15. Penguntit

61 7 0
                                    

Aspal jalan masih nampak basah karena guyuran hujan beberapa jam yang lalu. Meski begitu, pemandangan malam ini masih terlihat indah karena lampu warna warni menghiasi tiap sudut jalan menuju kota. Saat ini Alice sedang memandangi layar ponselnya mungkin sedang chat dengan seseorang.

Ditengah-tengah perbincangan antara Andra yang sedang menyetir dan pria di sebelah kirinya, tiba-tiba Alice bersuara."uncle, tolong nanti mampir ke apart ku bentar, Aku mau ngambil sesuatu."

"o iya, sekalian aku juga mau mampir ke toko bunga." Alice sesekali mengamati sang ayah dari pantulan cermin spion.

"siap bang." Andra

"oh ya, Noona dan hyung menitipkan salam buat ibu dan kamu dra, kata Noona dia pengen belajar masakan indo lagi." Albar

Eyang Ana duduk di samping Alice, sesekali tersenyum mendengar percakapan merek sementara Alice terlihat antusias mendengar mereka. Karena setahu Alice, Oemmanya memang pandai masak masakan Indonesia sampai Alice sangat tau rasa khas masakan Oemmannya. Pikirnya buat apa belajar masak lagi kalau masakannya sudah enak.

"waktu Nak Alice masih kecil dan udah bisa makan, Oemmamu mati-matian belajar masakan indo." Eyang Ana

Sesekali Albar melirik gadis kesayangannya melalui pantulan spion depan mobil. Karena Alice sedang menggunakan ponsel, wajahnya yang diterpa cahaya terlihat jelas. Rambut hitamnya terurai bersama poni yang juga tertata rapi dengan dipadukan anting berlian kecil dikedua telinganya, cukup menambahkan kesan modis dan tetap sederhana. Mini dress berlengan panjang yang ia gunakan sebatas di bawah lutut bercorak polkadot merah dengan warna dasar hitam menambah kecerahan kulit putih Alice.

Tiba-tiba pria itu tertawa setelah mengingat sesuatu. Dan itu membuat Andra menatapnya dengan penasaran."kamu ingat ngak dra, wajah bang Kim pas nyobain masakan pertama Noona di meja makan dulu?"

Ucapan Albar membuat Eyang Ana dan Andra ikut tertawa begitu juga dengan Alice namun Alice tertawa bukan karena tahu apa yang ayahnya bicarakan tetapi karena ketiga orang yang tertawa renyah itu menggugah tawanya hingga ikut terbawa suasana. Albar menangkap ekspresi Alice yang terlihat penasaran dari cermin spion. "sewaktu kamu masih bayi dan mulai belajar makan, oemmamu belajar masakan indo dari Eyang dan Oma, waktu itu Oma membiarkan oemmamu meracik masakan sendiri di dapur sementara kami semua nungguin di meja makan.."

"..setelah Oemmamu menyajikan masakan di atas meja makan, Appamu yang pertama nyobain, tiba-tiba wajah Appamu berubah merah dan tersenyum katanya masakan oemmamuu sangat enak. Terus yang lain juga mau nyobain tapi keburu diambil Appamu." Albar

"sambil acungin jempol lagi" Andra

"terus" Alice

"nah, karena di mangkok masih ada sedikit. Jadi Oemmamu mau ngambil buat dicobain. Mungkin penasaran sama masakan sendiri. Tapi Appamu lebihbcepat mengambil sebelum oemmamu bisa nyobain." Albar.

"dan kuahnya sampai diminum haha" celetuk Andra dan tertawa sampai tangan kirinya memegang perutnya menahan tawa.

Alice nampak masih penasaran tentang kelanjutan cerita ayahnya namun terhenti ketika mereka sudah tiba di halaman depan bangunan Silver Apartement. "Alice Cuma bentar kok" Alice segera keluar dan berjalan tergesah-gesah.

"aku ke toko bunga bentar ya bu" Albar menatap Eyang Ana dan membalas anggukan kecil.

"biar aku aja Bang." Andra.

"gak apa-apa, deket kok"Albar.

Andra mengagguk sekali kemudian Albar keluar menutup pintu dan merapikan kemeja biru navi dan topi Newsboy cap yang dipakainya. Perlahan sepatu yang nampak mengkilap itu melangkah menjauh.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now