Prolog

616 11 1
                                    

Dinda Karina Rahmansyah, seorang mahasiswi semester akhir disalah satu universitas negeri. Terpisah dengan kedua orangtuanya, membuatnya harus pintar - pintar mengatur waktu sendiri. Seperti biasa, pagi hingga sore ia kuliah, dan sisanya melakukan beberapa kegiatan. Selama ini hidupnya baik - baik saja, semuanya berjalan dengan lancar. Nilai kuliahnya juga tidak buruk meskipun kata 'cumlaude' belum bisa ia capai. Ia juga tidak pernah memiliki masalah dengan dosen, teman, atau lingkungan sekitarnya. Tapi semuanya berubah saat ia bertemu seorang laki - laki. Dan semua cerita berawal saat Dinda mendapat tugas oleh dosennya, mengambil gambar sebuah festival atau apa saja yang menggambarkan ketertarikan masyarakat.

Berbekal kamera dan sebuah tas ia bergegas menuju sebuah festival jajanan budaya. Sesampainya disana, ia harus membeli tiket, tidak mahal, cukup terjangkau, hanya 5000 rupiah untuk 1 orang. Dinda mulai menggunakan kameranya untuk mengambil gambar. Beberapa gambar membuatnya tersenyum. Namun, disaat ia sedang mengambil gambar, seorang laki - laki bercelana jeans, bersepatu ket hitam, dan ber hem biru dengan gantungan bertuliskan 'crew' mengambil paksa kamera Dinda

"Mas, itu kamera saya, jangan asal ngambil!" Ucap Dinda kesal.

Laki - laki itu menarik tangan Dinda dan menunjukkan larangan memotret peserta festival.

"Apa yang kamu lakukan itu bisa menganggu festival ini!" Ucap laki - laki itu.

"Mana mungkin saya menganggu festival ini mas, saya hanya mengambil foto, itu saja tidak dengan cahaya tambahan." Kesal Dinda.

"Tapi peserta kami ada yang menghubungi kami, katanya karena sibuk mengambil foto, kau menjatuhkan dagangannya, bukan begitu?"

Dinda terdiam, tadi ia memang tidak sengaja menjatuhkan beberapa gantungan kunci. Tapi, ia sudah membantu merapikannya kembali. Namun, informasi dari crew itu bahwa beberapa gantungan kunci patah, membuatnya pasrah saja saat diminta ikut. Dinda terus mengikuti laki - laki itu hingga tiba disebuah ruangan. Disana ada seorang laki - laki yang gayanya tak jauh beda dengan laki - laki tadi.

"Kenapa lagi?" Tanya laki - laki.
"Ini direktur, mengambil gambar tanpa izin!" Ucap laki - laki pertama sambil memberikan kamera Dinda "Ya sudah, saya keluar ya direktur!"

Laki - laki yang dipanggil direktur itu mengecek kamera Dinda, sama sekali tidak ada senyum disana.

"Buat apa?" Tanya direktur itu.

"Tugas kampus pak..." lirih Dinda tak kalah judes.

"Ada flashdisk?" Tanya direktur.

Dinda memberikan flashdisk tanpa bertanya. Direktur itu melepas memori kamera, memasukkannya ke laptop dan entah apa yang dilakukan, lalu memberikan flashdisk sekaligus kartu namanya kepada Dinda. Setelah itu ia memasukkan laptopnya ke tas.

"Di flashdisk itu ada gambar yang bisa kamu publish dan kamera ini saya bawa, kalau kamu mau ambil kamera ini, kamu cari saya besok!" Ucap direktur itu lalu pergi begitu saja.

Dan sejak saat itu, didalam kisah Dinda selalu ada dia. Bukan laki - laki yang mengambil paksa kameranya. Tapi, direktur songong yang membuatnya harus kehilangan kameranya meski untuk beberapa saat.

Direkturku, Pasanganku!!!Where stories live. Discover now