Centotrentotto

7 0 0
                                    

" natasha , saya denger dari divisi yang ada dilantai bawah , kemaren sore kamu hampir dilecehin ya sama si ardyan ? "

Pertanyaan yang terlontar keluar dari mulut atasannya ini membuat natasha kaget , dirinya tentu tidak menyangka kalau kejadian kemarin bisa sampai ke telinga atasannya ini . jangankan mengira kalau perempuan berhijab dan berkacamata yang bernama Desi Lestari Prastowo ini bisa mengetahui kejadian pelecehan yang hampir saja menimpanyai ini , dia bahkan mengira kalau tidak ada satupun orang yang bekerja di KBRI ini tahu kalau dirinya hampir dilecehkan oleh ardyan .

" kok ibu bisa tau ? " tanya natasha dengan suara yang terdengar sangat gugup ,

" saya baru denger , makanya saya mau tahu tentang kejadian kemarin itu bener atau tidak ? saya tidak ada niatan untuk pecat kamu , toh ini juga bukan kesalahan kamu " perempuan yang saat ini sedang duduk di kursi putar berwarna biru menatap natasha dengan tatapan menyelidik , kedua netranya seakan ingin tahu apakah rumor yang beliau dengar ini benar adanya atau tidak ,

" benar bu , saya hampir dilecehkan sama ardyan , di taman sebelah kanan kantor bu " dengan berusaha bersikap sewajar mungkin , natasha mencoba menjawab pertanyaan atasannya ini , dua detik setelah dia menjawab , atasannya ini mengangguk pelan dan

" kalau saya punya nomor hape kamu , pagi ini saya saranin kamu cuti dulu beberapa hari , analisis kasus kan bisa kamu beresin dari rumah aja , gak harus sampai masuk kantor " tutur atasannya ini sambil mengulurkan sebotol kopi kemasan yang baru saja beliau ambil di kulkas dua pintu yang ada disudut ruangan kerjanya . natasha dengan rikuh menerima kopi kemasan itu dan mengucapkan terima kasih

" saya udah gak apa – apa kok bu , lagian kalau dirumah , nanti saya gak bisa fokus seratus persen ngerjain analisis kasus , ntar malah disambi beres – beres rumah " jawab natasha bersamaan dengan dirinya yang diizinkan untuk kembali ke keruangan kerjanya .

Sebelum sempat natasha menekan handel pintu putih ini

" oh iya natasha , nanti kalau kamu mau pulang cepat , langsung kasih tau saya ya " perempuan yang mungkin seumuran dengan neneknya ini masih sempat mengingatkan natasha agar tidak ragu untuk pulang lebih cepat , natasha hanya bisa mengangguk saja dan mengucapkan terima kasih pada atasannnya ini juga segera keluar dari ruangan ini .

Dengan ekspresi terkejut yang masih belum juga lenyap dari wajahnya , natasha mendudukkan dirinya dikursi kerjanya dan menghadap kearah laptopnya yang sudah menyala sejak dua jam yang lalu . belum lewat dari dua jam bekerja , dirinya sudah dibuat kaget dengan betapa cepatnya berita kejadian yang menimpa dirinya kemarin sore menyebar ke seluruh divisi yang berada di Departemen Bantuan dan Konsultasi Hukum ini .

Rasa – rasanya natasha butuh beberapa kali menarik nafas sebelum benar – benar melanjutkan pekerjaannya yang masih banyak ini . setelah dirasa kagetnya sudah menghilang , natasha kembali melanjutkan kegiatan membuat analisis untuk salah satu kasus tindakan kriminal yang membutuhkan bantuan hukum dari para staf yang bekerja di KBRI , terutama dari para staf yang bekerja di Departemen Bantuan dan Konsultasi Hukum ini .

Seiringan dengan bergesernya jarum pendek pada jam dinding ke angka satu , natasha memilih untuk mencari makan siang . setelah menutup pintunya , natasha pun segera beranjak menuju lantai satu dimana kantin kantor KBRI berada . dari sekian banyak pilihan menu makanan dan minuman yang bisa dipesan disini , natasha memilih untuk memesan gado – gado dan es teh manis sebagai menu makan siangnya .

