5. What About Us

140 13 0
                                    

Keesokan harinya. Saat ini Alice berada di gedung perawatan Anak. Karena sangat menyukai anak-anak gadis itu akan mencuri-curi waktu untuk mengunjungi salah satu sisi gedung Manoban's Hospital sebab di sanalah dia mendapatkan pengehiburan setelah lelah bekerja. Sejak dulu Alice menginginkan seorang adik. Namun kenyataannya dia terlahir sebagai anak tunggal dan sampai saat ini tak pernah bisa mempunyai saudara sebab Albar telah menolak jika mengadopsi seorang anak.

Sebenarnya sangat mudah jika Albar mau, karena pria 38 Tahun itu memiliki yayasan panti asuhan yang memungkinkannya untuk mengangkat seorang anak dengan banyak pilihan dengan mudah. Bahkan Alice pernah meminta mengadopsi anak yatim dari negara konflik. Tapi Albar tetap menolak dengan alasan yang memang masuk akal.

siapa yang akan mengasuhnya jika Alice, ayah atau keluarga sibuk dengan kerjaan masing-masing? Kita tidak mungkin memakai jasa baby sitter dan membiarkan dia hidup tanpa kasih sayang keluarga.

Ketika mendengar alasan itu, seketika Alice mengerti maksud sang ayah. Sebab sewaktu kecil Alice sempat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan tanpa orang tua kandung. Sejak saat itu Alice mulai mempunyai kebiasaan jika mempunyai waktu luang gadis itu akan menyempatkan mengunjungi gedung perawatan anak sebab moodnya akan berubah lebih baik jika melihat tingkah dan suara anak-anak yang menggemaskan.

Tidak lama lagi Alice akan memiliki seorang ibu. Memikirkan hal itu Alice senyum-senyum sendiri. Bukankah itu berarti bahwa aku juga akan segera memiliki adik? Alice berinteraksi dengan para balita yang saat ini bermain. Bahkan sempat ada drama rebutan mainan yang sama dan berakhir tangisan mereka.

"Baby Boy" Salah satu balita tersenyum sumringah dan mengangkat kedua tangannya ke arah Alice.

"ayo siapa yang rebut mainan temennya?" Alice bertanya saat merengkuh balita kecil itu dalam pelukannya. Seketika Aroma khas bayi menyeruak dalam penciuman Alice bercampur dengan aroma obat-obatan.

Baby Boy satu ini bernama Abigail atau biasa juga dipanggil Gael. Pria kecil itu adalah pasien leukemia dan sudah dirawat sejak usia 2 bulan hingga sekarang usianya belum genap 2 tahun. Alice terkekeh ketika balita kecil dalam gendongannya berceloteh seperti tengah menceritakan sesuatu yang penting dan Alice menanggapinya dengan senang hati. Benarkah? Makanannya habis tidak? Wah pintarnya. Wangi banget sih. Kira-kira seperti itu lah Alice menjawab celotehan Balita itu ketika mereka sedang berinteraksi dalam sebuah pembicaraan yang tidak jelas.

"Baby Gael tadi ngapain hum?"

"ish.. ish a" Alice kembali terkekeh ketika melihat Gael berusaha menyebut namanya namun kedengarnya tak pernah berhasil.

"A l i s y a h" Alice kemudian mencoba mengejakan namanya.

"A I sh.. " Gael kembali berusaha mengikuti ejaan Alice yang berujung mendapat ciuman di pipinya karena Alice semakin gemas dengan tingkahnya.

"Dok.." seseorang memanggil Alice dari belakang. Kedengarannya suara itu tak asing.

Saat menoleh, Alice melihat seorang wanita tersenyum cerah dangan ekspresi yang sangat dikenalnya. Alice kemudian menghampiri wanita itu sementara Gael sesekali mengecup pipinya. "Kok gak ngabarin kalau udah tiba. Kan aku bisa jemput."

Wanita itu langsung memeluk Alice dan kelihatannya Gael terganggu dengan tingkah Manda dan suara pekikan yang tertahan karena saking senangnya mereka akhirnya bisa bertemu setelah bertahun-tahun berpisah. Wanita ini sering disapa Man atau Manda.

"gak apa-apa kali. Lagian tadi aku juga mampir bentar ke rumah temen. Emang dokter gak sibuk ya kalau jam segini?" ekspresi wajah Manda terlihat sengaja menggoda Alice.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now