Pengakuan Cinta

32 1 0
                                    

Keesokan harinya Dinda sudah berpakaian rapi dan harum. Ia melangkah menuju kamar Al. Al langsung membuka pintu kamarnya, membiarkan Dinda masuk dan kembali tidur. Dinda merengek mengajak Al untuk berjalan - jalan, mengingat sebentar lagi mereka akan kembali.

"Nanti saja ya, aku lelah sekali hari ini!" balas Al dengan rengeknya.

"Ayo kak, lagi pula kau sendiri kan yang ingin ke Lombok, giliran kita di Lombok dengan gratis kau malah menghabiskan waktu untuk tidur." Kesal Dinda.

"Beri aku waktu 30 menit lagi. Aku baru tidur 2 jam yang lalu nona cantik, nanti kalau aku pingsan ditengah jalan siapa yang akan bertanggungjawab? Lagi pula kaki dan tanganku ini sangat pegal nona. Kau tidak kasihan padaku?" rengek Al tanpa membuka matanya.

"Huft... Kak, aku merindukan Ferdi. Bagaimana kabarnya ya kak?"

"Tanyakan pada Dimas. Jangan tanyakan padaku!" lirih Al dengan nada malas.

Dinda hanya tersenyum. Kedua tangannya pun mulai bergerak memijat tangan Al. Al tersenyum dan membenahkan posisi kepalanya, ia semakin nyaman untuk kembali tidur.

"Kak, bangunlah kak, aku ingin berbicara padamu!" Pinta Dinda, Al terbangun, berusaha membuka matanya. Dinda mengambilkan minum dan sarapan untuk Al.

"Kak, kenapa kau menjagaku?"

"Hah, kau ini kenapa menanyakan seperti itu. Ya sudah jelaskan jawabannya karena ayahmu membayarku memang untuk itu!"
Al masih berat membuka mata.

"Sungguh? Tak ada yang lain?"
Dinda memandang Al.

"Apa maksudmu nona, aku ini baru bangun tidur. Jangan kau tanyakan hal - hal yang berat seperti itu!" pinta Al untuk menyudahinya.

"Menurutmu, kenapa laki - laki mencium kening seorang wanita tanpa sepengetahuan wanita tersebut. Contohnya saat wanita itu tertidur pulas?

"Memangnya siapa yang mencium keningmu?"

"Kak, kenapa kau malah bertanya balik?"

"Biasanya seorang wanita akan menanyakan suatu hal yang baru saja terjadi padanya untuk meyakinkan diri apakah jawaban yang ada dipikirannya sama dengan yang dipikirkan orang lain."
Al mulai membuka lebar kedua matanya.

"Sudahlah kak, jangan menyeramahiku, jawab saja apa artinya hal itu?" manyun Dinda.

"Ehm... Bisa jadi orang itu menyimpan rasa sayang pada wanita itu. Ia menyayangi wanita itu dengan tulus tanpa harus wanita tahu. Karena yang ada dipikiran laki - laki itu bukan bagaimana cara ia akan merasa bahagia tapi, bagaimana ia bisa membuat wanita itu baik - baik saja!" lirih Al diakhiri dengan senyuman.

Dinda terdiam

Apakah itu juga yang kak Al rasakan padaku. Mencium keningku secara diam - diam pada malam itu. Apakah benar itu perasaan tulus kak Al atau hanya karena pekerjaannya yang harus selalu berada di dekatku dan membuat diriku senyaman mungkin. Tapi, seorang bodyguard tidak seharusnya seperti itu pada tuannya. Tentu itu sudah melampaui batas dalam tata tertib yang telah ayah buat untuk para bodyguard, tak terkecuali kak Dimas.

"Kau sedang jatuh cinta pada seseorang?" goda Al, Dinda tetap diam. Ia menatap Al.

"Kak, setelah semua yang sudah kita jalani bersama, kita tinggal dalam 1 atap, kita banyak sekali menghabiskan waktu bersama, kita saling bertukar pikiran, kita saling menenangkan, apa yang kau rasakan padaku?" Lirih Dinda membuat Al gugup.

"Pertanyaanmu itu ada - ada saja. Aku ini kan hanya bodyguardmu. Ya, semua itu aku lakukan karena kau bosku!"
Al setengah tertawa, ia berdiri, membersihkan wajahnya dengan tisu basah, meneguk minumnya lalu memakai jaketnya dan mengajak Dinda untuk jalan - jalan.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now