Kedok Rendy

43 2 0
                                    

Keesokan hariya...
Dinda masih saja tersenyum mengingat jalan - jalannya kemarin bersama Alex, Angel, dan Ferdi. Ia melangkah menuju apartemen Ferdi sambil tersenyum senang. Karena ia sudah tahu password apartemen Ferdi, ia langsung masuk saja. Apalagi, Ferdi sudah mengizinkan Dinda untuk masuk.

"Direktur... Where are you?"
Dinda terus memanggil direktur sambil terus mencari ke segala penjuru apartemen Ferdi.

"Coba aku cari di ruangan fitnes, mungkin dia sedang berolahraga..."
Dinda berbicara dengan diri sendiri. Ia melangkah menuju ruang fitnes namun, sama saja. Tidak ada Ferdi disana.

Pagi sekali dia ke kantor ya? Apakah ada meeting dengan client. Hah, aku coba hubungi kak Lusi saja...

Dinda mengambil hpnya, menekan tombol 'call' pada kontak Lusi. Dan yups, tidak butuh waktu lama, Lusi mengangkatnya. Senyumnya menghilang, Lusi bilang, Ferdi tidak ada dikantor, dan mengatakan bahwa semalam Direktur memberi info pada Lusi bahwa hari ini ia tidak akan hadir ke kantor.

"Oke kak Alex, semoga direktur bersamamu..."

Dinda mencari kontak Alex dan mencoba menghubunginya namun, nomer Alex tidak aktif. Ia mencoba menghubungi Alex melalui Sun Production namun, infonya Alex juga tidak ada di ruangannya.
###

Sementara Al berjalan menuju ruang tengah rumah Raisa dengan laptopnya setelah mendapat telepon dari Dinda untuk melacak nomer Ferdi dan Alex. Dinda mengatakan nomer Ferdi dan Alex sama - smaa tidak bisa dihubungi, ia takut ini ada kaitannya dengan kata perpisahan saat itu. Al terus mencoba melacak nomer Alex dan Ferdi, dan satu lagi, nomer Rendy. Entah kenapa ia begitu curiga pada Rendy tentang hilangnya Alex dan Ferdi secara bersamaan. Di tengah pekerjaannya, Raisa datang membawa segelas minuman hangat. Al tersenyum lalu kembali fokus pada laptopnya.

"Sebentar ya, aku sedang bekerja jadi, aku harus fokus."
Al masih pada laptopnya. Raisa hanya mengangguk lalu bersiap pergi.
"Kau boleh melihat pekerjaanku kalau kau mau."
Al tersenyum pada Raisa. Raisa hanya tersenyum.

Al kembali fokus pada laptopnya. Raisa melihatnya dengan teliti meskipun, ia sama sekali tidak paham dengan pekerjaan Al. Al menanyakan kemana paman dan bibi tanpa memandang Raisa. Raisa hanya menjawab bahwa mereka sedang keluar untuk membeli sesuatu.  mengangguk. Setelah lokasi Ferdi, Alex, dan Rendy terditeksi, Al langsung mematikan laptopnya. Dan meneguk minumnya.

"Aku harus pergi, kau dirumah saja ya."

"Tapi luka kakak?" sahut Raisa.

"Tidakpapa, ini hanya luka kecil."
Al tersenyum.
"Nanti malam aku akan menjemputmu untuk makan malam. Hanya berdua saja."
Bisik Al dengan senyum. Raisa mengangguk. Al berlalu sambil terlihat menelepon seseorang.
###

Kini Al dan Dinda tiba disebuah bangunan tua yang sudah tidak terpakai. Sedangkan Dimas mulai mengatur strategi dengan ke 4 anak buahnya. Dan benar saja, didalam ada Alex dan Ferdi. Kedua tangan dan kaki Alex diikat disebuah kursi. Ditubuh Alex juga terlihat beberapa luka. Ferdi juga terlihat disana, kedua tangan dan kakinya juga diikat. Dimas langsung keluar saat tahu Dinda dan Al sudah berada di depan bangunan itu.

"Didalam ada Ferdi, Alex, Rendy dengan beberapa anak buahnya, sebagian mereka membawa pistol jadi kalian harus tetap tenang, jangan sampai dari kalian melakukan hal diluar batas, karena bisa saja sewaktu - waktu mereka melukai kita. Satu lagi, kalian harus membuat hp kalian mode getar. Al berjalan dari belakang, Dinda biar bersamaku."
Al dan Dinda langsung mematikan hape mereka. Al langsung berlari, melupakan luka di perutnya.

"Aku lepaskan Alex tapi kau berikan sahammu di Star Production padaku..."

"Jangan Fer, jangan, kau sudah berusaha keras mendapatkan itu selama ini." Sahut Alex.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now