Ventisei

22 1 0
                                    

Kedua matanya natasha menatap nanar kearah jenazah kakek yano , entah matanya yang buram dan perih karena terlalu banyak menangis , atau memang wajah kakek yano terlihat cerah dan segar , seolah - olah adik dari kakeknya ini sudah tahu kapan waktu beliau akan meninggalkan keluarganya dan dunia ini . sesak yang dirasakan natasha sejak tadi sampai sekarang belum hilang , malah semakin bertambah begitu dia melihat wajah kakek yano .

" sha , besok pagi ikut ke pemakaman kan ? " tanya mamanya yang entah sejak kapan ada dirumah duka , karena begitu dia sampai , dia tidak sempat mencari keberadaan mamanya itu , si anak tunggal ini refleks menolehkan kepalanya kearah belakang dan langsung memeluk mamanya yang rupanya ada dibelakangnya . dengan kedua tangan yang bergetar , si dokter spesialis jantung ini juga membalas pelukan anaknya ini

" dari sekian banyak orang , kenapa kakek yano ma ? " natasha bertanya pelan sambil merasakan airmatanya turun lagi dan membasahi baju hitam mamanya . si mama yang tahu bagaimana dekatnya natasha dengan adik papanya ini pun membuat beliau bingung untuk menjawabnya , tapi sedetik kemudian

" karena tuhan mau nyembuhin kakek yano , apalagi tuhan udah nyiapin tempat yang lebih indah dan lebih baik buat kakek , sekarang kita yang tinggal harus doain yang terbaik buat kakek yano " tutur nana lembut sambil membelai lembut kepala anaknya ini , bukan hanya natasha dan keluarga widra yang sedih , dia juga , apalagi selama enam tahun belakangan ini , dialah yang paling banyak menghabiskan waktu dan tenaga untuk merawat kakak dari papanya itu .

Tepat jam 2 siang , prosesi setelah jenazah kakek yano dipulangkan dari rumah sakit dimulai , rencananya mereka akan memakamkan kakek yano sekitar jam delapan pagi , setelah prosesi berdoa sebelum mereka pulang terhitung lama , begitu jarum jam dinding menunjukkan angka tiga , prosesi doa yang dipimpin pastor dari gereja yang setiap minggu mereka datengin buat ibadah minggu udah selesai , tidak hnaya mereka saja yang berdoa , tapi ada juga belasan suster biarawati yang juga ikut berdoa .

Mereka satu persatu , termasuk natasha mendekati peti jenazah kakek yano untuk melihat wajah si kakek untuk yang terakhir kalinya , karena setelah ini , kotak peti jenazah si kakek akan dikunci rapat setelah diberi kapur wangi supaya tidak ada semut yang masuk kedalamnya .

Salah satu biarawati merangkul natasha dari samping

" berkat tuhan selalu menyelimuti kakek yano , dia orang baik , mudah – mudahan kita yang ditinggalkan juga dapet berkat dari tuhan " katanya si suster yang ngerangkul natasha dan ngebuat cewek ini noleh kearah si suster dan memeluk si biarawati erat .

" makasih ya buat semuanya sus , maafin juga kalo kakek yano ada berbuat salah selama hidup " tutur natasha sambil tetep memeluk suster rena ,

" sudah dimaafkan jauh sebelum beliau gak ada , kalau tuhan saja memaafkan kesalahan hambanya , masa sesama hambanya tidak mau memaafkan ? dalam agama lain juga diajarin begitu kan ? coba kamu tanya ke temen – temen kamu yang beragama lain , yang beragama islam misanya , pasti mereka juga diajarkan buat saling memberi maaf , kita semua punya kewajiban memberi maaf pada orang yang berbuat salah sama kita , entah itu sengaja atau gak sengaja " tutur suster rena panjang lebar sambil membalas pelukan natasha ini

" iya juga sus , makasih udah mau ikut doain kakek yano , saya pamit pulang , besok pagi mau nganterin kakek yano ke pemakaman " ujar natasha yang dijawab anggukan suster rena , bahkan si biarawati muda ini menyempatkan dirinya mengantar natasha ke parkiran gereja dan masuk lagi begitu mobil mazda 2 hijau itu sudah tidak terlihat lagi oleh netranya .


Io Per Me , Tu Per TeWhere stories live. Discover now