00

2.2K 59 0
                                    

Saat ini Alice menemani Jisoo memasak di dapur. Mereka berdua langsung pulang ke apartemen milik Alice setelah pulang berkantor.

ting tong suara bel mengalihkan perhatian mereka.

"Biar Unnie yang membuka pintunya. Tolong hidangkan supnya di atas meja."

Tanpa menjawab Alice berdiri dari duduknya dan melaksanakan perintah sang unnie. Sementara Jisoo segera ke luar untuk memeriksa tamu setelah membersihkan kedua tangannya. Gadis itu tersenyum senang ketika melihat wajah Jiyoon melalui layar intercom. Namun Jisoo merasa ada yang aneh dengan ekspresi sang adik.

ting tong

"iya tunggu sebentar Ji Yoon-a" Jisoo sedikit berteriak.

ceklek pintu terbuka

"aku kira kam.." Jisoo tidak melanjutkan ucapannya ketika melihat Jiyoon segera melangkah masuk tanpa tersenyum sedikitpun.

"Alisyah dimana kau!"

"Jiyoon-a ada apa?" Jisoo mengikuti adiknya dengan sedikit khawatir.

Tak menunggu lama Alice ke luar dari pintu dapur setelah mendengar Jiyoon memanggilnya. "ada apa Un.." ucapan Alice terpotong ketika  dikejutkan dan kesakitan karena mendapatkan tamparan keras di pipi kirinya.

"Kim Ji Yoon.. apa yang kau lakukan!" Jisoo terkejut saat melihat kejadian tersebut tepat di depan matanya.

Bukannya menjawab Jiyoon terus melanglah maju dan berusaha kembali memukul kepala Alice, namun sekuat tenaga Jisoo menarik adik tertuanya.

"lepasakan Unnie! Aku harus mendengar jawaban dari mulutnya. Kemari kau pembohong!" Jiyoon terus memberontak sampai ia terlepas dan langsung menarik kerah baju Alice dengan kuat kemudian mendorongnya ke tembok dengan kasar. Sementara Alice hanya diam menerima perlakukan Jiyoon. Jisoo kembali melerai kedua adiknya, lebih tepatnya berusaha menarik Jiyoon dari tubuh Alice.

"katakan padaku.. apa yang kau lakukan ketika Oemma sekarat.. hah?!"

"Jiyoon-a jangan begini. Kita bisa berbicara baik-baik." Jisoo berusaha menenangkan Jiyoon dengan suara lembutnya.

"katakan yang sejujurnya pada unnie bahwa kamu adalah pembohong. Katakan sekarang!"Jiyoon mebarik kerah baju Alice dengan kuat dan berteriak didepan wajahnya.

"Jiyoon-a sebenarnya apa yang terjadi? kanapa kamu tiba-tiba seperti ini." Jisoo sangat khawatir keadaan semakin memburuk apalagi Jiyoon tampak tak berniat untuk menyudahi emosinya. Bahkan hanya dengan mendengar deruh nafas sang adik, Jisoo bisa menebak bahwa Jiyoon masih dalam pengaruh emosi.

"apa Unnie tak tahu siapa dia? Dia adalah pembohong! Selama ini kita telah merawat seorang pembohong!"

"berbicaralah dengan jelas Kim Ji Yoon." Jisoo

"Unnie. Tanyakan padanya apa yang dia lakukan ketika Oemma sekarat. Mengapa dia tidak menyelamatkan Oemma. Dia sama saja dengan Ayahnya, seorang pembohong dan membiarkan Oemma kesakitan hingga meninggal. Unnie tak akan mengalami kesulitan merawatku dan kita tak akan kekurangan kasih sayang Oemma jika mereka tidak merusak rumah tangga orang tua kita."

"apa yang kau bicarakan Ji Yoon-a" Jisoo semakin tidak mengerti arah pembicaraan Ji Yoon.

"Unnie. Alisyah dan ayahnya adalah seorang dokter. Tapi mengapa mereka membiarkan Oemma meninggal? Mereka bisa membawa Oemma berobat ke rumah sakit yang lebih besar dan lebih maju. Tapi mereka tidak melakukannya. Selama ini mereka telah berbohong dan memanfaatkan kita. Aku tidak bisa menerima ini unnie! aku tidak bisa!"

Alice (Dreams And Memories) Book 1Where stories live. Discover now