Mendekat

27 1 0
                                    

Hari itu, dipagi hari Dimas datang ke rumah Tuan Park dan disambut baik oleh seisi rumah.

“Kau datang kemari sendiri nak?”
nyonya Dina bertanya lembut pada Dimas.

“Tidak nyonya, ada Al dan Ferdi didepan, mereka sedang berbicara dengan tuan Park dan para ajudannya.” Jawab Dimas yang baru menyentuh gelas. Dinda hanya tersenyum mendengar Al pulang.

Tak lama Al dan Tuan Park masuk, mereka terlihat begitu akrab. Nyonya Dina langsung meminta Al dan suaminya untuk makan bersama. Mereka menikmati sarapan pagi hari itu. Setelah selesai makan, nyonya Dina dan Dinda merapikan bekas – bekas makan mereka. Sementara tuan Park, Ferdi, Al dan Dimas masih disana membicarakan sesuatu.

“Ferdi, setelah ini bersiap – siaplah. Kau akan pergi bersama Dimas, ada sesuatu yang harus kau lakukan bersama Dimas. Untuk waktunya, terserah Dimas saja yang menentukan.”
Tuan Park berbicara lebih santai.

Mau tidak mau Ferdi hanya bisa mengiyakan. Ia paling tidak bisa menolak perintah dari tuan Park. Ia kemasi pakaiannya dengan terus memikirkan sebenarnya apa yang akan tuan Park dan Dimas lakukan padanya.

Sementara Dimas mendapat penjelasan dari tuan Park tentang apa yang akan Dimas lakukan kepada Ferdi untuk beberapa hari mendatang. Tak lama, Ferdi datang dengan tasnya.

“Selama disana kau harus tetap menjadi Putra ya karena identitasmu sebagai Ferdi masih harus disembunyikan!” perintah tuan Park. Ferdi hanya mengangguk. Setelah Dinda dan ibunya selesai, mereka kembali berkumpul.

“Lhoh, kau mau kemana direktur?”
Dinda kaget melihat Ferdi yang sudah lengkap dengan tas ranselnya.

“Aku akan mengajak Ferdi jalan – jalan dan…”

“Aku ikut!” sahut Dinda dengan semangat.

“Kapasitas hanya 2 orang!”
Dimas menunjukkan 2 jarinya. Dinda langsung manyun.

“Ehm tuan, bolehkah aku berbicara sebentar dengan Dinda?”
Tuan Park hanya mengangguk. Ferdi meletakkan tasnya, menggandeng tangan Dinda dan mengajaknya menjauh.

“Kau tidak memelukku, aku akan pergi!”

“Kau ini pergi hanya sebentar, mungkin lusa juga akan pulang!”

“Ah kau ini, ya sudah aku pergi!” kesal Ferdi.

“Kau yakin akan pergi tanpa jam tangan dariku?” Ferdi langsung melihat tangannya, sungguh ia lupa memakainya.

“Sungguh aku kesal padamu!” rengek Dinda.

Ferdi kembali menghampiri Dinda dan menjelaskan bahwa ia lupa memakainya lagi setelah ia selesai mandi tadi. Ferdi terus meminta maaf. Dengan langkah kesal, Dinda akan melangkah pergi namun, Ferdi menahannya.

“Lepaskan aku!” lirih Dinda tapi Ferdi masih saja memegang tangannya.

“Sungguh kau marah padaku?” lirih Ferdi.

“Huft… Kalau kau memegang tanganku bagaimana aku bisa mengambilnya?” kesal Dinda.

Ferdi pun melepaskan tangannya dari Dinda. Dinda mengeluarkan gelang dari sakunya. Gelang itu hampir sama dengan gelang yang Ferdi berikan pada Dinda.

“Kemarin saat aku jalan – jalan, aku tidak sengaja melihat gelang ini. Dan kau orang pertama yang ada dipikiranku jadi aku membelinya dan baru sempat memberikan gelang ini padamu sekarang.”
Dinda tersenyum. Ferdi ikut tersenyum dan langsung memakai gelang itu.

“Terimakasih nona cantik!”
Ferdi dengan senyum sumringahnya.

Setelah Ferdi pergi bersama Dimas, Dinda dan Al kembali ke rumah yang terletak di desa. Sebenarnya nyonya Dina meminta Dinda untuk tinggal sehari lagi tapi, Dinda mengatakan bahwa ada yang harus ia segera selesaikan jadi nyonya Dina memberikan izinnya.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now