110

43 11 0
                                    

Satu bulan berlalu, saat ini Jisoo sedang menyiapkan makan malam di dapur bersama dengan Jennie. Kedua gadis itu sepertinya telah mempersiapkan makan malam ini dengan matang sebab hidangan di atas meja tidak hanya banyak tapi juga bervariasi.

"Apa sudah ada kabar dari Suzy unnie?" Jisoo bertanya pada Jennie.

Jisoo tak mendapat jawaban sehingga ia menoleh ke arah kompor dimana Jennie sedang mencicipi kuah sup yang panas dengan hati-hati. "Tadi sore dia sempat mengabariku bahwa mereka sudah dalam perjalanan menuju bandara. Mungkin sebentar lagi mereka akan datang."

Saat kedua gadis sedang berbicara tiba-tiba terdengar suara kunci pintu terbuka dan tertutup. "Jiyoon-a? apakah itu kamu?" Jisoo sedikit berteriak untuk memastikan.

Tak menunggu lama, seorang gadis dengan wajah lesuh dan lelah berdiri di depan pintu dapur. "Unnie, aku lapar. Berikan adikmu makanan." Gadis itu berbicara dengan ekpresi menyedihkan yang dibuat-buat sambil berjalan menuju meja makan.

Jisoo menggeleng dan terkekeh kemudian melirik ke arah tembok di mana jam dinding berdenting setelahnya menghampiri sang adik. "Apa adik unnie sudah sangat lapar, hmm?"

Gadis itu mengangguk lalu Jisoo berkata. "Baiklah, tunggu sebentar. Unnie akan menyiapkannya untukmu."

"Bukankah ini sudah siap?" Jiyoon mengisyaratkan hidangan di atas meja. Ia mengira unnienya mengadakan acara bersama teman-temannya sehingga ia menyiapkan banyak makanan.

Sementara itu Jennie yang sudah selesai dengan supnya segera mengisi mangkuk dan menambahkan sedikit penyedap kemudian menyajikannya di depan Jiyoon. "Terimakasih Jennie unnie" Jennie hanya tersenyum dengan menggerakkan alisnya.

"Yang itu sedikit tawar untukmu." Jisoo kembali dan meletakkan lauk dalam piring dan mangkuk kecil yang sudah ditambahi sedikit garam di atas meja makan tepat di depan sang adik.

Namun ketika mendengar pernyataan tersebut ekspresi riang Jiyoon tiba-tiba menguap kemudian menatap Jisoo dan berkata. "Jadi unnie membuat semua ini untuk anak itu? aku akan benar-benar percaya jika dia sudah berada di sini."

"Ini semua untuk kita. Jadi jangan berkata seperti itu. Bagaimanapun Alisyah tetap adik kita.." Jisoo kemudian mengusap kepala Jiyoon dengan sayang lalu melanjutkan."..Ayo, makan yang banyak. Unnie membuat banyak untuk adik-adikku."

"Dia memang adik kita. Tapi aku tidak suka jika dia membuat kita menunggunya hingga kelaparan lagi." Jiyoon kembali bersuara ketika makanan di mulutnya sudah ia telan dan hendak menyuap makanan ke mulutnya lagi.

"Jiyoon-a, menjadi seorang kakak memang sulit. Selain itu kita harus memiliki kesabaran yang besar. Kita semua juga tahu, pekerjaannya semakin berat sejak dia menjadi CEO."

Jiyoon menghentikan makannya dan menatap Jisoo. "dan mempermalukan unnie di kantor? Unnie, ini yang keempat kalinya. Dia seperti tidak menghargai kita sebagai kakaknya. Jika aku tahu malam ini dia tidak datang, jangan harap aku akan memaafkannya." Gadis itu kemudian meletakkan sendoknya secara kasar.

"Jiyoon, kamu mau ke mana? habisi makananmu dulu."Jisoo terkejut ketika melihat adiknya tiba-tiba beranjak pergi sehingga Jisoo yang hendak menghentikannya segera dicegat oleh Jennie dan memberi isyarat gelengan.

"Unnie terlalu memanjakannya. Aku semakin membencinya!" Gadis itu berteriak dari luar tak lama kemudian terdengar suara pintu apartemen tertutup cukup kuat dan terakhir suara pintu yang terkunci otomatis.

Jisoo menghelah nafas panjang, ekspresinya tampak biasa-biasa saja, namun dalam hati ia merasa sangat menyesal ketika mengingat wajah sedih, marah dan kesal adiknya. Apalagi makan malam yang ia tinggalkan masih lebih dari setengahnya. "aku harap dia melampiaskan kekesalannya dengan mampir makan di jalan."

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now