Ayah Tiri

28 0 0
                                    

Sesuai ucapan Dinda, mereka akan pulang bersama. Karena kondisi Al yang kurang memungkinkan untuk menggunakan pesawat publik maka, Tuan Park memerintahkan pasukannya untuk menjemput, Dinda, Al, dan Dimas untuk pulang.
Dan sesuai dengan agenda Dinda dan Dimas, setibanya di tempat Al dan Dinda langsung menuju rumah sakit untuk kembali mengecek kondisi Al. Dirumah sakit, dokter Nadine kembali membaca CT scan yang telah dilakukan oleh dokter Satria.

"Aku lihat melalui hasil scan ini, tidak ada yang terlalu buruk. Tapi, sesuai keterangan disini, pasien Al mengalami benturan karena kecelakaan jadi, aku akan memberikan resep untuk obat penghilang rasa nyeri."
Dokter Nadine menuliskan resep obat dan meminta salah satu untuk menebusnya.
"3 hari lagi, kemarilah, kita cek kembali kondisimu..."
Dinda hanya mengangguk lalu mengucapkan terimakasih dan pergi.

"Aku akan menebus obatnya, kau temani Al untuk istirahat."
Dinda hanya mengangguk dan mereka pun berpisah.
***
Dinda  menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah yang sederhana tapi bersih, rapi dan nyaman untuk ditinggali.  Sementara Al masih saja diam,  ia benar – benar tidak tahu itu rumah siapa dan apa tujuan Dinda mengajaknya kesana.
Dinda tersenyum, ia membuka pintu mobilnya dan dengan lirih mengajak Al untuk turun. Al hanya berdiri memandang rumah itu. Sedangkan Dinda mengambil barang - barang milik Al di bagasi mobilnya.  

“Ayo, kita masuk!“
Dinda dengan tersenyum. Tanpa berbicara apapun, Al mengikuti langkah Dinda. Dinda mengetuk rumah itu, tak menunggu lama, berdirilah seorang laki – laki paruh baya dihadapan Dinda dan Al. Dinda langsung menyapanya.

“Hai, paman Ridwan!“
Dinda menyapa dengan ceria, sedangkan Al masih saja diam, meskipun ia tidak ingin.

"Baik nak, ayo masuk!"
Mereka bersama - sama masuk.
“Kau apa kabar nak?“

“Baik paman! Oiya paman, aku ingin merepotkan, seperti yang aku ceritakan melalui telepon kemarin paman!“ 

“Tidak nak, aku tidak merasa direpotkan, aku justru senang kau mempercayakan aku untuk menjaganya! Lagi pula inikan juga rumahnya jadi tidak merepotkan, dia bisa kemari kapanpun yang dia mau.“
“Oiya, maafkan aku, aku lupa membuat minuman untuk kalian! Tunggu sebentar ya!“
sambungnya lalu pergi ke dapur.  

“Dinda, apa maksudnya?“
Akhirnya, Al mengeluarkan suaranya.

“Maafkan aku,untuk beberapa hari aku ingin kau tinggal disini. Aku mencemaskan kesehatanmu karena itu harus ada yang mendampingimu...“

“Iya, aku mengerti tapi kenapa harus dia, kau tahukan bagaimana aku terhadapnya?“

“Ayolah sayang, hanya beberapa hari. Jika kau terus menghindarinya bagaimana kau akan tahu bahwa sebenarnya dia pun ingin kau bersamamu. Hanya sebentar, ku mohon!“

Belum sempat Al menjawab, paman Ridwan sudah kembali dengan 3 gelas minuman dan makanan kecil.  Dinda langsung meneguk minuman itu namun, Al hanya diam. Melihat paman Ridwan yang nampak sedih, Dinda langsung mengambilkan minum itu untuk Al.  

“Kalau begitu, ayo Kuantar ke kamarmu nak!“
Paman Ridwan, mengambil bawaan Al lalu mengarahkannya ke kamar.
Dinda hanya tersenyum, semoga usahanya untuk menyatukan Al dengan ayah tirinya berhasil. Namun, tak sampai 5 menit, paman kembali dan meminta Dinda untuk menemani Al. Dinda hanya mengangguk lalu masuk ke kamar Al.  

“Kau juga akan tinggal disini?“

“Aku akan kemari setiap hari. Aku harus membantu kak Dimas untuk mempersiapkan pernikahan nya. Lagipula kau kan sudah memegang hape jadi bisa kapan saja kan menghubungiku.“  

“Iya,  tapi...“

“Sudahlah, sekarang istirahatlah!“
Dinda beranjak pergi namun, Al menahannya.

“Temani aku, setidaknya sampai aku tertidur...!“ Dinda kembali duduk dan meminta Al berbaring. Al berbaring dan Dinda menaikkan selimut, menutupi ½ badan Al.  
*****
Ayolah Al damai aja, please...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now