Kesedihan...

60 2 0
                                    

Keesokan harinya...
Acara penutupan pelatihan pun telah berakhir. Dinda dan Alex keluar secara bersamaan. Dinda tersenyum pada Alex, begitupun Alex. Alex menanyakan bagaimana Dinda akan pulang. Dinda hanya mengatakan bahwa nanti ada pihak kantor yang akan menjemputnya.

“Boleh kita pulang bersama?”
Alex menanyakan dengan sabar.

"Ada yang harus ku bicarakan dengan paman Yudha, mungkin akan lama!"

“Tidak papa, tenang saja aku akan menunggumu. Aku akan memastikan bahwa aku tidak akan mendengarkan apa yang kau dan dokter Yudha perbincangkan.” Alex tersenyum.

Dinda mengangguk setuju. Mereka pergi bersama menuju rumah sakit paman Yudha praktik. Selama dalam perjalanan Alex beberapa kali menceritakan kejadian lucu dalam hidupnya, mencoba membuat Dinda tertawa dan yups berhasil.

“Alex…”
panggil paman Yudha tersenyum. Lalu beralih kepada Dinda.

“Dinda, kenapa kau selalu merepotkan dia, kau kan bisa menelepon Bram dan memintanya untuk menjemputnya.”

“Tidakpapa paman, aku yang menawarkan diri untuk mengantarkan Dinda.”
Alex sambil tersenyum.

"Maafkan anak cantikku ini ya, tapi Terimakasih!"

“Oiya paman, ada yang harus ku beli diluar jadi aku tidak bisa lama – lama disini.”
Paman Yudha hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Aku tunggu diparkiran ya, tenang saja, tidak usah terburu – buru.”
Alex berbisik pada Dinda lalu pergi.

Setelah menunggu 1 jam, Alex langsung keluar dari mobilnya ketika melihat Dinda. Ia membukakan pintu untuk Dinda lalu segera melanjutkan perjalanan. Dinda terus diam, diwajahnya ada guratan kegelisahan.

“Sudah jangan dipikirkan. Semuanya pasti akan baik – baik saja.”
Alex memberikan sebotol minuman pada Dinda. Dinda hanya tersenyum lalu meneguknya.

“Maaf ya aku berkata kasar saat pertama kali bertemu denganmu direktur.”

“Tidak papa, aku bisa memahami hal itu nona.”

Alex tersenyum lalu mengusap lembut rambut Dinda. Dinda terdiam, ia benar – benar kaget atas perlakuan Alex tapi entah kenapa Dinda enggan untuk menolaknya.

Tidak, tidak, kak Alex tidak seburuk yang Ferdi katakan. Dia baik, dia tidak mungkin dalang dibalik semua yang terjadi terhadap Star production maupun Ferdi tapi...

“Kau berapa bersaudara kandung?”
Alex membuyarkan lamunan Dinda.

“Aku anak tunggal. Sebenarnya aku benar – benar ingin memiliki kakak laki – laki. Temanku terlihat senang memiliki kakak laki – laki yang selalu bisa melindunginya.”
Dinda nampak cemberut.

“Hai, jangan cemberut nona, kalau begitu panggil aku kakak.”
Dinda memandang Alex.

“Anggap saja aku kakak laki – lakimu, jadi sekarang kau sudah memiliki kakak laki – laki.”
Alex tersenyum. Dinda mengangguk senang. Alex mengusap rambut Dinda.

“Jadi, jangan sedih ya.”
Dinda hanya tersenyum.
###
Kontrakan Dinda...

Dinda masuk setelah mengucapkan terimakasih pada Alex yang mengantarnya hingga kontrakannya. Dinda langsung menghubungi Andre dan mengatakan bahwa ia sudah dikontrakannya. Andre mengiyakan dan menyampaikan bahwa Presdir memberi kesempatan pada Dinda untuk libur keesokan harinya.

Dinda membersihkan seluruh bawaannya dan tubuhnya. Setelah rambutnya kering, tiba – tiba ia teringat pada Ferdi. Ia mencoba menghubungi Ferdi tapi hpnya masih tidak aktif. Dinda mengambil alas kakinya dan pergi ke kontrakan Ferdi.
###
Kontrakan Ferdi...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now