Al atau Ferdi?

26 2 0
                                    

Ferdi terbangun dan mengusap pelan matanya. Ia memandang jam dindingnya. lalu beranjak mencuci wajahnya. Setelah itu, ia keluar dari kamarnya tapi langkahnya terhenti saat ia melihat ada notes dari Dinda diatas tudung nasi, Ferdi langsung membacanya.

‘Selamat pagi tuan Ferdi Putra Wibawa…  Maaf ya aku pergi pagi – pagi. Ada yang harus kuselesaikan segera. Ada makanan didalam tudung nasi, makanlah dan habiskan makanan itu. Awas saja kalau kau sampai tidak habis, aku akan menghukummu!’

Ferdi tersenyum membacanya dan membuka tudung nasi. Sudah ada ayam goreng, sayuran, nasi , dan air putih didalam sana. Dengan semangat Ferdi memakannya.
*****
Dimas membuka pintu apartemennya, ia tahu itu Dinda. Dinda memberi kabar pada Dimas sebelumnya, memberi tahu bahwa ia akan datang. Dinda langsung menyodorkan sekantong makanan pada Dimas. Dimas tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

“Kak Al dimana kak?”

“Dia dikamarku, aku meminta dia tidur disana agar lebih nyaman. Oiya, sejak semalam dia juga tidak makan, coba kau cek dia!” pinta Dimas. Dinda hanya mengangguk.

Al terlihat tertidur namun, ia nampak tidak nyaman dengan tidurnya. Beberapa kali ia terlihat miring ke kanan lalu miring ke kiri lalu kembali ke kanan lagi. Dinda terdiam, memandang wajah Al yang terlihat sangat polos jika sedang tidur. Dinda tersenyum lalu meletakkan sekantong makanan di meja kecil samping Al tidur. Dinda kembali memandang wajah Al. Namun, Al langsung terbangun saat tak sengaja ia sedikit mendorong Dinda dengan kakinya.

“Hah, kau tidakpapa?” tanya Al dengan nafas terengah – engah.

“Dinda? Apakah aku dirumah?”
Al baru saja sadar kalau yang didepanya adalah Dinda.

“Tenanglah, tenanglah. Kau masih diapartemen kak Dimas dan aku baik – baik saja.”

“Ada apa tiba – tiba kau kemari, apakah ada masalah dirumah?”

“Tidak, tadi pagi dokter mengatakan bahwa hapemu tidak aktif jadi dia meneleponku dan memintanya mengambil hasilnya. Dan selama kau masih belum sembuh karena Gio, kau masih saja akan menjadi pasienku. Sekarang aku sudah membawa makanan, kata kak Dimas kau belum makan jadi, mau tidak mau kau harus segera makan!” pinta Dinda. Al hanya tersenyum lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

“Apa kata dokter tentang hasilku?”
Al memasukkan makanan di mulutnya sambil mendengar penjelasan Dinda.

Kemarin saat mereka dirumah sakit, Dinda memaksa Al untuk melakukan pemeriksaan karena melihat Al yang akhir - akhir ini terlihat kurang sehat.

“Hanya ada sedikit masalah di pencernaanmu. Dokter juga menitipkan ini padaku. Jadi, setelah kau makan, kau harus memakan vitaminnya.”
Dinda memberikannya kepada Al.

Al mengambil hapenya yang sedang di cas. Dia baru sempat mengecasnya hari ini. Al tersenyum saat melihat begitu banyak yang menghubunginya. Beberapa panggilan masuk dari Dinda. Al memandang Dinda dengan tersenyum.

“Kau merindukanku?”
Senyum Al langsung meredup ketika sadar ia telah keceplosan mengucapkan itu pada Dinda.

“Mak… maksudku… Pasti sepi… ji..ka tidak ada yang bawel padamu.” Sambungnya gugup.  

“Sudahlah kau istirahat saja. Kau ini benar – benar menyebalkan. Aku sudah berapa kali bilang padamu, jangan memaksakan diri. Kalau waktunya istirahat ya istirahat, waktunya makan ya makan. Dengarkan aku baik – baik, mulai sekarang aku akan marah jika kau selalu melewatkan makanmu.”
Kesal Dinda.

“Oooh aku sungguh terharu, kau sangat baik padaku. Uh senangnya.” Al dengan ekspresi menggoda.

“Kak, aku ini serius. Kesehatan itu hal serius kak.” Kesal Dinda.

“Iya, terimakasih ya…”
Dinda masih saja kesal. Al menggelitiki Dinda, mereka pun saling tertawa.
******
Wah, tanda - tanda apa tuh? Cemas, peduli, perhatian?

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now