Pelajaran Baru

27 0 0
                                    

Nyonya Dina memberikan segelas kopi hangat pada suaminya. Tuan Park tersenyum dan meneguk kopi buatan istrinya.

“Kopimu memang terbaik!” puji tuan Park sambil meletakkan kembali kopi itu.

“Semakin hari aku melihat Ferdi dan Dinda semakin dekat dan…”

“Kau yakin? Sedangkan kemarin anak kita merengek meminta liburan bersama Al dan menolak untuk bersama yang lain.” sahut Tuan Park, membuat istrinya terkejut.

“Bagaimana bisa sayang? Dan kau mengizinkannya?” Nyonya Dina bertanya serius. Tuan Park hanya mengangguk dengan senyumnya.

“Lagipula aku tidak akan melarang Dinda dan Al jika memang mereka saling jatuh cinta.”

“Apa itu artinya kau menolak perjodohan antara Ferdi dan Dinda?”

“Sejujurnya aku sedikit menolak. Kalau aku boleh memilih, aku akan lebih senang jika Dinda berjodoh dengan Al.” Tuan Park tersenyum. Istrinya memandang Tuan Park, seakan – akan ingin bertanya kenapa.

“Aku tahu kau ingin tahu kenapa akau berbicara seperti itu kan? Sekarang coba kau pikirkan, apa yang tidak dimiliki Al. Cerdas, kau lihat sendiri. Bisa bela diri, itu jangan diragukan lagi. Kaya, ah aku rasa itu bisa berjalan seiring waktu. Dia juga sangat bertanggung jawab terhadap semua tugas yang kuberikan padanya. Bagaimana menurutmu?”

“Aku tidak memihak siapapun. Tidak Al, tidak juga Ferdi. Sekuat apapun kita menjodohkan Dinda pada Ferdi kalau memang pelabuhan Dinda bukan Ferdi aku bisa apa.” Jawabnya nyonya Dina.

"Ini yang membuatku mencintaimu sayang..." 
tuan Park memeluk istrinya.

Sementara Ferdi masih saja dibuat tidak paham dengan pikiran Dimas. Setiap hari ia dibuat kesal dengan perlakuan Dimas yang tiba - tiba tidak friendly.

“Hai, apa maksudmu menyiksaku seperti ini?”
kesal Ferdi pada Dimas.

“Kau ini laki – laki tapi seperti ini. Kau tidak lihat laki – laki disekitar Dinda seperti apa? Sekarang lihatlah kau! Kau masih berani berpikir Dinda akan mau padamu?”

Ferdi memandang Dimas kesal lalu tanpa aba – aba ia memukul Dimas namun, dengan sigap Dimas menangkisnya dan malah menjatuhkan Ferdi. Dimas menyodorkan tangannya pada Ferdi, mencoba membantu tapi Ferdi menolak dan masuk dengan wajah kesal.

“Kau sombong! Tidak tahu diri!”
Dimas berucap santai sambil melepas sepatunya.

“Apa maksudmu dengan semua ini, kau mau membunuhku?” kesal Ferdi, melepas baju militernya, hanya menggunakan kaos putih oblong.

“Sudah tahu aku lebih hebat darimu tapi kau masih saja berani melawanku. Aku salut dengan keberanianmu tapi kau terlalu sombong dan percaya diri!”Balas Dimas lalu meneguk minumnya.

“Kau sudah tahu ini bukan bidangku tapi kau masih memaksaku, Jelas aku tidak bisa!”

“Itulah bedanya kau dengan Al.” jawab Dimas dengan senyum sinisnya lalu pergi dengan membawa handuknya.
*****

Pagi – pagi Dimas sudah berteriak untuk membuat Ferdi bangun. Dengan terpaksa akhirnya, Ferdi bangun daripada terus mendengar Dimas berteriak terus menerus.

“Cepatlah mandi lalu bantu warga sekitar untuk bergotong royong! 5 menit lagi aku tunggu kau diluar!” pinta Dimas.

Ferdi hanya memandang Dimas kesal dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Dan untung saja Ferdi tepat waktu, ia tidak mau lagi diminta lari mengelilingi lapangan. Ferdi mengikuti Dimas ke sebuah ladang milik warga sekitar. Dari jauh terlihat beberapa warga sedang membuat aliran air untuk mempermudah warga mengambil air untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Tak jauh dari itu terlihat beberapa warga membersihkan balai desa. Dan Dimas langsung berlari membantu seorang kakek yang kesulitan membawa setumpuk dedaunan. Ferdi hanya tersenyum melihat Dimas dengan semangat membantu kakek itu. 1 pelajaran lagi yang ia dapat dari Dimas. 'kebaikan akan mengalahkan semuanya.'
*****
Tuh kan Fer, gak selalu bikin kesel kan Dimas. Ini juga buat kebaikan kamu kok... Demi menggaet hati neng Dinda nih...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now