82. Parallel 8

54 6 0
                                    

Ketika ia sudah masuk ke ruangan tersebut, pangeran Lim langsung tersenyum ketika melihat ibu nya masih dibantu oleh pelayan untuk merias diri. "jika ibunda merias diri selama ini bukankah itu akan membuat semua wanita menjadi iri? Bibi Choi tolong jangan menabur bedak lagi, aku khawatir aku tak kan bisa membedakan ibundaku dengan putri Min Jeong lagi."

Bibi Choi dan dua dayang lain tersenyum mendengar gurauan pangeran Lim sementara nyonya Tae Hee tersipu. "apa karena pengalaman di medan perang membuat putra ibunda pandai berbicara manis?"

Pangeran Lim terkekeh kemudian hendak duduk di kursi. "nak, pergilah menjamput putri Jennie. Ibunda akan menunggu kalian di sini sebelum kita ke perjamuan."

Mendengar hal itu ekspresi riang pangeran Lim menjadi kaku. "Ba baik ibunda."

Angin malam terasa sejuk ketika pangeran Lim berjalan seorang diri menuju paviliun yang tak jauh dari kediaman ibundanya. Pemuda itu nampak termenung sesaat ketika melihat langit malam yang cerah. Tak perlu menunggu lama pangeran Lim akhirnya tiba juga di paviliun putri Jennie. Di sana tiga orang pengawal berdiri di depan pintu utama memberi hormat setelah melihat kedatangannya dan membukakan pintu untuknya.

Pangeran Lim kemudian berjalan masuk dan melihat para dayang berdiri di depan pintu kamar dan memberi salam hormat atas kedatangannya.

"apakah putri Jennie ada di dalam? katakan padanya aku pangeran Lim diminta ibunda  putri pangeran pertama untuk menjemputnya."

"baik pangeran." salah satu dayang segera masuk ke kamar dan tak menunggu lama pintu kamar kembali terbuka dan seorang gadis melangkah keluar dari balik pintu.

Seorang gadis cantik dalam balutan hanbok berwarna kuning muda dengan bawahan rok berwarna ungu. Kedua matanya yang biasanya tampak tajam kini lebih lembut dari biasanya. Berdiri di depan pangeran lim, putri Jennie sempat menatap matanya kemudian kembali menunduk memberi salam hormat. Tanpa mengucapkan sepatah katapun setelah membalas salam putri Jennie dengan gerakan kepala pangeran Lim segera berbalik mengisyaratkan agar mereka segera berangkat.

Suasana jalan semakin terasa sepi. Kedua anak muda itu berjalan sedikit berjarak.  Pangeran Lim berjalan di depan sedangkan putri Jennie berjalan setengah langkah di belakangnya.  Pangeran Lim yang hanya diam tampak berjalan sedikit lebih lambat untuk mengimbangi langkah putri Jennie di belakangnya.

Suasana canggung itu berlansung cukup lama hingga putri Jennie melihat langkah pangeran Lim yang aneh seperti kecepatan langkahnya bukanlah sebuah kebiasaan. Mengangkat pandangannya melihat wajah pangeran Lim dari samping, ia tiba-tiba menyadari sesuatu dan membuatnya tersipu.

Apakah dia sengaja berjalan pelan karena aku?

Putri Jennie berfikir sambil memperhatikan langlahnya dan langkah pangeran Lim yang beriringan. Diam-diam putri Jennie mengangkat pandangannya untuk mengintip. Namun segera setelah mengangkat pandangannya ia dikejutkan dengan pergerakan pangeran Lim yang menengok ke arahny. Seolah tak melakukan kesalahan, putri Jennie melemparkan pandangannya ke pohon rimbun berbunga indah di sepanjang jalan seolah sedang menikmati pemandangan malam yang cerah ini. Disisi lain pangeran Lim yang terlanjur menangkap basah tatapan gadis itu hanya bisa berpura-pura tidak melihat apa-apa.

Apa dia melihatku? Putri Jennie nampak sedang berfikir terlihat dari ekspresinya seperti tertekan.

Sementara itu Pangeran Lim terkekeh diam-diam sambil kembali menatap jalan di depannya dan merasa terhibur dengan tingkah lucu gadis di belakangnya.
Dia sangat memggemaskan.

***

Dokter Kim baru saja menidurkan bayinya dan meletakkannya pelan-pelan di atas kasur. Karena aktifitas hari ini cukup melelahkan dokter Kim sempat ketiduran beberapa saat sebelum kemudian kembali terbangun. Menengok ke kanan dan ke kiri, dokter Kim menyadari bahwa wanita yang datang bersamanya nampak tidak melakukan pergerakan sedikitpun sejak sore tadi ketika ia tidur di atas kasurnya. Karena khawatir terjadi sesuatu, dokter Kim perlahan mendekat dan menggunakan tangan kanannya untuk menyentuh bahunya.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now