Dimakan cemas

54 2 0
                                    

Suasana kantor Star Production kali ini tidak seperti biasanya. Tidak ada Dinda, tidak ada Ferdi. Lusi dan Aska juga meeting diluar. Ketika Presdir Cho datang, ia melirik keruangan Ferdi karena Ferdi tidak ada, ia masuk ke ruangan Andre. Andre langsung memberi salam.

"Aku tunggu laporanmu ya, 1 jam lagi."
Andre mengangguk.

Tak sampai 1 jam, Andre sudah mengantarkan laporannya pada presdir Cho.

"Bagaimana pelatihan Dinda? Sudah kau urus?"

"Semuanya baik - baik saja Presdir, aku sudah mengantarkannya dan ikut mengurus kamarnya!"

"Tolong umumkan pada seluruh staf kita ya, untuk sementara waktu, aku akan menggantikan direktur Ferdi." Jelas Presdir Cho sambil tersenyum.

"Menggantikan? Apa terjadi sesuatu pada direktur Ferdi, presdir?"

"Dia sedang ada masalah keluarga. Jadi, aku sengaja memberinya waktu untuk menyelesaikan masalahnya. Katakan saja pada staf kita kalau aku memberikan tugas luar pada direktur Ferdi."
Andre hanya mengangguk.

"Oiya, hampir saja aku lupa. Besok tim direktur Ferdi akan mengadakan projek karena timnya kekurangan personil jadi untuk sementara waktu, aku alihkan tim mu untuk membantu projek tim direktur Ferdi ya. Jadi, tolong persiapkan tim mu ya."
Andre hanya mengiyakan.

"Ya sudah, kembali ke pekerjaanmu!" pinta Presdir. Andre memberi salam lalu pergi.
*****
Hari ini pelatihan Dinda berjalan dengan lancar meskipun ia dipisahkan dengan Alex. Dan benar saja kata Alex, mereka mendapat tugas untuk diselesaikan saat itu juga. Tapi semuanya berjalan dengan lancar hingga akhir acara.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore. Dinda dengan tergesa - gesa menuju kamarnya. Ia abaikan Alex yang berusaha mengejarnya. Tak sampai 20 menit, ia sudah mengganti pakaiannya dan siap pergi.

Dinda berjalan menuju halte untuk kerumah pamannya. Setibanya didepan rumah pamannya, Dinda langsung mengetuk pintu tapi yang keluar adalah seorang laki - laki tinggi, berhidung mancung, berambut lurus, bermata sipit, berlesung pipi dan berumur lebih muda dari Dinda. Laki - laki itu langsung memeluk Dinda dan mengajak Dinda masuk.

Laki - laki itu adalah Bram, anak dari paman Yudha. Orangtua Bram sudah lama bercerai dan 2 tahun setelah bercerai, ibunya menikah dengan laki - laki asal Inggris dan sudah lama tinggal di Inggris. Sedangkan paman Yudha merupakan seorang dokter ahli bedah dan syaraf. Saat ini beliau bekerja disalah satu rumah sakit terkenal. Dinda tersenyum dan menanyakan keberadaan paman Yudha.

"Ayah, biasalah, dalam misi kemanusiaan, menjaga pasiennya." Bram tersenyum.

"Duduklah, aku akan membuatkan minum dan makanan kecil untukmu."
Dinda melepas tas kecilnya lalu duduk.

"Ada apa, tumben kau kemari?"

"Aku ikut pelatihan mewakili kantorku di Hotel Horizon. Dan sekarang waktuku free jadi aku kemari. Aku rindu pada paman."

"Ehm... Jadi kau tak merindukanku?"
Bram nampak sedih. Dinda tersenyum dan berjalan mendekati Bram.

"Aku juga merindukanmu..."
Dinda mendekap Bram. Bram tersenyum lalu menyodorkan segelas minuman segar.

"Siapa wanitamu sekarang?"
Bram mengeluarkan dompet lalu memberikannya pada Dinda. Dinda membukanya dan menemukan foto seorang wanita cantik berambut panjang.

"Bagaimana bisa wanita cantik ini jatuh cinta dan mau menerimamu?"
Dinda, tak percaya.

"Aku punya ribuan cara untuk menahlukkan wanita. Kau saja jika buka saudaraku pasti sudah kubuat jatuh dipelukanku."

Bram mengerdipkan mata kanannya pada Dinda. Dinda yang tidak kuat melihat ekspresi Bram langsung tertawa.

Sementara Bram memutuskan untuk mengantarkan Dinda kembali ke hotel horizon. Tiba di hotel, Bram langsung keluar dan membukakan pintu mobil untuk Dinda. Mempersilahkan Dinda layaknya ratu.

"Jadi seperti ini caramu membuat para wanita jatuh dipelukanmu?"

Bukannya menjawab, Bram malah kembali mengerdipkan mata kanannya pada Dinda dan membuat Dinda tertawa. Bram tersenyum.

"Maaf ya, aku harus segera pergi."

Dinda tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Bram memeluk Dinda lalu pergi. Dinda tersenyum mengingat kerdipan Bram sambil berjalan menuju kamarnya. Tapi, ketika ia akan masuk ke kamarnya, ia melihat Alex keluar dengan tas dan jaketnya. Ia terlihat panik.

"Kau mau kemana?"

"Aku harus pulang malam ini."

"Apa besok kau mengikuti pelatihan ini?"

"Iya, besok aku akan kembali tapi, mungkin aku akan terlambat. Kau istirahat yang cukup ya."
Alex tersenyum lalu pergi.
*****
Kira - kira apa yang terjadi dengan Ferdi dan Alex. Kenapa mereka seperti menghilang dengan kecemasan?

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now