Begitu saja...

155 4 0
                                    

Kampus...

Dinda berjalan pelan melewati sebuah lorong dikampusnya. Entah darimana, tiba - tiba Dion sudah berdiri didepannya. Dinda terdiam, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Aku ingin berbicara denganmu, sebentar saja! Aku minta maaf Dinda. Aku minta maaf atas kondisi ini. Aku hanya tidak mau melihatmu terluka lebih dalam."

"Terimakasih ya sudah memberi tahuku lebih awal."
Tanpa menunggu jawaban Dion, Dinda meninggalkan Dion dan menemui Ferdi.

"Hau, kau kemana saja? Kau tahu tidak, aku ini sibuk, banyak sekali pekerjaanku tapi, kau malah membuatku menunggu lama!"
Sepanjang Ferdi berbicara, Dinda hanya diam. Ia sama sekali tidak menanggapi ucapan Ferdi.

"Apa yang Dion katakan?"
Dinda langsung menatap Ferdi penuh heran.

"Kenapa? Kau ingin bertanya kenapa aku tahu?"
Dinda menceritakan yang baru saja terjadi.

"Kemarin dia memintamu untuk jangan menyukainya tapi sekarang. Bagaimana kau mau berhenti menyukainya kalau dia selalu menganggumu. Sudah lupakan dia."

"Hah kau ini, kau pikir semudah itu melupakan seseorang?"
Ferdi memberikan sekotak makanan.

"Daripada kau sibuk memikirkan dia, makanlah, jangan ditolak karena aku sedang ingin berbaik hati padamu! Dan Ini buku untukmu."
Ferdi memberikan sebuah note baru.

"Untuk?"

"Untuk mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaanmu."

"Baiklah, terimakasih!"
Dinda tersenyum lalu melanjutkan makannya.
####

Sebuah Gedung...

Kedatangan Ferdi Dan Dinda disambut baik oleh pemilik gedung. Pihak gedung kembali menjelaskan tentang gedung tersebut mulai fasilitas hingga harga dan ketentuan.

Dinda mulai mencatat point - point yang diucapkan pihak gedung. Sedangkan Ferdi mulai menggambar dalam emajinasinya tentang tata ruang untuk acara presdir Cho. Ferdi juga mengambil gambar setiap sudut gedung itu. Setelah selesai Dinda dan Ferdi pergi mencari bunga.

Pemilik florist menyapa Ferdi dan Dinda dengan ramah dan menanyakan apa yang Ferdi dan Dinda butuhkan. Ferdi hanya mengatakan bahwa ia hanya ingin melihat - melihat saja. Setelah itu, ia menanyakan bunga yang menarik perhatiannya. Ferdi hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia harus berdiskusi terlebih dahulu dengan teman - temannya setelah itu ia menarik Dinda dan pergi.

Ini sudah florist ke 4 yang mereka kunjungi namun, Ferdi belum juga menemukan bunga terbaik menurutnya. Dinda mulai mengeluh dan mengatakan bahwa Ferdi membuang waktu saja.

"Kau tahu, kita harus mencari produk - produk terbaik untuk client kita. Apalagi ini untuk presdir Cho. Kau tahu, Presdir Cho tidak hanya mengadakan acara kumpul biasa tapi ini juga merupakan perayaan ulang tahun pernikahan dengan istrinya. Hah, kau ini. Bagaimana kau tidak tahu hal sepenting ini? Tentu kau harus tahu tentang hal ini."

Hai Direktur songong, mana aku tahu kalau itu anniversary presdir Cho dan istrinya. Kau tidak pernah menjelaskan padaku. Dasar aneh.

Mereka pun tiba di toko bunga ke 5. Seorang perempuan paruh baya menyapa mereka dengan ramah. Ferdi langsung mengatakan bahwa dia membutuhkan beberapa jenis bunga. Bibi itu langsung mengajak Dinda dan Ferdi memutari kebunnya. Ferdi dan Dinda nampak kagum melihat kebun itu.

"Jika dirawat dengan baik, benar dan penuh cinta pasti menghasilkan bunga yang cantik, indah dan menawan."
bibi penjual bunga menjelaskan sambil memberikan satu tangkai bunga mawar merah pada Ferdi.

Ferdi tersenyum dan memesan jenis - jenis bunga yang ia butuhkan. Bibi langsung mencatatnya dan berjanji akan mengantarkan bunga - bunga itu sesuai jenis, jumlah, tempat, dan waktu yang telah disetujui kedua belah pihak.

"Oiya bi, tolong rangkaikan 10 bunga mawar putih terbaik ya bi."
Ferdi memesan dengan penuh senyuman.

"Kau ini, seharusnya, jangan mengajaknya kalau ingin memberi kejutan padanya."
bibi melirik Dinda, mengira bunga itu Ferdi pesankan untuk Dinda.

"Apa maksud bibi, aku sungguh tidak mengerti?"
Ferdi bertanya dengan wajah bingung. Dinda yang mengerti tersenyum.

"Bibi... kami membeli itu untuk bos kami bi..."

"Owh maaf nona, tuan, aku mengira kalian ini pasangan jadi, maafkan aku!"
Bibi tersenyum kecut, merasa tidak enak pada Ferdi dan Dinda.
###
Kontrakan Dinda...

Sepulang dari mencari bunga, Ferdi langsung mengantarkan Dinda untuk pulang. Karena ia rasanya tidak perlu lagi kembali ke kantor.

"Masuklah sebentar, anggap saja ini balasan karena saat itu kau sudah memberi sup untukku!"

Dinda mencoba merayu Ferdi masuk dan akhirnya, Ferdi mengiyakan dan masuk ke kontrakan Dinda.

"Baiklah, kau mau makan apa?"

Ferdi tersenyum memikirkan apa yang ingin ia makan, sekaligus ingin melihat apakah Dinda ahli dalam memasak. Tapi belum sempat Ferdi menjawab, telepon Ferdi berdering. Ferdi langsung mengangkatnya. Wajah Ferdi berubah panik. Dinda penuh tanda tanya.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa kau begitu panik?".

"Maaf aku harus pergi. Makanlah lalu istirahatlah. Besok kita bertemu di kantor."

Ferdi tergesa - gesa pergi. Dinda hanya terdiam. Dia benar - benar tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi.
*****
Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa Ferdi berubah setelah menerima telpon itu?

Direkturku, Pasanganku!!!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu