184

132 11 12
                                    

"Apa kamu memalsukan hasil test DNA kita waktu itu?"

Alice berbalik dan mereka saling menatap. "Unnie.. mengapa unnie bertanya seperti itu?"

"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi agar hati dan fikiranku tenang.." Suara Jisoo berubah lembut namun lebih terdengar seperti menggambarkan kesedihan dan rasa frustrasi.

"Unnie.." Alice

"Alisyah, baru-baru ini seseorang memberitahukanku sesuatu. Namun sebagai unniemu, aku ingin mendengar jawaban langsung darimu. Aku tidak ingin membuat kesalahan karena berburuk sangkah tanpa mengetahui yang sebenarnya.."

"..Jadi, jika kamu benar-benar menganggapku sebagai unniemu. Tolong katakan yang sebenarnya." Jisoo.

Netra biru itu memerah dan menggenang namun ekspresi dan reaksi Alice tidak menunjukkan banyak perubahan. Namun ketika menatap wajah Jisoo, Alice merasakan gemuruh di hatinya yang menyebabkan setetes air mata jatuh di pipinya.

Menatap ke arah pemandangan kota di luar sana Alice kemudian berjalan melewati Jisoo sampai akhirnya berdiri di depan dinding kaca. "Sewaktu kecil, aku selalu bertanya pada mommy kapan aku bisa menemui unnie dan oppa namun mommy selalu menjawab bahwa itu akan terjadi jika aku sudah besar dan dewasa. Ketika akhirnya aku remaja mommy tetap tidak mengizinkan karena menurutnya waktunya belum tepat.."

"..Aku tidak mengerti, bagaimana pertemuan saudara bisa ditunda karena waktu yang tidak tepat.."

Setelah itu air mata Alice berjatuhan semakin deras namun setiap kata yang dia ucapkan tidak mengandung isak tangis sedikitpun."..Namun setelah ini, aku akhirnya mengerti. Rupanya seperti inilah rasanya menjadi orang yang diragukan atau anak yang tidak diinginkan.."

"..Aku tidak tahu bagaimana bisa mommy memikirkannya sejauh ini dan ternyata aku benar-benar tidak bisa menghadapinya. Awalnya aku bisa menghadapi hal semacam ini dari siapapun, termasuk keluarga pasien yang tidak bisa menerima ketidakmampuanku. Namun, jika itu keluargaku sendiri.. unnie.. maafkan aku.." Diakhir kalimatnya Alice beberapa kali terdiam berusaha mengendalikan dirinya.

Di luar kantor Alice, Suzy segera menerobos masuk setelah mendapat pemberitahuan dari Nick tentang sesuatu yang serius sehingga ia segera meminta tolong pada sekretaris Han untuk memesan kopi hangat karena alasan mengantuk dan untung saja wanita itu menyetujui dengan senang hati karena kebetulan ia hendak ke cafetaria untuk makan siang.

Saat pintu dibuka oleh Suzy, sekretaris Han bisa mendengar suara dari dalam sekilas sebelum ia mengambil ponselnya dan berjalan meninggalkan meja kerjanya.

"Oppa, sepertinya mereka bertengkar." Sekretaris Han mengucapkan kalimat itu dengan tenang dan tetap anggun sambil meletakkan ponsel di telinganya.

Di dalam kantor, Alice telah mengalami perasaan yang mempengaruhi reaksi jantungnya. Selama beberapa waktu terakhir ini, Alice menghadapi masalah bertubi-tubi. Karena penyakit bawaan lahir yang ia derita dan semenjak prof diana dan tim nya telah menyuntikkan formula injeksi imun pada Alice, gadis itu akhirnya harus memakai alat sensor jantung untuk mengantisipasi reaksi tubuhnya. Pada saat Alice mengalami perubahan emosi beberapa saat yang lalu, Nick yang berada di ruang kendali privasi mendapatkan alarm sensor Alice sehingga saat itu juga dia memerintahkan Suzy untuk segera mengecek kondisi Alice.

Saat tiba di dalam, Suzy segera masuk dan mendekat ke arah Alice yang berdiri diam namun wajahnya tampak sedikit pucat dan gadis itu menangis dalam diam. "Jadi maksudmu, kamu benar-benar merekayasa hasil test DNA kita dan membodohiku?"

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now