46. Parallel 1

58 8 0
                                    

Suatu malam, seseorang dengan setelan durumagi sedang duduk memeluk bayi mungil di dalam tendanya. Untung saja dia sudah mendirikan tenda sebelum hujan deras menghujangi. Tangan kanannya sesekali mengelus punggung bayinya yang berusia beberapa minggu itu sambil memandang satu-satunya pencahayaan tenaga surya yang dia bawa. Entah apa yang membuatnya memakai setelan tersebut di tengah hutan belantara, yang jelas hanya alas kakinya saja yang terlihat modern.

Suara hujan dan guntur masih terdengar. Walaupun pakaiannya sedikit basah saat memasang tenda seorang diri, dia masih sangat bersyukur karena sudah dapat berteduh dari angin dan hujan deras yang baru terjadi beberapa menit terakhir. Setidaknya dia tidak terlalu khawatir lagi tentang tempat aman untuk beristirahat hingga pagi menjelang.

Tangan kanannya sesekali membenahi posisi selang susu formula pada mulut bayinya yang terhubung ke termos sufo yang sudah ia siapkan sebelumnya. Tak lama kemudian suara hujan menghilang diganti dengan suara alam dan hewan yang berlahan bernyanyi mengiringi malam yang dingin. Dia kemudian meletakkan bayinya yang tengah terlelap dengan pelan kemudian mengambil senter, korek api serta pisau untuk mencari bahan bakar untuk membuat api yang menghangatkan.

Karena hujan tadi, tak banyak kayu bakar yang bisa ia dapatkan. Lagi pula dia tidak berani pergi jauh meninggalkan bayinya di dalam tenda seorang diri. Setelah mengumpulkan kayu bakar dia kemudian menyalakan api dan kembali ke tenda mengambil sesuatu yang diperlukan.

Ditemani suara jangkrik dan hewan malam lainnya dia mulai membersihkan wajahnya dengan tissue basah di depan api. Melipatnya menjadi beberapa bagian karena sepertinya dia harus berhemat menggunakan sumberdaya yang ia bawa. Setelah itu dia mengambil sendok garpunya untuk memanggang sosis daging sapi.

Ughfff

Karena sempat melamun, dia tidak sadar dan berhati-hati bahwa garpu yang terkena api dapat menghantarkan panas sehingga tanpa sengaja sosis panggang yang ia bayangkan kini menjadi sosis bakar yang sedikit tak enak dipandang lagi karena sempat terjatuh di barah api. Butuh perjuangan  sampai akhirnya dia bisa mengambil sosis bakar yang sudah gosong itu. Mau tidak mau dia kembali mengambil sosis baru untuk dipanggang lagi. Setelah selesai dia menyajikan dua sosis bakar dan satu roti di atas piring stainless. Dengan telaten dia membersihkan bagian gosong sosis bakar yang pertama dan mengambil bagian yang masih layak untuk dimakan. Sebenarnya sosis itu sudah siap makan hanya saja dia ingin menjaga perutnya dengan mengkonsumsi makanan hangat.

Setelah selesai menikmati makan malam seadanya, dia kembali mengecek bayinya yang rupanya masih terlelap kemudian memeriksa sekitar karena khawatir serangga atau hewan lain yang membahayakan bayinya di dalam tenda. Setelah itu dia kembali duduk di depan api dan menambah beberapa potong kayu lagi. Dia memperhatikan kedua tangannya yang terlihat kotor bahkan arang hitam itu masuk ke bawah kukunya. Tiba-tiba saja dia tersenyum miris memandangi luka melepuh di jari tangan kanannya karena terkena panas garpunya tadi.

Perlahan cahaya dari api yang tercipta menerpa wajahmya. Sesosok paras menawan dengan mata bulat, hidung mancung dan bibir tebal nampak dengan samar. Rambutnya yang panjang diikat ke belakang nampak bewarna terang dalam gelapnya malam, bulu mata yang panjang dan lentik serta garis alis yang indah tak membuatnya sulit untuk diterka rupawannya. Dia mengambil satu lembar tissue basah lagi untuk membersihkan tangan dan luka di jarinya untuk menghindari infeksi yang mungkin saja terjadi.

Dengan memeluk kedua lututnya dia menatap api yang sepertinya akan padam dan hendak menambah kayu bakar terakhir. Namun tiba-tiba terdengar suara gemuruh bersamaan suara semak yang membuatnya mulai merasa was-was. Dia berusaha berkonsentrasi mendengarkan suara yang terdengar semakin lama semakin mendekat. Hingga tak lama suara deruh nafas kasar dan berat mulai terdengar di telinganya. Hal itu membuatnya spontan segera kembali masuk ke dalam tenda dan menggendong bayinya. Dengan cepat dia mengereratkan ikatan gendongan bayi di dadanya seolah mereka bersiap-siap untuk perang. Kemudian jari panjangnya mematikan sakelar lampu dan meraih senter dan pisau lipat di sakunya.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now