118

45 9 1
                                    

Di koridor rumah sakit yang dingin dan sepi, di kursi tunggu seorang wanita paru baya duduk dengan cemas. Setiap detik matanya mengawasi lampu dan pintu ruang operasi dengan penuh harap serta doa-doa yang ia panjatkan dalam hati. Namun setelah melihat lampu operasi telah mati dan mendengar suara langkah yang samar tatapannya segera fokus pada pintu. Keringat tipis memenuhi wajanya, mata sembab dan segala ketidak beradayaan atas situasi itu terlihat jelas dari sorot mata dan wajahnya. Segera setelah itu pintu ruang operasi terbuka dari dalam membangkitkan semangat dan harapan. Setelah beberapa saat seorang pemuda tampak pucat dan lemah terlihat berbaring di atas brangkar yang didorong ke luar oleh tiga orang perawat. Sekilas ia menghampiri sang putra dan mengelus pipinya dengan sayang, setelahnya ia segera menghampiri dua wanita yang berjalan tepat di belakang brankar anaknya.

"Dokter, bagaimana putraku?" walau sempat bingung, wanita paru baya itu bertanya dengan khawatir.

"Maaf, apakah ibu bisa bahasa inggris?" Seorang perawat yang berdiri di sebelah dokter itu bertanya dengan menggunakan bahasa korea.

"Maaf, nyonya Kim tidak bisa berbahasa asing tapi aku bisa. Aku Lee Dohyun, manager putra nyonya Kim." Lee Dohyun yang baru selesai mengangkat panggilan telepon segera menghampiri mereka dan menjawab dengan bahasa korea.

Mendengar jawaban manager Lee, suster segera menjelaskan pada dokter Kim tentang situasi khusus pasien yang merupakan publik figur, setelahnya dia kembali menatap kerabat pasien dan berkata. "Sebelumnya anda tahu bahwa operasi ini dipimpin oleh prof Jung namun karena masih ada jadwal operasi di ruang lain, prof Jung mendelegasikan kepada dokter Kim untuk menjelaskan situasi dan hasil operasi putra nyonya Kim. Oh ya perkenalkan, beliau adalah dokter Alisyah Kim. Dokter Kim salah satu dokter spesialis bedah terbaik yang kami miliki. Kebetulan dalam operasi tadi, dokter Kim bertugas sebagai asisten dokter.." Manager Lee dan nyonya Kim segera menatap dokter Kim dan memberi isyarat salam dengan menganggukkan kepala sekali. Tanpa menjawab, dokter Kim membalas dengan isyarat yang sama, tatapan dari lensa kacamatanya tak mengahalangi eyes smile yang ia miliki.

Melihat raut kebingungan di wajah keduanya telah lenyap, perawat itu melanjutkan."..Karena tuan Lee sudah ada, kita bisa langsung ke ruangan dokter Kim, Silahkan ikuti kami."

Sementara itu, di ruang UGD, Suzy tampak khawatir saat menatap ponselnya. Sudah sekitar tiga jam berlalu sejak terakhir kali ia berkomunikasi dengan Alice melalui ponsel namun gadis itu belum menjawab dan tak ada respon hingga saat ini. Selain luka lecet di tangan kanannya, Suzy terlihat baik-baik saja. Sedangkan Jiyoon duduk di atas brankar dengan luka lecet yang berdarah dibeberapa bagian tangan, kaki dan pelipis. Gadis itu meringis dengan ekspresi tidak nyaman apalagi ketika luka-lukanya diobati perawat dengan obat yang membuatnya kesakitan.

"Apa Alisyah belum ada jawaban?" Jiyoon bertanya sambil memandang Suzy yang berdiri di dekat brankarnya.

Suzy menggeleng. "Belum. Sepertinya dia tidak memperhatikan ponselnya."Setelah mengatakan hal itu Suzy mendapat pesan dari Nick tentang keberadaan Alice di ruang operasi membuat kekhawatirannya mulai mereda. Ia kemudian menyimpan ponselnya ke dalam saku jaketnya dan memperhatikan perawat mengobati luka gadis itu.

Namun ketika luka robekan kecil Jiyoon akan dijahit, ia melihat perawat hendak menyuntikkan obat penghilang nyeri. Karena Jiyoon tidak berani melihat semua proses yang menurutnya mengerikan, gadis itu menatap ke sembarang arah dan segera kerutan diantara alisnya mulai terlihat.

Suzy terkekeh sebelum kemudian berkata dengan intonasi yang meyakinkan."tahan sebentar. Setelah obatnya bereaksi, itu tidak akan nyeri lagi."

Kekhawatiran Jiyoon sepertinya tak menghilang, sebab ketika ia merasakan sedikit rasa nyeri ia sekilas melirik ke tangannya dan melihat proses penjahitan. Wajahnya kembali menghadap ke dinding kaca pembatas ruangan. Namun setelah beberapa saat ekspresinya tiba-tiba aneh, dari rasa ngeri menjadi keheranan. Kerutan di anatara alisnya hilang digantikan menjadi tatapan serius ke satu arah tanpa berkedip. Melihat perubahan itu, seluruh tubuh Suzy menegang saat melihat orang yang ditatap oleh Jiyoon. Seseorang dalam setelan rumah sakit berwarna biru dengan tubuh tinggi melintas bersama satu rekan kerjanya dan dua orang lain berjalan tepat di belakang mereka. Yang membuat Suzy semakin khawatir karena petugas rumah sakit itu melepas maskernya ketika sedang berbicara sehingga Jiyoon bisa melihat wajah itu dengan jelas. Selain iris mata hitam dan rambut yang terbungkus penutup kepala, wajah orang itu persis sama dengan Alisyah!

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now