Ultah Al

28 2 0
                                    

Al terburu – buru ke kamar mandi, ia benar – benar sudah tidak bisa menahan buang air kecilnya hingga lupa meninggalkan dompet dan hapenya diatas meja.

Dinda yang baru saja datang, sangat penasaran dengan isi dompet yang ia tahu itu milik Al, ia ingin tau apakah ada foto wanita dalam dompet Al. akhirnya untuk memenuhi penasarannya, ia membuka dompet Al tapi memang benar tidak ada foto seorang wanita.

Didalamnya hanya ada dompet foto Al bersama ayahnya. Foto saat Al di wisuda. Dinda tersenyum, benar kata Al. Ayahnya terlihat sangat gembira, ia tidak terlihat seperti orang yang sakit di foto itu. Dinda mulai mencari yang lain dan ia menemukan KTP Al.

Al Gibran Sakka Brahmana, nama yang bagus. Lahir tanggal 20 September 1991…’

Dinda tersenyum sebelum akhirnya kembali membaca KTP Al.

20 September, bukankah hari ini?’

Dinda langsung menyimpan dompet Al seperti semula. Lalu mencari Ferdi, mengabarkan jika hari ini Al ulang tahun.

“Benarkah? Kita buatkan saja dia kue, kau kan bisa membuatnya.”
Ferdi mengatakan dengan semangat. Dinda juga mengangguk dengan semangat.

“Aku akan membuatnya pergi dari sini!”
bisik Ferdi saat Al mendatangi mereka.

“Ehm Al… aku butuh sebuah gitar. Akhir – akhir ini aku merasa sangat bosan. Jadi, bisakah aku meminta tolong padamu untuk membelikan aku gitar?”
Al hanya mengangguk, mengambil dompet dan hapenya lalu pergi.

Dinda dan Ferdi mulai menyiapkan semua keperluan dan kebutuhan untuk membuat kue. Ferdi dengan senang membantu Dinda untuk membuat kue. Saat Dinda mengaduk tepung dengan telur, Ferdi mencolek tepung dan mencolekkannya ke pipi Dinda. Dinda telihat kesal lalu membalas Ferdi dan tertawa puas. Mereka pun saling perang tepung. Mereka terlihat begitu asyik dan seru.

2 jam sudah Al diluar. Kue yang Dinda dan Ferdi buat pun sudah jadi, lengkap dengan nama dan umur Al diatasnya. Dinda dan Ferdi bersembunyi dikamar Al. Hingga Al masuk rumah dan berteriak memanggil Ferdi dan Dinda secara bergantian. Namun, tidak ada jawaban dari mereka. Al meletakkan gitar diruang tengah lalu mencari Dinda dan Ferdi disegala sudut rumah tapi tidak ada. Ia menyerah dan berjalan ke kamarnya dengan wajah lelah.

“HAPPY BIRTHDAY TO YOU… HAPPY BIRTHDAY TO YOU… HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY… HAPPY BIRTHDAY TO AL…”

Dinda dan Ferdi bernyanyi dengan semangat. Al mengusap wajahnya dan tersenyum senang.

“Sekarang kakak make a wish setelah itu tiup lilinnya.”
Dinda menyodorkan kue itu ke Al. Al menyampaikan semua harapannya termasuk bisa lebih dekat dengan Dinda didalam hati. Ia kembali membuka matanya dan meniup lilinnya. Dinda dan Ferdi berteriak senang.

“Darimana kalian tahu hari ulang tahunku?”

“Kami punya ilmu menerawang!”
Ferdi dengan gaya paranormal. Dinda mengangguk setuju lalu mereka berjalan ke ruang tengah.

Mereka berfoto bertiga setelah itu Ferdi meminta Al dan Dinda berfoto bersama. Ada tiga foto antara Al dan Dinda. Sisanya foto Al sendiri. Senyum Ferdi sedikit meredup saat melihat Al dan Dinda berfoto. Dalam foto itu Al dan Dinda terlihat sangat serasi. Tapi ia kembali tersenyum saat Dinda datang membawa piring kecil, sendok dan pisau. Al mulai memotong kue itu, potongan pertama untuk Dinda. Ferdi tersenyum melihat mereka dalam foto yang ia ambil.

“Terimakasih, kalau saja saat itu kau tidak membawa aku pada ayahmu pasti aku tidak akan sebaik ini.” Lirih Al pada Dinda sambil memberikan kue itu. Dinda hanya tersenyum.

