113

45 11 5
                                    

"ya Tuhan, apakah Jiyoon tidak membantumu?"Jisoo memperhatikan tenda berukuran cukup besar itu sudah terpasang. Namun ketika melihat perilaku santai Jiyoon dan Alice yang biasanya selalu merasa kedinginan tiba-tiba terlihat berkeringat.

Jisoo segera mendekat dan melihat kedua tangan dan lengan pakaian Alice sedikit kotor yang diakibatkan debu, lumpur atau pasir yang menempel. "apa unniemu tidak membantumu?" tatapan Jisoo terlihat kecewa dan marah melihat Jiyoon bahkan masih bersantai di kursinya dengan kedua mata terpejam.

"unnie.." Alice mulai khawatir ketika melihat perubahan ekspresi Jisoo dalam beberapa detik setelah melihat Jiyoon tertidur.

Mengabaikan Alice yang ingin bicara, Jisoo berjalan menghampiri Jiyoon dan menatapnya cukup lama. Sementara itu Jiyoon yang merasa silau senja tadi kini tak ia rasakan, bahkan udara mulai terasa dingin. Ketika membuka kedua matanya, ia dikejutkan dengan kehadiran Jisoo.

"unnie.."

Ucapan Jiyoon terpotong ketika Jennie datang berjalan dengan malas diantara keduanya ke arah matras tepat di sebelah kursi lipat Jiyoon dengan backpack dipunggungnya.

"beginilah kalau kita jarang berolah raga. Jalan beberapa meter sambil membawa tas dan barang ini saja sudah membuatku ngos-ngosan. Unnie harus bertanggung jawab nanti." Jisoo yang hendak marah tiba-tiba terkekeh melihat tubuh mungil jennie sangaja dijatuh di atas matras bagaikan sekarung beras ditambah ekspresi pasrah yang menggemaskan.

"Mengapa aku harus bertanggung jawab?" Jisoo berkata sambil berkacak pinggang.

"Karena unnie memilih tempat yang jauh dan kita berjalan kaki. Padahal kita bisa mengendarai motor ATV sambil membawa barang sebanyak ini. Aku tidak yakin, apakah besok aku masih sanggup mengikuti kelas pilatesku atau tidak.." Jennie berkata dengan kedua mata terpejam.

Namun gadis itu kembali membuka kedua matanya dan berkata."..ngomong-ngomong, mengapa kalian meninggalkan barang bawaan kita begitu saja?" Jennie bangkit dan duduk menyebabkan Suzy, Jisoo, Alice dan Jiyoon terkejut. Ternyata Jennie bangun untuk menuntaskan dahaganya dengan air minum dari tumbler miliknya yang ia bawa.

"oh, tunggu. Kakimu kenapa?"Suzy penasaran tentang alasan mengapa Alice dan Jiyoon meninggalkan tas matras dan alat masak di sana, namun ia lebih terusik dengan kaki kanan Jiyoon yang celanannya dibiarkan tergelung ke atas dan memperlihatkan kulit di bagian pergelangan kakinya memerah.

"itulah alasan mengapa kami meninggalkan barang bawaan kita di sana. Kaki Jiyoon unnie terkilir." Diakhir kalimat ketiga gadis yang lebih tua mulai khawatir dan mendekat melihat kaki Jiyoon.

"biarkan aku memeriksanya." Suzy dengan hati-hati memeriksa kaki Jiyoon.

"siapa yang mengurut kakimu?" setelah beberapa saat, Suzy tiba-tiba bertanya dengan serius.

"bukankah ini minyak goreng?"Jisoo bertanya ketika setelah menyentuh kaki Jiyoon, jari tangannya terasa lengket dan tercium wangi khas minyak sawit.

Bagaimana jika kakiku belum sembuh sampai hari kerja tiba? ekpresi Jiyoon tampak tertekan dan matanya kembali bekaca-kaca. Kakinya memang sudah mendingan tapi ia masih merasa sedikit nyeri ketika digunakan untuk jalan.

"ada apa? apakah kakiku bertambah parah?" Jiyoon

Alice yang mendengar dan menyaksikan hal tersebut khawatir dan merasa bersalah namun tak tampak dari ekspresi wajahnya. Sementara itu Suzy terkekeh dan Jiyoon menatap Alice dengan sedih."aku terpaksa memakai minyak goreng sebagai pelumas untuk mengurut kaki Jiyoon unnie karena hanya itu saja yang ada di tas."

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now