Kemarahan Ayah

29 2 0
                                    

Keesokan harinya...
Al terbangun dikamarnya. Semalam Dinda yang membawa mobil, Ferdi juga membantu memapah Al kekamarnya. Bahkan Ferdi menunggu Al hingga tertidur, baru setelah itu ia kekamarnya.

Al beranjak dengan meringis kesakitan. Rasanya seluruh badannya terasa sakit. Ia mengambil hapenya, ada satu pesan dari Dinda. Ia tahu berarti Dinda sedang tidak ada dirumah. Ia membuka dan membacanya.

Dinda : Selamat pagi kak, kalau kau membuka pesan ini berarti kau sudah bangun… Maaf ya kak aku dan Ferdi pergi tanpa membangunkanmu. Tapi, kami tidak akan lama. Oiya kak, menolehlah ke kanan…’

Al langsung menoleh kekanan. Ada sebuah nampan tertutup. Ia kembali membaca sambil tersenyum.

Dinda : Aku sudah membuatkan soup untukmu sarapan jadi, cobalah, aku yakin kau pasti ketagihan. Tenang saja aku tidak membubuhkan apapun yang berbau kacang jadi, kau bisa makan dengan tenang. Habiskan ya kak, aku akan marah kalau kau tidak menghabiskannya.’

Diakhiri dengan emoticon senyuman. Al mengambil nampan itu. Ada soup disana. Al tersenyum lalu mencobanya. Soupnya masih terasa panas, berarti Dinda belum lama pergi.
*****
Ferdi dan Dinda berada diruang kerja tuan Park. Tuan Park hanya menanyakan kabar Ferdi setelah itu ia meminta Ferdi keluar karena Tuan Park hanya ingin berbicara pada Dinda. Ferdi hanya mengangguk lalu keluar. Nyonya Dina datang dengan membawa segelas minuman segar untuk Ferdi.

“Bagaimana nak kabarmu?”
Nyonya Dina bertanya dengan senyum penyejuknya.

“Baik – baik, aku sangat baik. Bibi sendiri baik – baik saja kan?”

“Iya bibi baik – baik saja. Kau keluar pasti karena tuan Park memintamu keluar kan?”
Ferdi hanya mengangguk ringan.

“Beliau memang seperti itu jika ada sesuatu yang salah atau yang penting, yang ingin dia bicarakan pada Dinda. Nanti kau jangan kaget ya jika mendengar suamiku berbicara keras pada Dinda. Kau tenang saja, Dinda sudah terbiasa seperti itu jadi, Dinda tidak akan memasukkan ke hati.”
Jelas nyonya Dina. Ferdi hanya tersenyum lalu meneguk minumnya.

Didalam ruang kerja Tuan Park...

“Apa yang terjadi pada Al?”
Tuan Park bertanya pelan namun penuh tekanan. Dinda yang duduk didepan ayahnya hanya menggelengkan kepalanya.
Tuan Park kembali mengulangi pertanyaannya.

“Aku hanya ingin mengakrabkan kak Al dengan temanku ayah tapi, rupanya pacar temanku itu salah paham dan menghajar kak Al.”
Dinda menceritakan dengan wajah ketakutan.

“Apa Al yang memintamu un...”

“Tidak ayah, tidak! Kak Al bahkan tidak tahu tentang ini yah, semua ini salahku!” sahut Dinda.

“KAU YANG SALAH TAPI ORANG LAIN YANG TERLUKA. DAN KAU DIAM SAJA MELIHAT ORANG YANG MEMBELAMU TERLUKA SEPERTI ITU?”
bentak Tuan Park pada Dinda.

Ruang tamu :
Ferdi yang mendengar bentakan itu dari luar, terlihat begitu kaget. Ferdi hanya memandang nyonya Dina. Nyonya Dina sudah terbiasa mendengar seperti itu, tapi esoknya semua sudah kembali seperti semula. Dinda tahu dan paham bahwa ia pantas diseperti itukan karena memang ia yang salah. Jika Dinda tidak salah, ayahnya juga tidak akan seperti itu.

“Bibi… Apakah itu tidakpapa?”
Ferdi cemas sambil menunjuk ruangan tuan Park.

“Sudah kau tenang saja, bukankah dari awal aku sudah bilang padamu?”
Ferdi hanya mengangguk tapi rasanya ia masih saja khawatir mendengar Tuan Park berbicara keras pada Dinda.

Ruang Kerja Tuan Park :
“Sekarang coba kau pikir, bagaimana caramu bertanggung jawab? Kau ingin meluruskan semuanya? Bagaimana bisa, Al saja dibuat seperti itu, apalagi kau yang ilmu bela dirimu masih sedikit?”
Dinda hanya menunduk dan meminta maaf dengan tulus pada ayahnya.

Direkturku, Pasanganku!!!Kde žijí příběhy. Začni objevovat