Al memotong kue itu untuk yang kedua, tentunya potongan untuk Ferdi. Al hanya meminta Ferdi untuk tetap semangat dan pantang menyerah. Ferdi hanya tersenyum. Ferdi menerima kue itu.

“Maaf ya aku sengaja membuatmu pergi agar kami bisa membuat kue ini!” ucap Ferdi pada Al.

“Jadi kue ini kalian yang membuatnya?”
Dinda dan Ferdi mengangguk kompak sambil meneruskan memakan kue mereka.

“Aku harus mencobanya, sepertinya enak!”
Al memotong kue itu untuk dirinya sendiri lalu melahapnya. Tapi baru satu suapan, gerakannya terhenti.

“Kau kenapa, tidak enak ya kue buatan kami?” 
Ferdi cemas.

Al tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Namun, ia hentikan kembali setelah 5 kali suapan. Ia letakkan kue itu, ia meneguk habis minumnya lalu menunduk dengan memegangi kepalanya. Ferdi kembali menanyakan ada apa dengan Al.

“Aku alergi kacang!”
Dinda dan Ferdi langsung meletakkan kuenya, membantu Al ke kamarnya.

“Maafkan aku Al, sungguh aku tidak tahu kau alergi dengan kacang.” Ucap Ferdi, cemas.

“Tidak papa… aku tidak papa!”

Dinda datang membawa teh hangat. Ferdi langsung bergerak mundur. Dinda mengajak Al kerumah sakit tapi Al menolaknya.

“Apa kau punya obat alergi?”

Al mengangguk dan meminta tolong Ferdi untuk mengambilkan obat itu dilemari kecilnya. Ferdi mengangguk lalu memberikan obat itu pada Dinda. Dinda langsung membantu Al meminum obat itu.

“Kau yakin tidakpapa jika istirahat dirumah saja?” tanya Ferdi. AL hanya mengangguk lemah.

“Apa kakak butuh sesuatu?”

Al hanya menggelengkan kepalanya. Dinda menarik selimut untuk menutup sebagian tubuh Al. ia memasukkan tangan Al kedalam selimut. Dan merasakan tangan Al yang mulai panas. Ia kembali keluar, mengambil kompresan untuk Al.

Sedangkan Ferdi hanya memandang Dinda yang dengan sabar merawat Al. Ferdi terdiam, entah kenapa rasanya ia sangat cemburu melihat Dinda merawat Al seperti itu. Ferdi tersenyum kecil lalu memilih pergi.

“Istirahatlah, aku tidakpapa…”

“Kak… Maafkan aku ya, aku benar – benar tidak tahu jika kau alergi kacang makanya ku berikan selai kacang dikue itu. Lagipula kau ini tidak pernah mengatakan padaku kalau kau alergi terhadap kacang. Lain kali kau harus memberi tahu kalau kau tidak suka ataupun alergi terhadap makanan agar aku tidak salah langkah lagi.” Kesal Dinda.

“Aku senang jika melihat kau marah – marah karena kesehatanku!”
Al tersenyum sambil memandang Dinda.

“Kau ini kak, dimana – mana orang itu akan sedih jika kena marah, kau malah senang. Sudahlah, sekarang istirahatlah!”
Al malah terus memandang Dinda.
“Hai kak, tidurlah!” kesal Dinda.

“Terimakasih ya kejutannya. Ini pertama kalinya aku mendapatkan kue ulang tahun selain dari ayah. Aku senang sekali, sampaikan juga terimakasihku pada Ferdi ya. Tapi maaf, sepertinya aku akan pingsan kalau aku harus terus memakan kue buatanmu!” Dinda tersenyum.

“Hahaha ternyata mudah sekali ya membuatmu pingsan!” Dinda tertawa. Namun, tawanya berhenti.

“Selamat ulang tahun ya kak… Terimakasih kau selalu membuatku lebih baik, terimakasih selalu berpihak padaku, terimakasih kau selalu menjagaku, menuruti apa yang ku inginkan, sekali lagi terimakasih!”
Al hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Sekarang tidurlah, istirahatlah, kalau ada apa – apa aku didepan!”
Al mengangguk. Dinda tersenyum dan pergi.
*****
Aduh Din, kamu baik banget sih jadi cewek. Al baper kan jadinya sama kamu... Ferdi cemburu tuh...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now