Kelemahan Alex...

49 2 0
                                    

Dinda mulai melupakan kejadian pertemuannya kembali dengan Ferdi. Ia terus berusaha melupakan Ferdi dan kini ia sudah asyik ikut menyanyikan lagu yang ia dengar dari radio bersama Alex. Sesekali mereka berteriak bersama. Namun, bunyi dering dari hp Alex yang nyaring membuat Dinda menghentikan musiknya.

Entah apa yang terjadi, Alex dengan wajah panik, langsung memutar arah mobilnya dan menambah kecepatannya setelah menerima telepon itu.
###
Klinik Pengobatan...

Hingga tiba disebuah bangunan sederhana. Lebih terlihat seperti bangunan panti jompo atau bangunan rumah sakit. Tanpa pikir panjang, Alex langsung keluar dengan tergesa - gesa tanpa mengatakan apapun pada Dinda hingga ia melupakan hpnya. Alex berlari kencang, setelah tiba dikamar ibunya, ia langsung memeluk ibunya yang terlihat mengamuk.

"IBU... IBU... INI ALEX BU, TENANGLAH!"
Alex terus mencoba menenangkan ibunya yang sejak tadi berteriak sambil berusaha mengambil barang - barang didekatnya untuk dilemparkan.

"Sungguh, tiba - tiba beliau mengamuk. Aku ingin memberinya obat bius tapi aku harus menunggu persetujuanmu terlebih dahulu."
Dokter Jessica mengatakan dengan wajah lelah karena telah menahan ibu Bella.

"Lakukan apapun yang bisa membuatnya tenang Dok!"
Dokter Jessica mengangguk, sementara 2 orang suster membantu Alex untuk memegangi nyonya Bella. Obat bius sudah siap, tinggal menyuntikannya saja. Dokter Jessica memandang Alex, Alex hanya mengangguk.

"Alice..."
nyonya Bella tiba - tiba tenang.

Semuanya menoleh, ada Dinda disana. Ia mengenggam erat hp Alex. Dinda hanya bisa terdiam saat semuanya memandangnya. Alex melepas pelukan ibunya. Nyonya Bella langsung berdiri dan memeluk Dinda kencang. Dinda yang bingung dengan kejadian sesungguhnya, hanya bisa membalas pelukan nyonya Bella. Nyonya Bella langsung menarik masuk Dinda. Ia langsung mengambil sebuah sweeter yang selama ini nyonya Bella buat untuk Alice.

"Ini untukmu..."
nyonya Bella tersenyum manis, sangat manis. Dinda melihat Alex. Alex hanya mengangguk dengan tatapan sedih. Dinda tersenyum dan menerimanya. Bahkan ia langsung memakainya.

"Terimakasih bu, terimakasih... Ini bagus sekali." Lirih Dinda, meskipun ia bingung sebenarnya apa yang ia lakukan. Bahkan ia tidak tahu siapa wanita yang baru saja memeluknya lalu kenapa wanita itu memanggilnya Alice.

"Kau kemana saja nak, ibu sangat merindukanmu..." nyonya Bella menatap Dinda dengan tatapan bahagia. Dinda tersenyum.

"Ma..maaf ibu... A...Alice baru bisa mengujungi ibu. Se...karang ibu... ibu... is...tirahat ya.. Alice akan menunggu hingga i...bu tertidur."
Dinda menjawab dengan terbata - bata, ia takut ucapannya salah.

Nyonya Bella tersenyum senang. Dinda membantu nyonya Bella ke ranjangnya. Nyonya Bella terus mengenggam tangan Dinda. Dan Dinda baru saja bisa melepasnya setelah nyonya Bella tertidur pulas. Dinda menaikkan selimutnya lalu pergi menghampiri Alex yang hanya duduk terdiam diluar.

"Bagaimana ibu?"
Alex bertanya dengan cemas.

"Ibu sudah tertidur, biarkan beliau istirahat."
Dinda tersenyum. Alex menunduk, menarik nafas panjang.

"Maaf, maaf membuatmu bingung."

"Beliau ibu kandungmu?"
Alex hanya mengangguk.
"Lalu Alice?"

Alex mengambil dompetnya, mengeluarkan foto seorang wanita lalu memberikan foto pada Dinda. Dinda melihat foto itu, mirip dengan dia, pantas saja ibu Alex memanggilnya Alice.

"Dia adikku Alice, dia meninggal 2 tahun yang lalu."
Dinda memandang Alex sedih.
"Kau begitu mirip dengannya jadi maaf jika ibuku mengira kau Alice dan terimakasih telah membantuku menenangkan ibuku."

Dinda mengembalikan foto Alice. Alex mengambilnya dan memasukkannya kembali ke dompetnya. Dinda menyentuh bahu Alex.

"Maafkan aku melibatkanmu dalam urusan ibuku. Sungguh aku tidak bermaksud membuatmu seperti ini. Biar nanti aku jelaskan pada ibu siapa kau sebenarnya."

"Jangan dipaksakan. Selama aku bisa membantu, aku akan membantu!"

Alex memandang Dinda. Dinda tersenyum, Alex ikut tersenyum. Alex kembali menunduk lalu menghapus airmatanya. Dinda ikut terdiam. Ia sadar, setiap orang memiliki kelemahan. Dan bagi sebagian besar, keluarga, terlebih orangtuanya adalah kelemahan terbesar mereka, termasuk kelemahan Alex.
*****
Dinda jangan terlalu baik pada semua orang. Kalau nanti banyak yang jatuh cinta padamu bagaimana?

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now