Sinyal Cinta

32 1 0
                                    

Dinda sedang berada diruang tengah sibuk memeriksa barang – barang vintage yang dijual secara online. Ia ingin menambah koleksi barang – barang vintage di café nya karena memang tema yang ia usung di cafénya adalah ‘mengenang jaman dulu’. Al yang merasa lebih baik keluar dari kamarnya menuju dapur, membuatkan 2 gelas coklat hangat untuk Dinda dan dirinya.

“Kakak… Kau tahu saja aku ingin coklat.”
Dinda dengan manja meneguk coklat hangat itu.

“Aku sudah mengecek laporan penghasilan bulan ini dan semuanya sesuai jadi aku berencana menambah koleksi barang – barang vintageku, bagaimana menurutmu kak?”

“Boleh aku melihat laporan keuanganmu?”

Dinda menunjukkan laporan itu. Al mulai mengecek satu demi satu laporan uang bulan ini dan bulan lalu, ia tersenyum, tidak ada yang ganjil dari laporan yang baru saja ia cek.

“Kau sudah mengecek keperluan café lainnya, seperti bahan – bahan dan alat – alat inti untuk café mu?”

“Sudah… Aku sudah membelinya dari keuntungan bulan lalu. Dan keuntungan bulan ini sudah keuntungan bersih. Aku sudah menguranginya pengeluaran untuk membeli bahan – bahan café. Lagi pula aku tidak akan membelikan semua keuntungan hanya untuk barang – barang vintage. Aku hanya memakainya 50%. Sisanya akan aku simpan sebagai deposit untuk kebutuhan café yang mendadak.” Dinda mengatakan dengan senyum PD nya.

“Kau ini memang pintar, kemampuan dalam mengatur bisnis semakin baik.” Puji Al, membuat Dinda sungguh – sungguh tersanjung.

“Kalau kau mau aku bisa membawa ke toko temanku. Disana ada banyak sekali barang – barang vintage. Kau bisa memilih sepuasnya. Daripada kau harus membeli secara online, bisa jadi tidak sesuai dengan gambarnya, belum lagi harus menambah ongkos kirim dan perlu waktu lama untuk pengirimannya. Bagaimana?” Al menawarkan dengan senyumnya.

“Tapi kau kan masih sakit kak. Coba aku cek suhu badanmu!”
Dinda menyentuh kening Al.

“Apa ku bilang kak, benarkan kau masih sakit. Sudah – sudah berikan saja alamat toko temanmu, aku akan membelinya sendiri!”

“Sudahlah, aku sudah berapa kali mengatakan padamu. Aku ini ditugaskan untuk menjagamu jadi, kapanpun kau butuh aku, 24 jam untukmu.”

“Baiklah, tapi harus aku yang membawa mobilnya. Deal?” Dinda meminta persetujuan pada Al. Al menggelengkan kepalanya.

“Ya sudah aku akan pergi sendiri!”

Sudah beberapa kali Al meminta untuk menggantikan Dinda membawa mobil namun, Dinda mengancam turun jika Al yang membawa. Akhirnya, mau tak mau Al menuruti.

Awalnya Dinda mengikuti arahan dari Al menuju toko vintage temannya namun, saat Al mengarahkan Dinda lurus, Dinda malah belok kekanan.

“Dinda, kita mau kemana, ini bukan arah jalan ke toko vintage itu?”

“Aku hanya ingin mampir kerumah seseorang sebentar!”
Dinda mengatakan tanpa memandang Al.

Dinda menghentikan mobilnya didepan rumah yang sederhana. Rumah itu benar – benar bergaya klasik. Al hanya memandang rumah itu dan berpikir mungkin ini adalah toko vintage meskipun tidak ada label toko sedikitpun dirumah itu. Dinda mengajak Al turun. Al hanya mengikuti saja. Dinda mengetuk pintu rumah dan keluarlah seorang anak berumur 9 tahun.

“KAKAK…” teriak anak bernama Citra. Dinda langsung memeluknya, begitupun Citra.

“Aku sangat rindu padamu kak, sudah lama sekali kau tidak kemari kak.”
Citra melepas pelukannya pada Dinda.

Al hanya tersenyum tapi ia bertanya - tanya siapa anak itu, dan apa hubungannya dengan Dinda, dan apa tujuan Dinda datang ke rumah ini.

“Kau sudah tumbuh besar ya. Aku saja hampir kalah denganmu. Bagaimana sekolahmu, sukses?”
Citra mengangguk semangat.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now