apartemennya. Maka dari itu, aku mohon, bujuk dia untuk makan. Selama ini, setahuku kau yang paling dekat dengannya. Aku mohon!”
Dinda hanya diam. Diam – diam ia tahu bahwa Angel menyimpan rasa pada Alex.
“Dinda, aku harus pergi jadi tolong ya jaga dia selama aku pergi!” Belum juga menjawab Angel sudah pergi.

Dinda mulai menyiapkan semangkuk bubur dan mengganti air untuk kompresan. Dinda mengambil handuk kecil itu dan kembali mengompres kening Alex yang masih terasa panas.

“Kak… Kakak… Kak…”
Dinda mencoba membangunkan dengan menyentuh lengan Alex.

Alex belum juga terbangun. Dinda terus mencoba membangunkan Alex. Perlahan Alex membuka matanya. Dinda hanya tersenyum pada Alex. Alex mengambil kompresnya, Dinda membantu Alex duduk.

“Dinda, bagaimana bisa kau disini?”

“Kak Angel yang memintaku kemari!” balas Dinda sambil tersenyum.

“Aku kira kakak tidak bisa sakit, ternyata…”
Dinda  tersenyum.
“Kak, aku punya ini… pasti enak sekali, nyam – nyam aromanya membuatku lapar!”
Dinda memperlihatkan buburnya. Alex hanya menggelengkan kepalanya lemah.

“Ehm aku tahu, kau pasti mau ini kan?”
Dinda mengiming – ngimingi coklat pada Alex. Alex kembali menggelengkan kepalanya.

“Atau kau mau kubuatkan apa?”
Lagi – lagi Alex menggelengkan kepalanya. Senyum Dinda memudar, ia menggenggam tangan Alex  dan… “Ada apa denganmu kak?”

“Ferdi…” lirih Alex lemah.

Dinda langsung mengalihkan pandangannya dari Alex. Senyumnya menghilang, dugaanya benar. Sakitnya dikarenakan memikirkan Ferdi terlalu dalam. Ia masih ragu apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak pada Alex. Dinda kembali memandang Alex dengan senyumnya.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now