162. Parallel 43

50 4 2
                                    

Keesokan harinya ketika pangeran Juhoon sedang bermain di taman bersama dengan dayang-dayangnya, tiba-tiba permaisuri yang kebetulan melintasi jembatan di atas danau buatan itu tertarik melihat betapa bahagia dan cerianya cucu laki-laki sematawayangnya. Wanita paruh baya itu segera mengubah haluan dan menghampiri pangeran kecil yang sedang bermain dengan kelinci berambut putih dan gemuk.

Sampai di sana, permaisuri tak bisa menahan tawa ketika melihat pangeran Juhoon berusaha menangkap kelinci putih itu yang terus saja melompat menjauh, sedangkan pangeran Juhoon mengejar dengan penuh semangat dan tawa di wajahnya.

Melihat kehadiran permaisuri para dayang secara serentak membungkuk memberi hormat.

"Mengapa aku baru melihat kelinci putih itu? Apakah pangeran Juhoon baru saja membelinya?"Permaisuri bertanya dengan santai saat memandang pangeran Juhoon dengan tatapan lembut.

"Maaf yang mulia permaisuri, hamba tidak mengetahuinya. Tapi pangeran membawa kelinci itu saat pulang bersama putri Jennie kemarin sore." Salah satu dayang yang merupakan dayang pengasuh pangeran Juhoon menjawab dengan sikap hormat.

Dari jarak yang sedikit jauh, pangeran Juhoon terlihat mulai kelelahan dan bahkan sempat tersandung tapi untung saja pria kecil itu tidak menangis. "Bawa pangeran beristirahat, aku ingin mengobrol dengannya."

"Baik yang mulia permaisuri." Dengan begitu dayang tersebut undur diri dan segera menghampiri pangeran Juhoon kemudian menyampaikan pesan permaisuri.

Di gazebo yang cukup sejuk itu angin bertiup lembut. Permaisuri dengan sayang mengusap kepala sang cucu yang kini duduk di pangkuannya sambil sesekali mengeringkan keringat sang pangeran menggunakan kain berbahan lembut. Sementara pria kecil itu menggigit apel gigi kecilnya.

"Apa pangeran tidak lelah berlarian mengejar kelinci tadi?" Permaisuri bertanya setelah ia hampir selesai.

"Tidak halmoni permaisuri. Aku kuat berlari."

Jawaban pangeran Juhoon membuat permaisuri terkekeh. "Lalu dari mana pangeran Juhoon mendapatkan kelinci putih? Apakah pangeran halmoni sudah tidak menyukai angsa putihmu?" Permaisuri mengisyaratkan dengan pandangannya mengarah ke tiga ekor angsa berbulu putih yang kebetulan sedang berenang dan mengapung di danau buatan.

Pangeran Juhoon menoleh ke arah tatapan permaisuri dan sempat tersdiam sesaat lalu berkata. "Aku masih menyukai angsa putih Halmoni, namun dia kadang mengejarku. Tapi kelinci putih tidak. Dia hanya bermain denganku dan suka bermain kejar-kejaran dan bersembunyi. Kelinci putih itu diberikan oleh ayah putri Ha Neul. Dia memberikannya padaku sebagai hadiah."

Penjelasannpangeran Juhoon sekali lagi membuat permaisuri terkekeh dan para dayang tersenyum gemas. "Angsa putih tidak bermaksud mengejar pangeran halmoni, dia hanya mengkhawatirkan anak-anaknya."

Ekpresi Juhoon tampak bingung. Bagaimana bisa angsa putih mengkhawatirkan anak-anaknya padahal aku sudah menjaga mereka dengan baik? "Tapi aku hanya memeluk anaknya.. itu karena mereka sangat menggemaskan." Permaisuri tersenyum namun dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada pangeran bahwa cara dia memeluk bayi-bayi angsa putih terlalu erat sehingga membuat angsa putih itu marah.

"Baiklah. Lalu mengenai putri Ha Neul, siapa putri Ha Neul dan ayahnya? Bagaimana pangeran bisa mengenal mereka?" Permaisuri bertanya dengan penasaran, percakapan keduanya terdengar seperti hal yang serius. Para dayang yang berjaga tampak tersenyum diam-diam melihat pangeran Juhoon yang menggemaskan.

"Putri Ha Neul adalah putri dari teman Jennie noona. Di sana aku juga bermain dengan tabib Kim dan bayinya. Kami juga bermain di rumah pohon dan ayunan."

Alice (Dreams And Memories) Book 1Kde žijí příběhy. Začni objevovat