Alih – alih memilih untuk makan siang dikantin , natasha memilih untuk makan siang diruangannya saja sambil membereskan pekerjaannya . dengan membawa kantong plastik berisi satu porsi gado – gado serta es teh manis , natasha melangkah menuju ruang kerjanya . menjelang jam tiga sore , seporsi gado – gado , segelas es teh manis dan juga kopi kemasan yang diberikan atasannya itu sudah berpindah ke perutnya , bersamaan dengan selesainya analisis kasus terakhir untuk hari ini .

Disaat natasha masih disibukkan membuat kerangka analisis untuk beberapa kasus yang akan dia sambung besok , dirga justru sibuk menceritakan kejadian yang menimpa natasha pada mamanya , mama rumi yang saat ini disibukkan dengan kegiatan membuat kue untuk cemilan sore keluarganya hampir saja melepaskan mixer yang masih beliau pakai untuk mengaduk adonan chiffon cake perpaduan jeruk dan cokelat kelantai .

" ya Tuhan ! beneran itu bang ? terus menantu mama gimana ? dia baik – baik aja kan ? apa mama kesana aja bang ? ih mama khawatir ini , mama kesana aja ya bang ? " dengan nada panik si mama rumi memberondong putra sulungnya ini dengan pertanyaan beruntun .

Saking sayangnya dengan natasha dan menerima istri anak sulungnya ini dengan tangan terbuka , mama rumi ini bersikap seperti seakan – akan salah satu anak perempuannya yang ditimpa kejadian tidak pantas seperti ini .

" tadi malem dia kejer banget nangisnya ma , abang yakin dia masih shock , masih panik juga . tapi dia pinter banget nyembunyiin perasaannya dari abang ma , abang sampai bingung kenapa dia bisa secepat itu bersikap kayak biasanya ma , kayak dia gak dilecehin aja ma , kalo mama mau datang ya datang aja , gak apa – apa kayaknya ma " dirga menjawab pertanyaan beruntun dari mamanya ini dengan panjang lebar

" dia anak tunggal kalo abang lupa , sebagian besar anak tunggal memang dituntut lingkungan untuk kuat dan dewasa sebelum waktunya , makanya dia bisa cepat bersikap biasa aja kayak gitu , karena mentalnya sudah dibentuk seperti itu , jadi abang gak usah heran kalo tadi malem dia nangis kejer , paginya dia udah bersikap kayak biasanya aja " penuturan panjang lebar mama rumi membuat dirga tersadar siapa istrinya itu . dirinya hampir lupa kalau istrinya itu anak tunggal , meskipun kelihatannya dia dimanjakan ortu dan keluarganya , tapi disaat yang bersamaan , mentalnya sudah dibentuk menjadi mental baja , bukan mental tahu .

Sementara itu , diseberang sana , mama rumi tidak langsung menjawab perkataan anaknya , bukannya marah saat mendengar jawaban putra sulungnya itu , beliau justru terdiam sejenak untuk memikirkan apa yang harus dia bawakan untuk menantunya yang baru saja mengalami kejadian yang tidak menyenangkan ini . selang dua belas menit kemudian , mama rumi memilih untuk membawakan makanan favorit menantunya , seperti dendeng balado , asem – asem daging dan juga es jeli serut mangga .

" terus ma , mama mau kerumah jam berapa ? biar abang chat tasha dulu bilang gak usah masak , biasanya kalo udah dirumah , dia langsung masak – masak ma " dirga bertanya sebelum memutuskan sambungan teleponnya

" biasanya kalian makan malamnya jam berapa ? " mama rumi bertanya balik sambil sibuk menyiapkan dendeng balado , asem – asem daging sama es jeli serut mangga untuk anak dan juga menantunya .

" jam tujuh atau setengah delapan gitu ma " jawab dirga sembari membereskan ranselnya karena sekarang sudah jam setengah lima

" oke deh bang , berarti mama kesananya jam setengah tujuh ya " katanya si mama yang mengawasi salah satu pembantunya yang sedang membuat jeli mangga dan sirupnya . dirga menganggukkan kepalanya seakan mamanya bisa melihat gerakan kepalanya saat ini .

Laki – laki ini dengan cepat menghubungi natasha dan mengatakan kalau dirinya tidak perlu memasak makan malam , karena mama akan datang dan membawakan makan malam untuk mereka . natasha yang sempat terkejut pun mengangguk paham dan segera beranjak dari ruangan kerjanya .


Io Per Me , Tu Per TeWhere stories live. Discover now