Say Thankyou

136 2 0
                                    

Keesokan harinya pagi - pagi, Ferdi menjemput Dinda. Dengan wajah masih kesal, Dinda masuk mobil Ferdi.

"Bagaimana semalam dengan pangeran impianmu?"

"Awalnya baik - baik saja tapi seseorang mengucapkan sesuatu seenaknya saja, merusak suasana. Huft... benar - benar menyebalkan."

"Kalau kau bertemu dengan orang itu, apa yang akan kau lakukan?"

"Ehm... Mungkin aku akan mencubitnya. Ehm tidak tidak... Mungkin aku akan menamparnya. Ehm tidak tidak... Mungkin aku akan menendangnya."

"Dia sudah didepanmu. Kenapa kau tidak melakukannya?"

"Kalau dia kenapa - kenapa, tidak ada tumpangan untukku. Ehm... Apa rencanamu weekend ini?"

"Mungkin pergi bersama Shanas kalau tidak ya mungkin hanya dirumah saja, tidur seharian!"

"Lihatlah!"
Dinda menunjukkan sebuah danau di hpnya. Ferdi melihatnya.

"Kau ingin kesana?"

"Next time aku akan kesana!"
###

Gedung...

Ferdi langsung menghampiri Lusi dan menanyakan apa saja yang kurang. Lusi memberi laporan kepada Ferdi. Sedangkan Dinda menghampiri Denis, menanyakan apa saja keperluan yang kurang untuk pencahayaan. Mereka semua terlihat begitu sibuk, dibantu tukang - tukang lainnya.

Waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Lusi, Aska, Denis dan Yola memutuskan untuk makan bersama. Mereka memilih restoran yang paling dekat dengan lokasi. Yola mulai membicarakan kedekatan Ferdi dengan Dinda di sela - sela makan mereka.

Sedangkan Ferdi dan Dinda masih sibuk menata gedung itu. Ferdi menghampiri Dinda dan memerintahkan Dinda untuk segera memulai pembuatan kerangka gapura bunga. Dinda dengan bantuan beberapa orang pun mulai mengerjakannya.
###

Sudah 3 jam lebih Ferdi meninggalkan lokasi. Lusi dan Dinda juga sudah mencoba menghubungi Ferdi tapi tidak ada jawaban, padahal sebentar lagi Presdir akan tiba untuk mengecek persiapan. Dinda mengirim pesan kepada Ferdi, meminta Ferdi segera pulang karena Presdir akan datang. Namun sia - sia karena Presdir datang lebih awal daripada Ferdi.

Dinda mengajak Presdir masuk dan menjelaskan tentang progres persiapan acara itu. Presdir mengangguk senang. Tiba - tiba Presdir menanyakan keberadaan Direktur Ferdi. Dinda nampak bingung menjawab pertanyaan Presdir. Tapi dari kejauhan Presdir melihat Ferdi berlari menghampirinya. Ferdi datang dan segera meminta maaf pada Presdir.

"Darimana saja kau ini? Bagaimana bisa kau meninggalkan stafmu disaat mereka sibuk seperti ini? Kau tau mereka sibuk, tapi kau malah seenaknya saja pergi begitu saja."
Presdir Cho menatap Ferdi kesal. Ferdi meminta maaf kembali pada Presdir Cho.

"Kau ini... Semua ini tanggungjawabmu. Bagaimana kau bisa melakukan ini dengan baik kalau kau tinggalkan pekerjaanmu seperti ini? Kenapa kau membuatku marah?"
Tiba - tiba Lusi berlari menghampiri mereka.

"Direktur Ferdi, kau sudah datang? Bagaimana, kau sudah mendapatkan sound system tambahan untuk didekat panggung?"
Lusi memberi kode kepada Ferdi. Ferdi yang mengerti, menyambut kode itu.

"Owh iya, sudah kudapatkan. Sore ini akan datang!"

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau mencari pengeras suara tambahan?'
Presdir Cho terlihat sedikit merasa bersalah

"Maafkan saya Presdir!"

"Baiklah, lanjutkan pekerjaan kalian!"
Ferdi, Dinda, dan Lusi hanya mengangguk dan mengantarkan Presdir hingga tidak terlihat.

"Huft... Thankyou so much Lusi!"
Ferdi tersenyum lega.

"Lain kali jika ada telepon, lebih baik direktur jawab. Direktur membuat kami cemas."

Ferdi meminta maaf atas perbuatannya. Lusi hanya tersenyum dan meminta Ferdi untuk makan lalu melanjutkan pekerjaanya. Dinda dan Lusi masuk. Tiba - tiba hp Ferdi berdering. Telepon dari bibinya.

"Iya, bibi dan paman tenang saja. Aku sudah memikirkan tentang hal ini. Lusa aku akan membawakan uang itu pada mereka jadi bibi dan paman bisa kembali aman."
*****
Sebenarnya apa yang terjadi dengan bibi dan paman Ferdi?

Direkturku, Pasanganku!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang