Orang Asing? Katamu...

52 2 0
                                    

Selama perjalanan menuju bandara, Ferdi hanya diam saja. Bibi yang tahu Dinda menghilang ikut memikirkan sebenarnya dimana Dinda. Bahkan ketika mereka sudah tiba di bandara, senyuman belum juga menghiasi wajah Ferdi.

Ferdi, bibi Yuan, dan paman Lee, berjalan pelan mendekati gate, tempat Raisa keluar dan tak butuh waktu lama, terdengar seseorang memanggil bibi Yuan dan paman Lee. Bibi Yuan, paman Lee, dan Ferdi berlari menghampiri Raisa. Raisa langsung memeluk mereka secara bergantian.

"Bagaimana perjalananmu?"
Ferdi sambil mengusap kepalanya.

“Aku lelah kak, tapi aku sangat senang bertemu kalian. Hah aku sangat merindukan kalian.” 
Raisa dengan wajah bahagia.

Ditengah perjalanan, tiba – tiba Ferdi meminggirkan mobilnya. Ia terdiam sejenak, tak jauh dari ia berhenti. Ia melihat seorang wanita yang benar – benar mirip Dinda. Ia terus memastikan dan ya, tidak salah lagi. Ia yakin itu Dinda. Ia tersenyum dan mengatakan pada paman untuk keluar sebentar. Paman Lee hanya mengangguk.

Dengan semangat Ferdi mendekati wanita itu, ia menepuk bahu Dinda dan saat ia tahu itu benar – benar Dinda, Ferdi langsung memeluknya. Ia tersenyum senang.

“Kau kemana saja? Aku sudah mencarimu kemana-mana, aku senang sekali bisa bertemu denganmu.”
Ferdi, terus memeluk Dinda. Dinda hanya diam, tanpa membalas pelukan Ferdi.

Raisa yang sama sekali tidak tahu siapa wanita yang Ferdi peluk itu langsung bertanya pada bibi Yuan siapa wanita dalam pelukan kakaknya itu.

“Dia teman baik kakakmu, nak. Belum lama ini, dia lost contact dengan kakakmu dan kakakmu baru saja menemukan dia kembali.”  

“Tapi sepertinya mereka lebih dari teman bi…”

“Huzt… Mereka itu masih berteman. Sudah lihat saja apa yang akan terjadi!” sahut paman Lee. Bibi Yuan dan Raisa mengangguk.

“Untuk apa kau mencariku?”
Dinda bertanya dengan ekspresi datar. Ferdi melepas pelukannya dan memegang bahu Dinda dengan kedua tangannya.

“Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau tiba – tiba resign, lalu kontrakanmu sudah diisi orang lain dan hpmu juga tidak aktif?”
Ferdi memandang Dinda penuh tanya.

“Aku sudah mendapatkan yang aku butuhkan direktur jadi, untuk apa lagi aku bertahan disana?” lirih Dinda tanpa memandang Ferdi.

“Sudah mendapatkan yang kau butuhkan, apa maksudmu?”
Ferdi mulai melepas tangannya dari bahu Dinda.

“Hah, kenapa kau polos sekali direktur? Aku ini mendekatimu karena pekerjaan, aku sengaja bekerja disana untuk mendapatkan yang kubutuhkan. Apa yang kubutuhkan? Seseorang membayarku tinggi jika aku bisa mendapatkan informasi apapun tentang kau dan setelah aku mendapatkannya, untuk apa aku bertahan disana?”
Dinda tersenyum sinis. Ferdi nampak kecewa, ia menggeleng – gelengkan kepalanya, tak percaya apa yang Dinda katakan.

“Hahahaha direktur kenapa kau begitu bodoh, ha? Tapi, terimakasih, karena kau, aku mendapatkan apa yang aku mau.”

“Apa maksudmu? Lalu yang kita lakukan selama ini?”
Ferdi nampak kecewa.

“Bagaimana aktingku, kau benar – benar percaya padaku?”
Dinda tersenyum sinis.

“Tidak, tidak mungkin, kau pasti berbohong!” 

“Sudahlah, terima saja. Sekarang kembalilah, Raisa sudah menunggumu lama.”
Dinda berbalik arah dan pergi. Ferdi berlari mengejar Dinda lalu kembali memeluk Dinda namun, Dinda berusaha melepas pelukan itu.

“Hai, ada apa denganmu, kenapa tiba – tiba kau seperti ini?”

“Pergilah, pikirkan saja bagaimana caranya menaikkan pendapatan perusahaanmu, apa perlu aku bantu mempromosikan perusahaanmu itu?”
Ferdi hanya terdiam mendengar hal itu. Sungguh, ini bukan jawaban yang ingin ia dengar.

“Ya sudah tuan Ferdi, aku harus segera pergi, bos ku sudah menunggu.”
Dinda lalu melangkah pergi. Ferdi tetap mengejar Dinda dan langsung mengenggam tangan Dinda.

“Dinda, kau ini kenapa?”
Ferdi menatap Dinda sedih.

“Tuan Ferdi yang terhormat, anggap saja kita tidak pernah bertemu sebelumnya, anggap saja kita ini sama – sama orang asing.”
Dinda memberi hormat pada Ferdi lalu pergi menaiki taksi. Ferdi memandang Dinda sedih. Ia mengusap wajahnya, mencoba menenangkan diri lalu berjalan kembali ke mobil.

“Maaf ya, aku meninggalkan kalian!”
lirih Ferdi dengan senyum yang dipaksakan. Bibi Yuan dan paman Lee hanya tersenyum kecil.
*****
Din, kemarin kalian baru saja bermesraan tapi kenapa sekarang malah menolak pelukan Ferdi?

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now