Penyamaran...

45 1 0
                                    

Rumah Sakit...
Keesokan harinya...
Dinda terlihat sudah rapi dan cantik, ia sudah dengan pakaian yang berbeda. Semalam Alex diam - diam mengantarkan pakaian untuk Dinda. Dinda tersenyum saat melihat Ferdi membuka matanya.

"Selamat pagi tuan Ferdi Putra Wibawa."
Ferdi membalas senyum Dinda.
"Bagaimana keadaanmu?"

"Sudah membaik, hanya saja kepalaku masih sakit."

"Bagian mana?"
Ferdi memegang keningnya. Dinda mengusap lembut kening Ferdi.

"Uuh, nyamannya seperti ini. Dulu, ayahku akan mengusap keningku jika aku tidak bisa tidur."
Ferdi memiringkan sedikit tubuhnya ke arah Dinda.
"Aku ingin pulang, aku ingin kau yang merawatku."

"Kau ini, aku kan bukan dokter, kenapa kau memintaku untuk merawatmu?"
Dinda tersenyum.
"Kau disini saja ya!"
Ferdi menggelengkan kepalanya.

"Aku akan berbicara pada paman, bibi, dan Raisa. Aku yakin mereka mau mengerti."

"Tidak usah, aku mengerti jika mereka tidak suka padaku. Aku mengerti."

Baru saja akan membalas ucapan Dinda. Seseorang mengetuk pintu dan masuklah seorang dokter. Dokter itu memeriksa Ferdi dan mengatakan Ferdi harus lebih banyak istirahat. Bukannya mengiyakan, Ferdi malah bertanya apakah ia bisa rawat jalan saja.

"Belum saatnya kau pulang. Tapi, jika kau memang ingin pulang, kau harus membuat surat pernyataan bahwa itu keputusanmu sendiri dan atas persetujuan keluarga dan kami pihak dokter maupun rumah sakit tidak akan bertanggungjawab jika terjadi sesuatu padamu."
Ferdi mengangguk setuju.

"Baiklah, kalau memang itu keputusanmu. Aku akan mempersiapkan surat - suratnya." Ucap Dokter itu. Ferdi tersenyum.

"Kau ini apa - apaan? Kau ini masih sakit, kau tidak boleh pulang Ferdi." Kesal Dinda. Ferdi hanya tersenyum dan segera mengisi surat pernyataan itu.
###
Kantor Sun Production...

Alex sedang berbicara dengan Rendy, meminta Rendy untuk menyiapkan kebutuhan meetingnya. Rendy mengangguk. Tiba - tiba hp Alex bergetar, ia memandang Rendy yang sedang mempersiapkan kebutuhan meeting. Alex kembali menyimpan hpnya dan berjalan keluar.

Selesai menerima telepon itu, Alex kembali masuk. Alex meminta Rendy untuk mewakili dirinya untuk presentasi pada client tentang perkembangan proyek. Rendy menanyakan apa yang terjadi.

"Tidakpapa, hanya ada urusan mendadak yang harus ku selesaikan."

"Baik direktur, aku akan menyelesaikannya dengan baik." Ucap Rendy. Alex mengangguk senang. Ia mengambil jaznya dan pergi.

Rendy memandang Alex hingga tak terlihat. Ia langsung mengambil hapenya, menghubungi nomer seseorang dan meminta orang itu untuk mengikuti mobil Alex. Sambil berjalan menuju parkiran mobil, Alex menghubungi seseorang.

Tiba diparkiran mobil, seseorang laki - laki dengan kacamata hitam dan berjaket kulit datang menemui Alex. Alex langsung melepaskan jaznya dan memberikannya pada laki - laki itu. Laki - laki itu juga melepas jaketnya dan memberikan pada Alex.

Alex langsung memakainya dan masuk ke sebuah mobil. Namun, bukan mobilnya. Sedangkan laki - laki yang menemui Alex, berjalan masuk ke mobil Alex. Laki - laki itu menggunakan mobil Alex lalu keluar. Sebuah mobil dengan seorang laki - laki mengikuti mobil Alex. Laki - laki dalam mobil Alex menghubungi Alex dan mengatakan Alex bisa pergi sekarang.
###
Rumah Sakit...

Alex tiba dirumah sakit dengan menggunakan jaket kulit, celana jins, sepatu kets dan berkacamata hitam. Ia berjalan cepat menuju ruangan Ferdi. Ferdi dan Dinda sama - sama dibuat bengong dengan penampilan Alex. Alex melepas kacamata hitamnya dan mengedipkan mata kirinya pada Dinda. Dinda masih diam saja.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now