“Kak, apa direktur belum menerima laptop dan hp dari ayah ya? Pesanku terkirim tapi tidak dibalas.”
Keluh Dinda pada AL.

“Setahuku tuan Park sudah memberi laptop dan hpnya pada Ferdi. Ehm… mungkin saja Ferdi sedang tidak membawanya.”
Al dengan senyumnya.

“Kak, aku ingin membeli kebutuhan sehari – hari. Antarkan aku ke supermarket ya!”
Al hanya mengangguk dengan senyumnya.
###
Supermarket...

Dinda dan Al langsung menuju kebagian makanan. Dinda mengambil beberapa kebutuhan dapur. Dinda memilihnya dan Al yang membawa kereta belanjanya.

Setelah selesai, mereka menuju deretan buah – buahan. Ia mengambil apel, anggur, dan mangga. Apel kesukaan Dinda, Anggur kesukaan Ferdi, dan mangga kesukaan Al. Setelah itu, mereka menuju deretan minuman. Dinda mengambil coklat, teh, dan kopi. Lalu kembali kederetan makanan.

“Kau mau ini?”
tanya Al ceria sambil membawa coklat.

Dinda langsung mengambilnya dan tersenyum senang. Al hanya tersenyum lalu merangkul Dinda. Wajah Dinda langsung sumringah ketika ia melihat spaghetti tapi spaghetti itu ada di deretan paling atas hingga dia tidak bisa mengambilnya. Al langsung mengambilkan untuknya.

Dinda hanya terdiam, mencium aroma Al yang begitu harum. Al mengambil 3 spagetti lalu meletakkan dikereta belanjaan. Semua keperluan sudah terpenuhi. Saatnya antri untuk membayar.  

“Lihatlah anak itu!”
Al menunjuk kearah anak balita laki – laki yang digendong ibunya.
“Lucu sekali ya anak itu!”
Dinda ikut tersenyum melihat anak itu. Ia teringat Ferdi, jika ada Ferdi pasti ia sangat senang melihat anak itu.

Saatnya giliran barang – barang Dinda dan Al. setelah kasir selesai menghitung, Al langsung mengeluarkan ATM nya. Dinda hanya bengong, padahal seharusnya semua pengeluaran dia yang menanggung. Ayahnya sudah melarang Dinda membebankan kebutuhan kepada Al. Dinda mengambil 2 kantong tapi Al menahannya dan langsung mengambil semuanya. Dinda hanya tersenyum.

“DINDA…” panggil seseorang.

Dinda menoleh, ternyata itu Andien teman SMA Dinda dulu. Dinda dan Andien langsung berpelukan. Mereka kangen – kangenan sebentar, sedangkan Al menunggu dengan sabar.

“Oiya, karena keasyikan aku sampai lupa mengenalkanmu. Kenalkan dia kak Al…”

“Huft… Pacarmu sangat tampan!” sahut Andien.

Dinda dan Al saling melihat dan sama – sama meringis. Al melepas semua barang bawaannya dan berkenalan dengan Andien.

"Dinda, kau beruntung mendapatkannya!”
Al hanya tersenyum.

“Bukan begitu, aku yang beruntung karena dia mau mengenalku!” ucap Al pada Andien.

“Ah, senang bertemu kalian. Kapan – kapan kita berkumpul bersama ya.” Ucap Andien lalu pamit pergi.

Dinda dan Al pun melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan Dinda dan Al sama – sama terdiam mengingat ucapan Andien. Apakah mereka terlihat begitu serasi hingga dikira berpacaran.
*****
Wah, pikirannya aja udah mulai singkron nih, sama - sama punya pikiran yang sama...

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now